Wattpad Original
Ada 5 bab gratis lagi

Prolog

266K 14.2K 658
                                    

"Hiks ... hiks ... kakak jangan! Ini punya Emily!" gadis berumur 9 tahun itu terus memohon dan meraung untuk dilepaskan dari kakak kelasnya, ia berusaha mempertahankan sebuah permen lolipop besar yang ada di tangannya.

Belum cukup seminggu dia tinggal di kota itu dan dia sudah diperlakukan kasar oleh anak kelas 5. Ini pertama kalinya gadis itu disiksa sejak ia lahir mengingat gadis itu selalu dilimpahi kasih sayang dari keluarga sederhananya.

"Berikan, Anak Baru! Kenapa pelit sekali, sih?!" Seorang bocah terus menarik rambut panjang Emily tanpa mempedulikan linangan air mata gadis itu. Sedangkan bocah yang satunya terus menarik permen yang digenggam erat oleh Emily.

Mereka sudah menjambak, menarik, hingga mencubit Emily, tapi gadis kecil itu tetap berpendirian untuk mempertahan permen itu, tidak peduli pada rasa sakit yang ia alami. Dia hanya bisa berdoa di dalam hati agar ada orang yang menolongnya tapi percuma. Dia dicegat di lorong yang sepi itu.

"Kakak! Jangan! Hiks, jangan ambil punya Emily!" tangis gadis itu semakin jadi hingga suara tangisnya mulai memekakan telinga. Tapi kedua bocah itu tetap bergeming. Tidak mau mengalah pada gadis kecil.

"Menyebalkan!" Bocah yang terus menarik permen itu akhirnya mulai tampak kesal dan lelah. Dia langsung melepaskan permen itu membuat Emily terjungkal ke belakang hingga kepalanya hampir terkena dinding belakang salah satu rumah itu.

Walau begitu, Emily merasakan sakit pada bokongnya yang terkena aspal jalanan.

Emily hanya bisa menangis dan menangis. Wajah manisnya tertutupi oleh air matanya yang meluncur seperti sungai. Rambut coklat gelapnya yang bergelombang sudah berantakan karena jambakan itu.

Emily semakin gemetar saat dua bocah itu kembali mendekatinya untuk merebut permen yang ada di pelukannya sekali lagi.

Entah apa yang akan dilakukan oleh kedua bocah itu lagi, Emily hanya bisa meringkuk di tempatnya. Menenggelamkan wajahnya di antara kedua lututnya dengan ketakutan, menunggu hal apalagi yang akan mereka lakukan padanya.

"Hei, bocah-bocah!" kedua bocah itu langsung mengurungkan niatnya meraih gadis kecil itu saat mendengar sebuah suara dari arah belakang mereka.

Mereka berbalik dan melihat seorang laki-laki berseragam SMA tengah memandang mereka tajam. Wajah lelaki itu penuh luka lebam yang menyeramkan seperti habis berkelahi sehingga kedua bocah itu bergidik ngeri.

"K ... kakak siapa?! M ... mau apa di sini?!" salah satu bocah tampak memberanikan diri bertanya dengan nada tingginya, membuat lelaki itu hanya menaikkan sebelah alisnya.

Lelaki itu hanya menyeringai lalu meludah ke samping. Dapat terlihat darah bercampur dalam salivanya membukti bahwa lelaki itu juga mempunyai luka dalam.

Dia tak menjawab pertanyaan dua bocah itu melainkan hanya menatap mereka seakan matanya mengatakan pergi saja kalian!

Seakan mengerti tatapan itu, salah satu bocah menarik bocah yang lainnya untuk mundur. Melihat tubuh anak SMA yang cukup tinggi dengan beberapa ototnya membuat nyali mereka menciut. Mereka berdua langsung berlari dan menghilang, meninggalkan lelaki itu bersama sang gadis kecil yang masih takut mengangkat kepalanya.

Lelaki tersebut menatap Emily lalu mendengus. Kenapa gadis itu hanya diam di tempat? Dan apa pedulinya?

"T ... terima kasih." Lelaki itu berhenti melangkah saat mendengar suara manis itu menginterupsi. Ia berbalik dan melihat gadis kecil itu sudah berada di belakangnya dan sudah sedikit rapih. Rambutnya sudah kembali tergerai indah.

Tak lupa tangannya masih memegang tangkai permen itu.

Satu hal yang disadari Emily adalah bahwa lelaki itu tampan. Tidak, sangat tampan. Dia lelaki paling tampan yang pernah Emily lihat setelah ayahnya. Hanya saja tatapan lelaki itu sangat tidak bersahabat. Seakan siapa pun yang ada di hadapannya ada musuhnya.

Star Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang