-Selamat membaca!
"Aahhhh.." Glora berteriak dengan sangat melengking memekik telinga, dan ia membuka mata terbangun dari tidurnya mengatur napasnya yang tercekat cepat dan berat, ia mengelap keringat yang bercucuran dipelipisnya dan menyingkirkan novel-novel picisan yang tadi ia baca.
Mungkin ia tertidur karena membaca terlalu lama, tapi mimpi tadi terasa sangat nyata dan sekarang hanya sedikit yang Glora ingat, ia menghela napas kencang. Alexandro Raffandi? Siapa nama itu kenapa hanya itu yang dia ingat? Batinnya memberontak.
Mungkin hanya bagian dari bunga tidurmu seolah bercakap dengan dirinya sendiri menyakinkan.
"Sudahlah lupakan itu Glora." Menenangkan batinnya sendiri.
Glora bangkit dari ranjang dan mengumpulkan semua helaian rambutnya menjadi satu dan mengikatnya tinggi. Ia keluar dari kamarnya yang terasa sunyi dan menurini anak tangga satu per satu. Ia ingat bahwa papanya masih berada diluar kota. Glora meraba-raba dinding menekan tombol mencari penerangan didapur, seketika lampu menyala dan sebuah memo menepel dipintu kulkas menarik perhatiannya.
'Allysa, mama pergi kerumah tetangga baru kita sebentar. Mama simpen pudding stawberry didalam kulkas, dan kalau kamu mau pergi kuncinya ada diatas kulkas yaa sayang.'
Glora mengambil pudding yang dimaksud didalam kulkas, merasa dirinya lapar. Ia baru ingat soal sahabatnya yang akan mengajaknya keluar nanti. Mengecek iphonenya, menggeser layar 'slide to open' dan membuka kotak pesan, ternyata masih belum dikirim alamatnya oleh Adrena -sahabat karibnya sejak kecil. Merasa penasaran kemana tujuannya ia berpikir sejenak menerka-nerka tempat dan rencana sahabatnya sambil menjentik-jentikkan sendoknya ke-meja menimbulkan dentingan suara beraturan.
Melirik sedikit disudut kanan layar iphonenya, yang menunjukkan pukul 6 tepat. Ia menyuapkan potongan terakhir puddingnya, dan membiarkan mug-nya masih dimeja segera berlari naik kekamarnya. Memutar snop pintu kamarnya, menyalakan sound system yang memutar lagu Selena Gomez-Same Old Love agar tidak terasa terlalu sunyi. Ia mengambil handuk putih bersih, dan masuk kekamar mandi, menyalakan shower sambil bersenandung ria mengikuti alunan musik.
Tak lama kemudian aksi mandinya telah selesai ia tak perlu menggunakan waktu lama untuk merias dirinya, tak seperti kebanyakan perempuan diluar sana yang suka melapisi wajahnya dengan berbagai make-up Glora lebih senang tampil natural.Kringg....kringg..
Di nada kedua panggilan Glora menggeser layarnya ketombol hijau berbentuk telepon.
"Loraa, perencanaan diubah. Nanti dia bakal jemput lo, gua udah kasih alamat rumah lo dan dia sekarang lagi otw. Sorry yaa." Tanpa sepatah katapun yang diucap Glora panggilan disebrang telah memutus hubungan. Dia sudah tahu bahwa ia akan dicomblangkan untuk kesekian kalinya oleh Adrena.
Setelah lama berkutak dengan pemikirannya, sebuah suara mobil terdengar mendekat mengintrupsi dan penasaran mendekatinya. Ia membuka sedikit gorden kamarnya mengintip kebawah, ternyata benar seorang laki-laki keluar dari mobil tersebut dan terlihat memasukkan tangannya kesela-sela pintu untuk menekan bel rumahnya.
Tingggtongg...ting tongg...
Ia melihat kembali pantulam dirinya dicermin, dan mengoleskan sedikit lip-tint dibibirnya agar tidak terlihat terlalu pucat. Dengan perasaan senang, penasaran, dan menggebu ia berlari turun kebawah. Mengambil kunci pintu diatas kulkas dan mengaitkan sepatu convers hitam dikakinya.
Dengan suara lantang Glora berucap "iyaaa." Sambil berjalan membuka pintu dua lengan warna coklat rumahnya.
Disana munculah sosok laki-laki dengan rambut klimis menggunakan kemeja biru muda yang dilapisi sweater polo warna hitam, terlihat dari kera biru tua yang mencuat disisi lehernya dan dipadukan dengan celana jeans hitam pekat sangat pas dengan warna kulitnya yang sawo matang dan memperlihatkan wajahnya yang kental dengan wajah asia asli.
"Uh-huk.." Glora tak sengaja tersendak ludahnya sendiri, memalukan batinnya bersorak.
"Hei, lo gapapakan?" Tanyanya ramah.
"Gua, Hansenata Pratama." Seraya mengajukan tangannya.
"Allysa Elliegloradiss." Glora membalasnya dengan baik dan senyum kikuk, masih salting. Ia memang selalu begitu jika berdekatan dengan laki-laki manapun, mungkin canggung, dan tak nyaman.
"Lo bisa manggil gua Glora, tapi terserah sih. Jadi gua manggil lo?" Mencoba mencarikan suasana agar tidak terlihat gugup.
"Oke Asa, gua Nata. Mungkin itu lebih baik." Kami kembali berjabat tangan, seperti mengulang perkenalan.
Sepertinya ia mempunyai selera humor yang baik. batinnya seolah memberi komentar
"Oh ya, lo udah dikasih tahu kan sama Adrena kalau gua bakal jemput kesini." Ucapnya dengan senyuman tipis.
"Iya, Jadi kita mau kemana?" Tanyaku penasaran.
"Ada deh, ayuk!" Ia langsung mebukakan pintu untuk Glora, tingkahnya bak pangeran.
Setelah duduk, Glora merasakan kilasan balik tersebut. Bahwa ia akan tertabrak tapi ia tak ingat siapa yang bersamanya diingatan mimpi tadi. Glora memejamkan matanya dan langsung memegang tangan Nata.
"Are you okay, Asa?" Nata mengerutkan keningnya tanda bingung.
"Oh, sorry. I fine." Jawab Glora gelagapan dan segera melepaskan kaitan tangannya.
Nata kembali fokus menyetir, dan Glora masih menarik nafasnya merasa sedikit sesak.
Hingga menit-menit berlalu, dan sampailah mereka disebuah restoran royal yang remang-remang dengan balutan lilin-lilin disetiap sudut dan meja.
Setelah mencari tempat parkir yang tepat dan dekat dengan pintu masuk, kami membuka seat belt kami masing-masing.
"Nata." Cegat Glora saat nata hampir keluar dari mobil.
"Hah?"
"Ini susah bukanya, kayaknya nyangkut deh." Ucap Glora dengan putus asa.
Dengan cekatan Nata langsung mendekati Glora dan membuka seat beltnya dengan sekali hentakan. Glora hanya menahan nafas menyadari kedekatannya, matanya berkedip-kedip tak percaya.
"Eh-em, thanks. Sama, gua bisa sendiri kok buka pintunya." Dengan sedikit senyum tipis kikuk dan dibalas dengan senyum kikuk Nata juga.
Setelah itu Mereka berbarengan keluar dari mobil, kemudian beriringan masuk ke restoran. Lalu seorang pelayan langsung menghampiri kami.
"Selamat malam tuan, silahkan!" Pelayan itu segera menggiring kami kelantai 2 dan semua tatapan menuju kekami, tepatnya kepada Nata.
Dengan cekat dua pelayan lain berpakaian berbeda datang dan menarikkan kursi kami masing-masing dan seorang yang nampaknya koki menjamu kami dengan makanan pembuka khas italia, dengan gerakan seribu langkah mereka menjauh tak lupa sebelum itu membungkukan badannya.
Mungkin memang semuanya dijamu seperti ini batin Glora.
"Gua gak nyaman disini, semuanya ngeliatin lo." Nata tak menjawab malah hanya menaikkan kedua alisnya dan tersenyum seolah-olah menyatakan tak peduli.
"Jangan sentuh itu." Glora menarik mangkuk bundar kecil milik Nata, agar ia tak segera melahapnya.
"Lo suka merintah juga ya." Tanyanya tepatnya pernyataan dengan seringai mengejek.
"Ayuk, gua tau tempat bagus." Glora langsung menarik tangan Nata mengajaknya berdiri.
Dengan tiba-tiba Glora menghentikan langkahnya. "Eh, bayar dulu. Atau lo gak bawa uang?" Serunya kikuk menatap Nata.
"Gak perlu kali, yukk." Nata dengan sengaja merangkul bahu Glora, membuat kemerahan disekitar pipi Glora.
"Eh-eh?"
Mereka turun bersamaan dan keluar dengan seenaknya, tak ada orang yang mencegatnya. Malah semua pelayan menunduk hormat. Apalagi tatapan memuja yang diperlihatkan terang-terangan oleh semua pengunjung wanita disini kepada kami ralat Nata.
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Happy Ending.
Acak-Allysa Elliegloradiss. Ia hanyalah seorang perempuan yang menurutnya hidupnya biasa saja dengan segala kedamaian yang ada, dan ia mempunyai pemikiran yang berbeda dari orang lain. Sampai suatu kejadian aneh menimpanya. "Mungkin akan lebih baik jika...