Wattpad Original
Ada 2 bab gratis lagi

Three

155K 11.2K 167
                                    

"Emily," bisik Alex. Alex meraih sapu tangan yang di pegang Emily. "Aku saja."

Alex mulai membersihkan wajahnya sekali lagi sebelum melangkah pergi keluar dari kelas itu dengan ekspresi yang sulit diartikan, tanpa berbalik lagi.

***

"Aku pulang!" Emily masuk ke dalam rumahnya.

Energinya sudah habis karena tidak pernah melihat wajah Eric selama dua hari ini. Dia tak bisa membayangkan jika Eric sampai tak berbicara selama seminggu dengannya, bisa mati dia.

Jika Eric tak kunjung minta maaf, maka dia yang akan minta maaf.

"Emily sudah pulang rupanya!" Merida langsung menyapa Emily dari arah dapur. Mata Emily menangkap sesuatu yang indah. Disana, ada Eric yang menatapnya dengan enggan.

Apa sudah saatnya? Tanya batin Emily girang.

"Emily, aku minta maaf karena telah menarikmu." Satu kalimat dingin nan cepat itu langsung kembali memekarkan hati Emily. Ia segera berlari ke arah Eric dan memeluknya erat. Membenamkan wajahnya ke dada Eric dengan penuh haru.

"Aku sudah memaafkanmu, Joey."

Eric hanya diam di tempatnya. Dia sudah tahu kalau Emily akan memeluknya hingga membuatnya sesak nafas saking eratnya seperti ini. Setiap ia meminta maaf pada Emily, gadis itu pasti akan langsung menubruk dan memeluknya lama, membuat Eric berusaha menahan dirinya untuk tidak segera melempar gadis itu menjauh di depan ibunya.

"Kenapa rambutmu kusut begitu, Emily?" Sara muncul dengan membawa beberapa biskuit untuk Merida dan anaknya. Biasanya rambut Emily terlihat lembut, tapi kenapa sekarang tampak aneh.

"Tadi dijambak, Bu," jawab Emily santai tidak melepaskan tatapan cintanya pada Eric yang sibuk mencoba biskuit itu.

"Dijambak lagi?" tanya Merida tak percaya.

"Hehehe tadi tadi Molly menyiram temanku pakai soda jadi aku menyiram balik Molly dengan cara yang sama. Eh, terus aku dijambak, tapi Khira sudah menolong tadi. Jadi tak usah khawatir, Bu," jelas Emily dengan senyum bodohnya.

"Kerjanya hanya cari masalah dan berkelahi saja," cibir Eric yang enggan menatap Emily dan lebih memilih fokus memakan biskuit di tangannya. "Pantas saja tidak ada pria yang menyukaimu."

"Eric!" Merida langsung memberi peringatan pada anaknya. "Emily itu dijambak karena dia melakukan kebaikan. Harusnya kau bersyukur bisa kenal dengan gadis sebaik Emily."

Eric hanya bisa mendengus sebelum menghabiskan gigitan terakhir biskuitnya lalu bangkit dari tempat duduknya. "Aku sudah selesai! Aku mau pulang duluan."

"Hati-hati, Joey!" Emily melambai pada punggung Eric yang menjauh. Pria itu bahkan tidak berbalik hanya untuk membalas lambaiannya.

***

Emily dengan piyama putih bergambar boneka beruang coklatnya tengah menatap langit hitam yang menampakkan bintang-bintang yang bersinar indah di atas sana. Dia menopang dagunya di pembatas beranda kamarnya.

Menunggu Eric.

Biasanya di malam minggu begini, Eric lebih memilih mengerjakan tugas kuliahnya untuk menghabiskan malam minggunya. Dan Emily, menghabiskan malam minggunya dengan menatap Eric yang serius bekerja hingga ia sendiri mulai mengantuk.

Beberapa menit kemudian, Eric akhirnya keluar dengan kaos putih polos beserta celana piyama biru tua kotak-kotak yang menunjukkan bahwa betapa panjangnya kaki Eric.

Pria itu keluar dengan memegang beberapa helai kertas di tangannya. Matanya sibuk menelaah isi kertas putih itu sambil menyesap perlahan minumannya yang masih berasap terkena terpaan angin dingin malam. Pria itu terus berjalan tanpa berbalik ke arah Emily hingga pria itu mencapai pembatas beranda itu.

Star Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang