Fall For You (13)

5.3K 377 18
                                    

-Fall For You-

.

.

.

.

.

Sehun terduduk di kursi meja makan. Menunggu Luhan-yang hanya mengenakan kaos dan underwear-selesai menyiapkan sarapan baginya. Luhan membelakanginya. Memberi Sehun pemandangan indah karena pahanya yang mulus terpampang begitu jelas.

Terkadang Sehun membatinkan kata pujian 'wow' kepada Luhan. Sehun tidak ingat berapa banyak dia memuji Luhan dalam hati. Entah, Sehun hanya kagum dengan segala yang Luhan lakukan. Luhan bisa segalanya. Sedangkan dirinya? Dirinya hanya bisa tidur, makan-dan meminta olahraga ranjang, tentunya.

"Apa aku melakukannya terlalu kasar, Han?" tanya Sehun tiba-tiba dan Luhan menghentikan acara untuk mengaduk susu vanila hangat itu.

"Maksudmu?" Luhan bertanya sambil menarik kaos kebesaran di bagian lehernya yang terasa melorot. Tentu saja, itu adalah kaos Sehun. Kaosnya membuat Luhan diam-diam mengerucutkan bibir sebal karena lagi-lagi turun dan turun hingga memperlihatkan bahunya yang terhiasi oleh bercak kissmark Sehun.

"Saat morning sex."

Luhan menggaruk lengannya yang tidak gatal sesaat. Merasa tidak nyaman dengan pembahasan ini karena dia sadar bahwa kedua pipinya mulai bersemu merah. "Tidak. Kau selalu melakukannya dengan lembut." Dirinya mengangguk lagi saat batinnya mengulang.

'Ya. Ya. Sehun selalu lembut. Ya. Dia tidak pernah kasar. Ya. Ya.'

Hampir saja Luhan terkekeh dengan apa yang dia batinkan. Terlalu banyak pengulangan kata 'ya' di sana, dan Luhan tidak sadar bahwa batinnya mengulang terus. Luhan tidak berbohong dan tidak mengarang. Selama ini Sehun tidak pernah melakukan kekerasan fisik.

"Tapi aku melihatmu menangis," katanya cepat dan polos. Sendi jari dan tangannya membeku, membuat sendok kecil yang Luhan pegang terjatuh. Sehun sedikit terkejut namun dia hanya melirik apa yang tengah Luhan lakukan. Luhan dengan buru-buru mengambil lagi sendok itu dan mencucinya di wastafel. Ternyata Sehun memperhatikannya saat menangis, oh memalukan.

"Ah. Tadi aku mengantuk. Maaf jika itu membuatmu berpikiran yang lain-lain."

"Tapi kau terisak," katanya lagi tak mau kalah.

"Ya Tuhan, Oh Sehun, bisa kau bedakan isakkan dengan... ehm, desahan?" Luhan harus menahan malu saat berkata. Volume suaranya jelas mengecil pada kata terakhir. Meskipun sebuah dusta, namun Luhan harus menyembunyikan kecemburuannya. Sehun tidak boleh mengerti akan perasaannya. Sama sekali tidak boleh.

Dan dengan itu, Sehun hanya mengendikkan bahunya tak acuh dengan jawaban Luhan. Lupakan, dirinya ini tidak terlalu peduli. TohLuhan sudah memberi tahu jawabannya. Lagipula sudah beruntung dia mendapat sarapan bagi adik kecilnya yang merengek (karena akhir-akhir ini Sehun juga tidak meminta dilayani oleh kekasihnya yang lain di luar sana).

"Oh."

Luhan berlari ke kamar mandi saat bagian dalam perutnya bergejolak aneh setelah Sehun berangkat kuliah pada pukul 6.24 pagi. Dia memuntahkan lagi roti panggang dan susu vanila yang ia buat untuk sarapannya dengan Sehun setengah jam yang lalu.

Dahinya mengerut dan dia meringis merasakan asam dari mulutnya sehabis muntah. Sialan, ini menjijikkan sekali, batin Luhan.

Tangannya mengusap perutnya, sesekali meremas namun itu tidak mengurangi rasa mualnya. Rasanya seperti terpelilit kuat oleh sebuah tali tambang. Jemarinya juga turut memijit pelipisnya. Kepalanya seperti ingin pecah saja. Jika ini masih berlangsung dan Luhan tidak tahan lagi, dia berjanji akan membenturkan kepalanya sendiri ke tembok apartemen.

Fall For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang