Seminggu kemudian...
Chelsea POV
Aku masih panik. Apa yang dia lakukan? Dia tidak membunuh Ibu ku kan? Aku memegang erat boneka ku; yah, aku memang suka memegang erat boneka itu ketika aku depresi.
Jangan ejek aku.
Rantai ku selalu di longgarkan setelah pria itu tahu kalau aku suka self-harm. Aku menemukan patahan kayu di dekat ku kemarin. Aku berusaha membuka kunci rantai ini dengan kayu itu tapi gagal, jadi aku menggunakannya untuk membuat beberapa luka di pergelangan tanganku.
Aku juga penasaran kemana saja pria itu, biasa nya dia datang dan mengatakan bullshit milik nya. Tapi kali ini dia tidak datang.
Aku tidak tahu aku harus bersyukur atau panik.
Aku melihat pintu besi itu terbuka, tapi yang masuk adalah seorang pria berambut coklat, dia membawa makanan.
Dia melihat diriku dan menyeringai, "Bagaimana keadaan mu, Chelsea?" Dia bertanya, meletakkan makanan tadi di depan ku, "Hey, kalian tahu namaku tapi aku tidak tahu nama kalian sama sekali." Aku protes, menarik makanan itu dari hadapanku, membuat lengan hoodie ku sedikit mundur. Dia melihat ke arah lengan ku yang penuh goresan.
"Nama ku Kevin Scott Lucker, aku tidak percaya Nico tidak memberi tahu nama nya." Nico? "Nama pria itu Nico?" Aku bertanya, Kevin tampak seperti dia mau tertawa. "Ya, Nicholas lebih lengkap nya. Dan aku tidak percaya kau memanggil nya 'pria'." Dia tertawa kali ini, menggelengkan kepala nya lalu berjalan keluar, "Kemana dia pergi?" Aku bertanya lagi sebelum Kevin keluar, mengharapkan apa yang aku pikirkan tidak terjadi, "Siapa? Nico? Sepertinya dia mengunjungi rumah mu lagi."
Aku benar-benar menyesal bertanya.
~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~
Nico POV
Aku pergi ke rumah Chelsea dengan Josh; dalam seminggu kami sudah berteman dekat.
Aku mengeluarkan penjepit kemarin dan membuka pintu depan.Mudah sekali mengetahui aktivitas nya sehari-hari; dia pergi ke supermarket dari jam tujuh sampai jam delapan, membersihkan rumah pukul sepuluh, mandi jam dua belas, makan jam satu, duduk di teras rumahnya selama berjam-jam, dan sisanya berdiam diri di kamar nya.
Heh, aku berpikir kalau Ibu Chelsea itu bukannya sedih tapi pemalas.
Aku menyuruh Josh mengumpulkan semua kamera dan agar bertemu lagi dengan ku di kamarnya. Dia hanya mengangguk dan memberi tas yang berisi peralatan-peralatan itu kepada ku. Aku mulai menaiki tangga, melewati satu anak tangga yang keparat itu.
Aku membuka pintu kamarnya; aku memperhatikan dia tidak pernah mengunci pintunya. Aku mengintip dan melihat kalau dia -untungnya- sudah tidur. Aku mengeluarkan sebuah gulungan selotip, menariknya pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara.
Aku langsung membalik badannya sehingga punggungnya ada diatas kasur. Dia berusaha berteriak tapi aku langsung menutup mulutnya dengan selotip tadi.
Aku menyeringai melihat dirinya, "Hei, kau mungkin tidak ingat diriku.." aku mengambil borgol dan menggunakannya di kedua pergelangan tangannya, ".. tapi kau keliling kota dan mencari anak perempuan mu. Aku bilang aku tidak tahu tapi aku bohong." Aku menyeringai lebih lebar melihat ekspresinya. "Dan kau tidak membimbing anakmu secara baik, so I thought I might teach you a lesson." Aku melihat air mata di wajahnya, untuk pertama kalinya aku senang melihat seseorang menangis, "Tenang saja, dia masih hidup.." Aku mencibir waktu dia menggeliat dan mengeluarkan sebuah teriakan, untungnya aku sudah membungkamnya, ".. dan kau akan segera bergabung dengannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a Psychopathic Bipolar Disorder
RandomPernah dengar efek stigma? Yup, yaitu melakukan perbuatan dengan berbeda setelah mengetahui kenyataan. Inilah yang terjadi kepada kedua kakak adik yatim piatu ini awalnya hidup mereka normal-normal saja, sampai sebuah kenyataan membuat hidup mereka...