Tentangmu

3K 188 25
                                    

Baiknya by Ada Band

-----------------------------

Baiknya semua kenangan yang terindah, tak kubalut dengan tangis ....

Baiknya setiap kerinduan yang merajam, tak kuratapi penuh penyesalan ....

Apa kamu masih ingat pertemuan pertama kita?

Saat itu hujan turun dengan deras. Warna langit berubah menjadi kelabu. Angin bertiup cukup kencang yang membuat payung yang kupegang melayang karena tertiup angin. Aku benci kehujanan. Aku tidak suka basah kuyup. Dan aku sangat kesal karena angin telah membawa pergi payungku. Aku mencoba mengejar payungku itu, tapi percuma karena angin mempermainkanku. Ya, aku berlarian tak jelas mengejar payung yang membuatku terlihat sangat bodoh. Pada saat itu kudengar gelak tawa yang membuatku berhenti mengejar payungku dan beralih ke sumber suara tersebut. Di sana aku melihatmu. Kamu berdiri di emperan toko untuk berteduh. Matamu berair karena gelak tawa yang keluar dari mulutmu. Detik itu pula kekesalanku menjadi berlipat-lipat ganda karena dirimu. Kamu orang yang tak kukenal dengan berani menertawakan kebodohanku karena berlarian di tengah hujan hanya karena sebuah payung.

Apa kamu tau, saat itu aku benar-benar kesal dengan dirimu. Rasanya ingin sekali kucakar wajahmu dan kutendang pantatmu karena kelancangan mulutmu yang seenaknya menertawakan kesusahan orang. Bahkan aku hampir saja mengambil batu untuk kulemparkan ke arah mulutmu. Tapi beruntunglah saat itu aku masih waras dan memilih mengabaikanmu seolah kamu tidak pernah ada di sana. Dengan angkuh aku berjalan diderasnya hujan dan tak kuperdulikan lagi payungku. Ya, aku memilih kehujanan daripada melakukan hal bodoh—mengejar payungku—yang akan mengundang tawamu lagi. Namun setelah beberapa langkah berjalan, tiba-tiba aku merasakan bahwa hujan tak lagi mengguyur badanku. Sontak aku berhenti dan menoleh ke arah belakang. Saat itu wajahmulah yang pertama kali kulihat. Kamu tersenyum sambil memayungiku. Senyum manis nan lembutmu berhasil membuat jantungku berhenti berdetak selama satu detik. Dan detik berikutnya, detakan jantungku tiba-tiba menggila karena tawa kecil yang keluar dari mulutmu. Apa kamu tau, saat itu kukira aku akan mati karena serangan jantung. Ya, semua itu karena dirimu.

Pertemuan pertama kita memang aneh, menyebalkan dan lucu. Pertemuan kedua dan selanjutnya pun masih sama—aneh, menyebalkan dan lucu. Kamu selalu muncul dengan gelak tawamu yang membuatku kesal. Tapi entah kenapa, jika gelak tawamu berubah menjadi senyum manis dan lembut, kekesalanku tiba-tiba sirna dan berganti rasa aneh yang menggelitik perutku. Kamu membuatku meragukan rasa benciku sendiri terhadapmu. Kamu benar-benar telah membuatku gila.

Aku tidak pernah menyangka bahwa orang menyabalkan sepertimu bisa menjadi bagian terpenting dari hidupku. Jika diibaratkan, kamu adalah cat air berbagai warna yang membuat kanvas putihku terlihat indah dan lebih hidup. Ya, kamu telah menggoreskan jutaan warna dalam hidupku. Berbagai kenangan indah telah kamu ciptakan untukku.

Apa aku pernah mengatakan bahwa aku mencintaimu? Jika iya, maafkan aku karena aku berbohong. Sejujurnya, aku amat sangat mencintaimu. Ya, amat sangat. Karena kata 'mencintaimu' sangatlah kurang jika harus dibandingkan dengan betapa besar rasa cintaku kepadamu. Aku tak tahu apa yang akan terjadi kepada duniaku jika kamu tak pernah ada.

Dirimu bagaikan bintang yang berkerlap-kerlip di gelapnya malamku. Tapi mengapa sekarang kamu tega membawa pergi semua bintang dan hanya menyisakan kegelapan untukku?

"Kok Vin tega ninggalin aku, Ma?" tanyaku dengan isakan dan air mata yang mengalir deras dari mataku.

"Sabar ya, sayang." Mama memelukku erat yang membuatku semakin terisak.

"Bia sayang sama Vin, Ma. Bia gak mau pisah sama Vin."

Mengingatmu kembali membuat jantungku serasa diremas, paru-paruku berhenti berfungsi dan duniaku runtuh. Semua hal itu sangat menyakitkan. Kehilangan dirimu sungguh sangat menyakitkan.

"Ikhlasin Vin, sayang. Jangan sampai dia melihat kamu bersedih kayak gini. Jangan buat kepergian Vin semakin berat dengan tangisanmu. Percaya sama Mama, Vin sudah bahagia di sana. Tuhan bakalan ngasih tempat yang paling indah buat orang baik seperti Vin. Kamu harus kuat dan belajar buat ngerelain dia." ucap Mama yang membuat tangisku semakin menjadi. "Do'akan saja, semoga Vin bahagia dan tenang di sana." lanjut Mama sambil memelukku lebih erat.

Vin, terima kasih telah menjadi bagian dari hidupku selama ini. Terima kasih telah menjadi alasan untukku bahagia. Aku sangat bersyukur pernah mengenal dan memilikimu. Kamu akan selalu menjadi bagian terindah dalam hidupku. Sekarang, biarkan Tuhan menjagamu. Tenang dan bahagialah di sana. Di sini aku akan bahagia untukmu.

Kutatap batu nisanmu yang masih baru. Dulu hujanlah yang membawamu kepadaku. Dan sekarang, di saat hujan pula kamu pergi meninggalkanku.

----- T H E  E N D -----

[Cerita ini juga dipublish di akun NPC2301]




Alunan Cinta: Song FictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang