"Hai, Tante," sapa Emily begitu memasuki dapur rumah Eric, setelah Merida membukakan pintu untuknya dan mempersilahkan gadis itu. Masakan Merida tercium begitu menggiurkan setiap kali Emily masuk ke dapur itu.
"Bagaimana menurutmu, Emily?" Merida menunjukkan sekotak nasi goreng yang dengan beberapa butir bakso di atasnya. Sangat membuat mata dan perut lapar, sayangnya Emily sudah makan banyak di sekolah tadi.
"Luar biasa, Chef Tante Merida!" ucap Emily dengan antusias sambil memberikan kedua jempolnya.
"Kau mau?"
"Ah, tidak. Aku sudah makan banyak tadi," tolak halus Emily sambil mengusap-usap sayang perutnya yang tetap saja terlihat rata walau ia bilang ia sangat kekenyangan. "Tapi ini untuk apa?"
"Tante, ingin memberikannya pada Joey," jawab Merida sambil sibuk memasukkan kotak itu di tas bekal kecil yang begitu lucu. "Hari ini katanya dia pulang agak malam karena tugas kuliah. Jadi tante mau bawakan bekal."
"Memangnya Joey tidak membawa dompetnya?" tanya Emily bingung.
"Joey jika sudah fokus sama sesuatu dia akan lupa sekitarnya terutama makan. Dia tidak akan punya waktu untuk berpikir pergi makan, jadi lebih baik Tante bawakan makanan agar Joey bisa makan di mana saja dan kapan saja," jelas Merida dengan nada lucu layaknya iklan sehingga membuat Emily sedikit terkikik geli mendengarnya.
Tiba-tiba Emily mempunyai ide. Daripada dia tak melihat Eric seharian ini, lebih baik dia pergi menemuinya. "Biar aku saja yang antar!"
"Kau yakin?"
"Iya!" Emily mengangguk pasti lalu mengambil bekal itu. "Tante pasti lelah memasaknya, jadi biar aku saja yang mengantarkannya."
"Baiklah, kalau begitu berhati-hatilah."
***
Universitas Eric begitu luas, maklum saja karena itu adalah salah satu universitas paling besar di kota. Emily mulai berpikir, haruskah ia mendaftar di universitas ini nanti? Bukankah dengan begitu ia bisa terus melihat Eric baik di rumah maupun di jam sekolah? Pasti menyenangkan!
Emily berjalan mencari gedung di mana kelas Eric—yang telah dikatakan Merida—berada. Bagi Emily semua gedung-gedung universitas itu begitu mirip hingga membuatnya bingung. Ia hanya terus berputar-putar mencari gedung fakultas Eric.
Apakah ini yang dimaksud malu bertanya sesat di jalan?
"Akh!"
Emily baru saja mau melangkah ke gedung yang ia perkirakan tempat di mana jurusan Erci berada, sebelum seseorang menabraknya hingga sedikit oleng. Emily memeluk erat bekal itu berharap bekal itu tidak berantakan karena wanita yang berjalan cepat tadi. Jangan sampai Eric kehilangan nafsu makannya hanya karena Emily menghancurkan bekalnya.
"Sindy sayangku! Maafkan aku!"
"Akh!" Emily baru saja ingin kembali berjalan saat ia sudah berhasil mendapatkan kesimbangannya kembali, tapi sayangnya dari arah yang sama, lagi-lagi seseorang menabraknya. Kali ini lebih keras hingga membuat bokong Emily berhasil mencium tanah.
Untung saja ia masih memeluk erat bekal itu.
"Maaf, kau tidak apa-apa?" tanya pria itu begitu menyadari bahwa ia telah menabrak seseorang hingga orang itu terjatuh.
Dia mengulurkan tangannya pada Emily yang meringis kasihan pada bokongnya. Emily menerima uluran tangan itu agar dibantu kembali berdiri, gadis itu membersihkan beberapa rumput yang menempel di belakang celananya.
Emily hanya mengangguk mendengar pertanyaan itu kemudian menatapnya lalu tersenyum untuk menyakinkan bahwa ia tak apa-apa.
"Ow, kau benar tidak apa-apa, manis?" goda pria itu setelah melihat wajah cantik Emily. "Namaku Aslan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Star Of You
RomanceDemi mendapatkan cinta Joey, Emily rela menyimpan rasa sakit bertahun-tahun akibat perlakuan pria itu. Namun, perjodohan Emily, yang dilakukan untuk menyelamatkan keluarganya, dirusak oleh Joey tepat di hari pernikahan Emily. Ketika Joey menyadari k...
Wattpad Original
Ini bab cerita gratis terakhir