Part 3

503 38 23
                                    

>>Author POV

"ONEW!!!!" Kibum terlihat cemas. Ia bingung ingin melakukan apa saat sahabatnya tergeletak pingsan dengan darah yang mencurat dari mulutnya.

"Aku harus segera membawanya ke rumah sakit!!" ucap Kibum monolog. Ia segera menghentikan taxi dan segera menuju ke rumah sakit Seoul Hospital.

Di rumah sakit, Kibum terlihat sangat tidak tenang. Ia terus berjalan mondar-mandir di depan ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD). Sesekali ia melirik ke arah arlojinya. Sebenarnya, ia sudah jenuh menunggu dokter yang menangani Jinki itu belum juga keluar dan memastikan, penyakit apa yang di derita sahabatnya. Ia bahkan selalu memanjatkan doa, agar Jinkinya yang konyol itu tidak terjangkit penyakit apa-apa.

CKREK

"Ahh, saem? Akhirnya kau keluar juga...." ucap Kibum bernapas lega saat dokter yang menangani sahabatnya itu sudah keluar dari ruangannya.

"Jadi, bagaimana saem? Eotteokkhae?" tanya Kibum kalut. Dokter itu menghela napas panjang.

"Lebih baik, kita bicara secara pribadi di ruanganku...." ucap dokter kemudian.

Mereka memasuki ruangan pribadi sang dokter, membicarakan hal serius yang membuat Jinki memuntahkan darah dan pingsan.

"Begini, ini tentang penyakit yang di derita Jinki-sshi...." ucap dokter bermarga Choi itu.

"Penyakit apa itu saem? Aku mohon, Choi saem harus bantu Jinki. Aku dengar-dengar, Choi saem berteman dengan Jinki?" tanya Kibum marathon. Dokter itu tersenyum.

"Ne, Kibum-sshi. Aku teman Jinki. Choi Minho imnida...." ucap dokter bernama Minho itu memperkenalkan diri. Kibum menunduk.

"Jadi, apakah Jinki bisa sembuh saem?" tanya Kibum berharap. Namja bergelar doctor itu terdiam. Sedetik kemudian, ia menghela napas panjang.

"Jinki... ia sebenarnya mengidap penyakit liver kronis. Dan umurnya, sudah tidak lama lagi...." jawab Minho lirih. Ia juga tidak percaya akan yang di derita teman kampusnya ini. Mendengar jawaban dokter, Kibum terbelalak.

"MWOYA SAEM!?" Minho mengangguk lemah.

"Tidak mungkin...." Seperti tertusuk sebuah duri yang sangat tajam, hati Kibum terasa terpukul, mendengar pernyataan dokter akan keadaan sahabatnya.

"U-umur Jinki... berapa lama lagi... saem?" tanya Kibum dengan suara bergetar. Minho menggeleng lemah.

"Entahlah, Kibum-sshi... sebagai seorang dokter, aku bukanlah tuhan yang bisa menentukan hidup matinya seseorang. Aku hanya memperkirakan melalui diagnosis yang aku lakukan. Ia...." Ucapan Minho terhenti. Sepertinya ia tidak ingin membuat Kibum kalut.

"Eotteokkhae saem!?"

"Umur Jinki... tinggal 5 bulan lagi...." Jawab Minho sembari tertunduk.

"APA SAEM!?" Kibum melemas. Ia tidak bisa membayangkan, bagaimana umur sahabatnya yang sudah bisa di hitung hari.

"Ia bisa sembuh, jika ia mendapatkan donor hati...." ucap Minho lagi.

"Namun, stok hati bergolongan darah O sedang tidak ada di rumah sakit ini. Pendonor juga sudah jarang di temui. Kita hanya dapat menunggu waktu...."

"Jinki...." lirih Kibum. Ia bahkan sudah menangis. Minho bangkit dan mengelus bahu Kibum.

"Kau harus kuat, Kibum-sshi. Kau harus bisa membuat hidup Jinki nyaman di sisa hidupnya yang singkat ini. Aku harap, tuhan memberikan sebuah keajaiban pada Jinki. Kita hanya dapat berdoa agar Jinki diberikan kesembuhan dan hidup lebih lama...." ucap Minho menenangkan Kibum. Namja itu mengangguk.

True Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang