Part 5 - More Closer

164 30 6
                                    

Suasana serba putih, itulah hal pertama yang dilihat oleh Alvina. Ia mengerjap sekali, dua kali, kemudian untuk yang ke tiga kalinya ia merasa bahwa kepalanya terasa berat. Ia melihat bahwa pergelangan tangannya telah diinfus.

Apakah aku berada di rumah sakit? Batin Alvina. Tapi kenapa?

Tiba - tiba Alvina melihat Deverell yang tertidur di sofa rumah sakit. Pemuda tersebut masih menggunakkan setelan jas mahalnya. Ada rasa kasihan yang muncul dari hati Alvina kepada Deverell.

Kenapa kau menungguku disini? Gumam Alvina.

Langit - langit rumah sakit ini sangat bagus. Semua furniturenya juga terlihat bukan barang murahan. Di kamar rumah sakit ini terdapat sofa dengan meja, dan terdapat LCD TV yang menggantung pada dinding kamar. Setidaknya itulah yang dapat ia lihat.

Alvina merasa kerongkongannya sangat kering, ia ingin minum. Ia tidak ingat kapan terakhir kali ia minum. Mungkin kemarin entahlah. Alvina melihat segelas air disamping tempat tidurnya. Namun letaknya tidaklah dekat dan tidak mudah untuk dijangkau. Tapi ia sangat haus, Alvina berusaha menjangkau gelas itu.

Ayolah sedikit lagi, sedikit lagi. Jari Alvina berusaha untuk memegang ujung gelas dan.

"Priang...." Terdengar suara gelas yang terjatuh. Suara itu sangat keras. Tentu saja hal itu membuat Deverell terbangun dari tidurnya. Ia terbangun dan melihat kepingan kaca yang pecah berserakan di lantai. Setelah itu pandangannya langsung menuju gadis berambut hitam tersebut.

"Alvina, kau sudah sadar?" Tanya Deverell yang terbangun. Deverell langsung menghampiri Alvina di tempat tidurnya.

"Kau pasti haus, hingga harus memecahkan sebuah gelas untuk membangunkanku." Ucap Deverell

"Ak...aku tidak bermaksud begitu." Jawab Alvina gugup.

Lalu Deverell mengambil teko kaca yang berada di meja dan menuangkan air kedalam gelas.

"Ini, minumlah." Kata Deverell sambil memberikan gelas kepada Alvina. Deverell berusaha membantu Alvina untuk minum. Tapi kelihatannya gadis itu menolak.

"Aku bisa sendiri." Jawab Alvina datar sambil meraih gelas tersebut dari tangan Deverell.

"Baiklah."

Alvina meminum air dengan sangat cepat.

Sepertinya ia sangat kehausan. Timpal Deverell dalam hati.

Setelah melihat gelas itu kosong Deverell langsung mengambilnya dari tangan gadis itu dan meletakkanya di meja.

"Tunggulah disini." Kata Deverell sambil berjalan meninggalkan Alvina.

"Tapi kau mau kemana?" Tanya Alvina cemas.

"Aku akan memanggil Dokter, mereka harus mengechek keadaanmu." Deverell pun berjalan keluar kamar.

Alvina tidak menjawab ia hanya mengangguk kecil. Sekarang kamar ini sangat sepi tidak ada satu pun suara. Jika berada di ruangan yang sepi Alvina merasa tenang. Ia memejamkan matanya sejenak, tapi ketenangannya terganggu karena perutnya sangat lapar.

Ugh, aku sangat lapar. Perutku sudah tidak tahan lagi.

Kemudian datanglah Dokter ditemani satu orang perawat dan Deverell yang berjalan sambil berbicara dengan mereka. Alvina hanya diam saja, ia tidak tahu harus berkata apa.

Dokter datang kemudian memeriksa tubuh Alvina. "Sepertinya keadaanmu sudah membaik."

"Apakah aku bisa pulang hari ini dokter?" Tanya Alvina

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang