11. Permintaan Maaf

215 7 0
                                    

"Maafin aku, mas. Ternyata aku belum bisa jadi istri yang baik buat kamu, aku belum bisa jadi ibu yang baik buat Anne, mas..." tadi aku pengen minum ke dapur, tapi pas lewat kamar papa, aku mendengar obrolan papa dan tante Joan. Kepo aja, mereka ngomongin apa.

"Kamu kenapa sih, Anna? Setidaknya kamu kan lagi mencoba buat jadi ibu yang baik untuk Anne, kamu pikir aku udah jadi suami yang baik buat kamu?? Belum, Anna sayang..." Anna, nama yang mirip dengan namaku. Nama itulah yang digunakan papa untuk panggilan kesayangannya pada tante Joan. Miris...

"Mas, aku minta maaf ya. Aku selama ini udah nutupin banyak hal dari mas. Aku nggak pernah bisa jadi wanita sempurna dan nggak pernah bisa punya hubungan yang baik sama Anne. Apa gunanya aku disini mas? Kalau Anne aja benci sama aku...." huuft... Benci kayaknya bukan kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan ku pada tante Joan, aku hanya kurang suka.

"Anne nggak mungkin membenci kamu, Anna. Dia hanya butuh waktu agar terbiasa dan lama-lama dia akan dekat sama kamu. Semuanya butuh waktu dan proses, Anna. Tidak ada yang instan" aku bisa mendengar suara papa yang optimis dari luar sini. Ya, aku tidak pernah membenci dia.

"Bagaimana mungkin Anne tidak membenci aku mas? Sedangkan aku sudah merenggut 2 dari kebahagiaan Anne" kata tante Joan lirih. Aku yakin ada setitik air mata yang jatuh dari pelupuk mata tante Joan. Untung saja aku tidak melihat air mata itu jatuh, kalau lihat aku bisa luluh.

"Kebahagiaan yang mana lagi? Masalah Tania lagi, An?" tanya papa. Helaan napas berat mengiringi kalimat papa barusan. Lelah....

"Selain itu aku juga merenggut Rein dari Anne, mas. Aku memutus harapan kebahagiaan mereka, mas. Bayangkan betapa kejinya aku sebagai ibu mas..." tante Joan terisak pelan. Aku yakin kini papa sudah pindah posisi duduk di sebelah tante Joan.

"Rein? Anak kandung kamu dengan William waktu di Yogya? Mana mungkin, Anna. Mana mungkin Rein kenal Anne? Mana mungkin dia disini?" lagi-lagi aku yakin kalau papa pasti kaget mendengar ucapan tante Joan. Layaknya aku yang kaget dan menegang mendengar nama Rein disebut. Apa iya aku jatuh cinta padanya?

"Iya mas. Kenyataan nya begitu. Rein disini bersama William dan dia satu sekolahan sama Anne. Mas pasti tau kalau Anne sekarang sudah remaja dan tumbuh cantik seperti Tania" tante Joan berhenti dan menghela napas berat sebelum melanjutkan kalimat pengakuan nya. Sedangkan suara papa tidak juga terdengar untuk merespons ucapan mama, eeh... Maksudnya tante Joan. Duuuh....

"Mereka remaja dan mereka jatuh cinta. Lalu aku harus apa mas? Yang satu anak kandung aku, yang satu anak tiri aku. Saking bodohnya aku, aku malah nemuin mereka tadi siang dan ngelarang mereka berhubungan dengan cara yang sungguh mengejutkan" suara tante Joan mulai pelan hingga hampir tak terdengar. Sebenarnya apa sih mau nya tante Joan? Saling jatuh cinta gimana? Aku kan nggak cinta sama Rein, suka aja nggak.

"Jatuh cinta?! Mereka pacaran?! Trus kamu ngomong apa sama mereka?!" suara papa menggelegar sampai-sampai aku terjengkang. Untung aja nggak ada bunyi vas pecah, ala-ala sinetron.

"Aku rasa mereka emang saling jatuh cinta, mas. Ya wajarlah, mereka kan nggak tau kalau mereka punya ibu yang sama. Ya wajarlah, mereka kan remaja yang ingin tau rasanya cinta. Tapi saat itu aku benar-benar bingung mesti ngapain, jadi aku ngebuntutin mereka yang lagi makan di cafe trus mukul meja dan teriak stop!! Kalian nggak bisa pacaran. Kira-kira kayak gitu lah mas, aku pusing......" kata tante Joan dengan nada lirih. Tante salah... Aku nggak suka sama Rein.

"Kamu nggak salah kok, Anna. Mas ngerti masalah dan perasaan kamu sekarang. Sekarang lebih baik kita tidur. Besok kita coba bicara sama Anne ya, dia pasti bakal ngerti kok" nada suara papa benar-benar mengendalikan, sampai-sampai aku diluar sini pun ikut mengangguk. Betapa beruntungnya tante Joan yang bisa mendapatkan cinta papa. Entah kenapa, aku jadi lupa dengan kesedihan yang pernah dirasakan mama dan memihak pada tante Joan. Apa arti semua ini?

"Aku minta maaf, mas. Aku udah ngerenggut kebehagiaan anak kita" kata tante Joan.

"Nggak kok, kamu nggak usah nyalahin diri sendiri, Anna" suara papa benar-benar menenangkan dan aku yakin tante Joan pun bisa tidur dengan tenang karenanya.

Setelah itu tak ada lagi suara obrolan dari mereka berdua. Aku memutuskan untuk segera ke dapur agar bisa minum.

Maafkan aku tante Joan dan papa, sudah mencuri dengar omongan kalian yang tidak sepantasnya aku dengar. Maafkan aku mama, karena aku sayang tante Joan.

***
Please vote dan komen ya, akhirnya bisa lanjut problem.....

ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang