Semakin lama, gadis itu dan cermin ajaibnya mulai akrab. Terlihat dari cara mereka berkomunikasi mulai nyambung dengan saling mengata-ngatai, saling banting-membanting dan lain sebagainya. Hingga suatu hari si gadis penasaran dari mana asal cermin ajaib itu sebenarnya.
"Kau tahu, bukan, bahwa aku mendapatimu dari nenek-nenek sebelumku. Artinya kamu peninggalan keluargaku turun temurun. Sebenarnya, kamu itu dulunya siapa? Apa langsung begini?"
"Yah, memang dari dulu aku begini. Itu yang aku tahu. Aku tahunya aku sudah begini, berada dalam kaca yang sering dibanting," katanya agak sedih.
"Se..sering dibanting? Kasihan," kata gadis itu iba.
"IYA! SEMUA NENEK NENEK KAMU SAMA AJA TINGKAHNYA! SALAH AJA JAWAB LANGSUNG DIBANTING! DIHANCURIN SAMA PALU!! NENEK BUYUT SAMPAI KETURUNANNYA SAMA SAJA!!" kata bayangan wanita itu marah bukan main.
"Oh, gitu. Pantes kalo aku banting kamunya tetep sabar gitu. Ternyata udah biasa," katanya seperti mengerti akan pelajaran yang selama ini sangat susah baginya.
"Sial kamu!!"
"He..hehee... sudah, sudah, jangan marah. Nanti cantiknya hilang, lho!" bujuk gadis itu. bayangan wanita itu kembali tenang.
"Berarti, umur kamu udah ratusan tahun, dong? Gimana rasanya hidup lama? Nenek buyutku kayak gimana?"
"Hei, pertanyaannya satu-satu, dong. Aku bingung mau jawabnya."
"Oke."
"Yah, jujur aku udah hampir se-abad mengabdi di keluargamu. Menjawab segala pertanyaan-pertanyaan yang membosankan 'siapa wanita paling cantik se dunia?' (sambil meniru gaya setiap wanita yang bertanya padanya) 'aku cantik atau enggak?' 'aku cocok gak sama dia?' 'aku mau jadi istrinya pangeran, gimana caranya?' 'aku pengen cantik, gimana caranya?' Huft! Menyebalkan, bukan?"
"I..iya.. mungkin.. Bosan, ya?"
"Iya, bosanlah! Aku pengen berhenti jadi cermin ajaib! Capek aku harus menuruti segala pertanyaan-pertanyaan mulai dari gadis pertama, nenek buyutmu, sampai ke kamu yang sama-sama jeleknya! Aku pengen kamu yang terakhir orang yang aku jawab pertanyaannya. Bisa gak?"
Gadis itu kesal mendengar celotehan bayangan wanita yang mengatainya jelek, jelek dan jelek. Ia mencoba menekan perasaan kesalnya.
"Jadi, cermin ajaibku, kamu mau berhenti jadi cermin ajaib dan akulah orang terakhir di hidupmu?"
"Ya, begitulah kira-kira."
Gadis itu membawa cermin ajaibnya ke halaman belakang rumahnya, meletakkannya di tanah, lalu mengambil batu besar dan dijatuhkannya tepat di atas cermin ajaib itu. Setiap pecahannya ia pisahkan dan dibuang ke tong sampah yang berbeda. Gadis itu tak akan lagi memikirkan cermin ajaib maupun bayangan wanita yang ada di dalamnya.
"Semoga kamu senang dengan apa yang aku lakukan karena aku senang melakukannya, sobat. Dan jangan pernah kembali lagi!"
~FINISH~
KAMU SEDANG MEMBACA
Cermin Ajaib [END]
HumorIni hanya cerita parodi, bersifat hiburan yang mengocok perut!! kalo gak.... maaf aja ya... .___. -_^ selamat membaca cerita parodi-ringan kali ini~!!