Prologue

682 87 14
                                    

Niall's POV

Semuanya terlihat seperti bayangan. Dunia seakan blur dan lampu lampu jalan seakan menyala terlalu menusuk. Oh teman, dunia macam apa ini.

Aku berusaha mengendarai mobilku senormal mungkin. Setidaknya lurus tanpa menabrak sesuatu di sepanjang jalan. Entah orang maupun barang, aku minta maaf telah menimbulkan kekacauan.

Ajaibnya, tidak ada mobil polisi yang mengikutiku seperti sebelumnya.

Kepalaku terasa berat. Sangat berat sampai aku berkali kali harus menunduk dan menyenderkannya ke stir mobil. Aku bahkan sulit menentukan berapa seharusnya kecepatan yang aku jalani untuk mengemudikan mobil ini.

Aku mengenali jalan ini. Iya, ada taman di situ, ya pohon besar itu lagi dan kursi taman itu. Ya aku mengenali jalan ini. Kurasa aku tahu aku harus berbelok ke kanan untuk sampai ke rumah. Well, setidaknya semua orang menyebut tempat itu rumah.

Aku berbelok dengan sangat tajam dan hampir saja menabrak pintu garasi kalau saja aku tidak cepat-cepat menginjak rem.

Kepalaku terantuk pada stir sialan di hadapanku. Pusing yang melandaku semakin menjadi. Namun, dibandingkan meringis kesakitan, aku malah tersenyum dan tertawa pelan. Oh Tuhan apa aku benar benar sudah tidak sadar?

Aku membuka pintu mobil dan berjalan pelan memasuki rumah. Masih ada cahaya lampu yang menerangi ruang tengah rumah ini namun begitu sepi.

Dengan melawan keinginan untuk berbaring di sofa hingga pagi nanti, aku menyebarkan pandanganku ke seluruh penjuru ruangan yang besar ini. Oh benar, kamarku berada di atas sana dan aku harus menaiki tangga.

"Niall!" Suara berat seseorang menggema membuatku dengan malas menoleh ke arah datangnya suara itu. Aku mengetahu suara siapa itu walaupun dengan kondisiku yang seperti ini.

Orang itu mendekat dan aku bisa melihat raut wajahnya setiap kali melihatku.

Aku baru saja akan menjawabnya saat satu tamparan keras mengenai pipi kananku.

Telingaku berdengung dan kepalaku terasa baru saja tertimpa beban yang amat sangat berat.

Mataku tertutup menahan hal itu.

Saat itu juga, ia berhasil membuatku sadar. Satu tamparan keras darinya bisa membuatku terbangun dari mabuk berat yang sudah aku rencanakan.

Hello, dad. It's me, your stupid son.

RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang