>>Author POV
Seorang ibu paruh baya sedang berada di dalam ruang pribadi pemilik play group yang mana adalah sekolah pertama untuk anaknya. Ia diundang oleh sang pemilik play group karena sebuah peristiwa yang dilakukan anaknya.
"Saya selaku pemilik play group ini, meminta ibu untuk sering mengajarkan caranya berteman dengan baik pada anak ibu ini. Dia sudah kerap kali membuat kekacauan dengan cara berkelahi dengan beberapa namja kecil yang menjadi temannya disini," tegas sang pemilik play group itu berkata.
"Baik seonsaengnim, saya akan memarahinya supaya dia tidak menjadi anak yang nakal lagi...." Ibu dari namja kecil itu membungkukan tubuhnya berulang kali.
"Dan satu lagi. Terakhir kali dia melukai anak dari pemilik Samsung Industries. Kepalanya mengeluarkan darah dan segera dibawa ke rumah sakit. Dokter berkata, dia terkena lemparan batu yang cukup keras," sambung sang pemilik play group itu, masih dengan ketegasan.
"Apakah benar itu Kibum!?" tanya sang ibu pada namja kecil itu.
"Tapi eomma, Kibum hanya bermain ketapel! Dia saja yang mencari gara-gara dengan Kibum!" jawab namja kecil itu dengan polosnya. Ia kesal, kenapa selalu ia yang disalahkan. Sang pemilik play group hanya dapat menghembuskan napasnya dengan kasar.
"KIBUM!!" bentak sang eomma itu pada anaknya. Namja kecil yang awalnya membela dirinya itu tersentak kaget. Lalu namja kecil itu terisak, dan berlari pergi meninggalkan eommanya.
"KIBUM!! KAU MAU KEMANA!?"
Sementara di sebuah rumah yang terbilang lumayan mewah, sedang terjadi kesibukan di sana-sini. Sehingga sang anak pemilik rumah mewah itu hanya dapat termenung. Ia awalnya sibuk mencari kemana perginya sang eomma. Karena dia anak semata wayang di keluarganya, ia kerap kali merasa kesepian. Ia sebenarnya ingin sekali bermain dengan eommanya, namun karena appanya yang sudah tiada, sang eomma harus memikul beban perusahaan itu pada punggungnya.
"Ah, umma! Eomma kemana saja?" rengek namja kecil itu manja sembari menarik-narik rok mini dress yang sedang di pakai eommanya. Namun sang eomma masih saja sibuk dengan ponselnya.
"Temani aku main ya eomma?" Sang eomma masih saja sibuk berkutik dengan ponselnya, sehingga namja kecil yang ada di sebelahnya itu berteriak kesal pada ummanya.
"EOMMA!!!"
"JINKI! EOMMA SEDANG SIBUK!!!" Bentakan tegas sang eomma terlontar pada namja kecil pemilik nama Jinki itu. Namun namja kecil itu hanya diam bergetar. Wajahnya tertunduk, terlalu takut menatap mata sang eomma.
"Eomma jahat!!" Tiba-tiba mata mungil bagaikan bulan sabit milik namja kecil itu berkaca. Seperti akan ada buliran kristal yang akan jatuh membasahi wajah putihnya.
"Sejak kapan kau berani membentak eomma!? Apakah eomma pernah mengajarkanmu untuk membentak eomma!?" Tanya sang eomma dengan sedikit penekanan pada tiap kalimatnya. Namja kecil itu terisak pelan.
"EOMMA JAHAT!!! EOMMA TAK PERNAH MAU BERMAIN DENGAN JINKI!! EOMMA TIDAK TAHU SEBERAPA KESEPIANNYA AKU DISINI!! AKU BAHKAN TIDAK MEMPUNYAI TEMAN SATUPUN KARENA EOMMA MEMARAHIKU BERTEMAN DENGAN SIAPAPUN SELAIN YANG SEDERAJAT DENGAN KITA!! EOMMA JAHAAAAATT!!!" Jinki berteriak pada eommanya. Ia mengeluarkan seluruh perasaan kesalnya terhadap sang eomma. Memang, ia tidak mempunyai teman seorangpun. Karena larangan sang eomma supaya dia bisa berteman dengan orang yang sederajat dengannya. Oleh karena itu, Jinki menjadi anak yang pendiam dan terus termenung. Sang eomma hanya dapat tertegun mendengar ucapan anaknya itu. Ia merasa sangat bersalah padanya. Ia bahkan selalu tidak ada waktu untuk sekedar meladeni anaknya itu bermain sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love ✔
Fanfiction"Aku tahu itu menjijikan... tapi, perasaanku padamu tidaklah bohong. Aku mencitaimu Lee Jinki. Aku tahu, hal itu sangat terlarang. Aku seorang namja, dan kaupun sama. Namun perasaan ini tidak bisa aku tutupi. Aku lemah. Aku tidak tahu mengapa aku bi...