Alvina Dasha membuka matanya yang terasa berat, lalu ia mengerang pelan kemudian mengangkat tangannya. Ia menguap lebar karena semalam pulang larut, dan rasanya Alvina masih ingin tidur lagi. Turun dari tempat tidurnya dengan langkah yang gontai dan diseret-seret, Alvinapun keluar dari kamarnya. Aroma masakan yang berasal dari dapurpun tercium hingga ke kamarnya. Tentu saja aroma itu membuatnya lapar, mengingat ia belum makan apapun kemarin malam. Dengan satu hentakan cepat ia membuka pintu. Ibu dan Adiknya yang sedang duduk santai di meja makan sambil menikmati teh, tidak dapat terelakkan untuk kaget.
"Ada apa Alvina, Mengapa kau membuka pintu seperti itu?" tanya ibunya dengan nada khawatir. "Alvina kau bisa saja merusak pintu kamarmu jika kau membuka pintu dengan cara seperti itu!"
Baju Piama yang lusuh, rambut yang urakan serta wajahnya yang kelelahan terlihat mengkhawatirkan. Bagaimana tidak Alvina terlihat seperti anak jalanan yang tidak dapat makan selama dua hari. Alvina sangat malas untuk membalas omelan ibunya, jadi ia memilih untuk diam.
Reva melihat kearah kakaknya, ia berusaha menahan tawanya. "Kak, kau terlihat mengerikan dengan gaya seperti itu."
Dengan wajah cemberut Alvina berkata. "Hush kamu ini, ini bukan gaya tahu."
Dengan kesadaran yang sudah mulai terkumpulkan Alvina berusaha untuk melihat kearah jam yang menggantung pada dinding ruang makan. Sekarang Alvina tidak dapat berkata apa - apa lagi, matanya kini membesar ia seakan-akan tidak percaya terhadap apa yang dilihatnya.
"Aku tidak percaya ini, aku terlambat." Alvina berlari kekamarnya dengan cepat lalu mengambil handuknya, kemudian ia berjalan menuju kamar mandi.Ibu yang melihat tingkah aneh putrinya merasa heran karena Ia tidak pernah melihat Alvina seperti itu. "Ehm..Reva ada apa dengan kakakmu tadi?" Reva yang juga melihat hal itu hanya dapat membayangkan satu kemungkinan. Kemungkinannya adalah Kakaknya yang selalu datang pagi untuk bekerja sekarang harus datang terlambat.
"Sepertinya kakak akan datang terlambat untuk bekerja, bu." Sahut Reva dengan nada yakin.
"Anak itu, kemarin Ia datang larut malam, jadi wajar saja jika Ia mendapatkan waktu tidur lebih untuk dirinya. Kadang - kadang Ibu merasa kasihan padanya, kenapa Alvina tidak merawat dirinya saja?" Omel ibunya dengan panjang lebar. Reva hanya tersenyum mendengar ocehan ibunya, ia tahu bahwa kakaknya bukanlah tipe gadis yang menggunakkan make up tebal.
"Ibu tidak pernah melihat kakakmu bersama seorang pria, apa dia tidak memiliki teman laki - laki?"
"Entahlah Bu, aku juga tidak pernah melihatnya bersama seorang pria." Sahut Reva.
Sepuluh menit kemudian Alvina keluar dari kamar mandi, dengan badan yang ditutupi handuk Ia pergi menuju kamarnya untuk berganti pakaian. Ia berusaha melakukannya secepat kilat, karena ia tahu waktunya hanya sedikit. Setelah selesai berganti pakaian, tiba - tiba handphone Alvina berbunyi.
Dengan berjalan malas Alvina mengambil handphonenya yang berada di meja kamarnya 'Siapa yang menelpon di pagi hari seperti ini.' Batin Alvina dalam hati. Dilayar handphonenya hanya bertuliskan nomor yang ia tidak kenal.
........................................................................
Seorang pemuda yang dipenuhi semangat sedang menyetir mobil, ya pemuda itu adalah Deverell. Terlihat bahwa ia merasa yakin dengan rencananya. Sekarang ia harus menjemput teman barunya itu. Jangan tanyakan dimana ia mendapatkan alamat Alvina, tentu saja dari Pak Makmur, security yang bekerja di Perusahaan Adyantara Corp. Dalam waktu 10 menit Deverell telah sampai di depan Rumah Alvina, sebelumnya ia belum pernah datang kesini. Ia juga belum terlalu yakin apakah rumah tersebut rumahnya Alvina. Tapi jika dilihat dari alamat yang diberikan oleh Pak Makmur, tentu saja rumah ini sudah benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear
Fiksi RemajaPerjalanan seorang gadis yang mendambakan kekayaan dan berusaha meraih cita - citanya bertemu dengan seorang laki - laki yang memiliki segalanya. Alvina Dasha POV : "Kenapa dia begitu baik kepada semua orang, adakah maksud tertentu dibalik kebaikan...