Langit biru terang menghiasi kota London saat itu. Saat ini adalah musim semi, sehingga banyak bunga yang bermekaran. Menambah kesan indah di pagi yang cerah saat itu.Namun ketenangan dan kedamaian di manor Michaelis harus terganggu karena sebuah teriakan yang cukup keras, membuat kaca-kaca jendela disana pecah. Oke, itu cukup berlebihan.
"Sebastian!!" Ciel berteriak karena malu. Kedua tangan mungilnya menutup wajahnya yang memerah saat ini.
Jika kalian ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, mari kita melihat reka ulangnya.
-flashback-
Ciel, sang nona muda berbaring diatas tempat tidurnya dengan tenang. Kedua kelopak matanya masih terpejam, walaupun matahari telah memunculkan dirinya. Dapat terdengar dengkuran halus, membuat gadis itu teelihat bagaikan putri tidur.
Namun keheningan di kamar Ciel terinterupsi oleh suara derit pintu kamar yang terbuka, menampakan sosok jangkung berkepala hitam. Begitu melangkah ke kamar sang adik, kedua mata Sebastian tertuju pada sosok malaikat yang masih terlelap diatas kasur.
Helaan nafas berasal dari Sebastian. Sudah hampir jam 9 pagi tapi dia belum bangun juga, pikir Sebastian seraya melenggang mendekat kearah tempat tidur. Dasar putri tidur, Sebastian terkekeh pelan.
Sesaat kemudian, tangan besar Sebastian menggoyangkan tubuh adiknya perlahan, berusaha membangunkan adiknya dengan lembut. "Ciel, ayo bangun" namun tak ada reaksi apapun. Yang ada hanyalah tangan Ciel berusaha memindahkan tangan Sebastian yang menyentuh pundaknya.
"Ayo bangun, Ciel" sekali lagi, pemuda itu menggoyangkan pundak sang adik perlahan. Namun seperti yang terjadi sebelumnya, tangan mungil itu memindahkan tangan sang raven dari pundaknya.
Bah, anak ini...
Sebastian pun hanya berdiri, dengan melipat tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya menyentuh dagunya membuat pose berpikir. Lalu sebuah ide genius muncul, dan tentu saja ide itu pasti akan membuat sang adik bangun.
Sebastian berjalan memutar kasur Ciel, menuju sisi lain dari kasur Ciel untuk melihat wajah eloknya yang sedang tertidur (A/n: tadi Ciel ceritanya memunggungi Sebastian)
Ia memerhatikan sejenak wajah adiknya yang tampak begitu damai. Maafkan aku Ciel, aku harus mengacaukan mimpi indahmu itu, Sebastian menyeringai dalam hati.
Lalu dengan perlahan, ia mendekatkan wajahnya kearah wajah sang adik, lalu menghembuskan nafas hangat di leher sang adik. Tentu saja, itu membuat gadis yang awalnya tidak mau bangun tadi, langsung membuka matanya.
Dan sebuah jeritan bagaikan seorang korban pelecehan pun terdengar...
End of flashback
"Jangan berteriak begitu, telinga ku sakit tau mendengarnya" Sebastian mendesah tertahan, merasakan telinganya sakit setelah mendengar teriakan 'seriosa' sang adik. "Lagipula salah mu sendiri aku bangunkan secara 'baik-baik' tapi tidak mau"
Kerutan pada dahi Ciel tampak semakin dalam, "kan ini hari libur! Jadi tidak perlu membangunkan ku sepagi ini" Ciel mengelak, namun bukan Sebastian namanya jika ia tidak bisa memenangkan perdebatan ini. Dengan cara apapun, walaupun itu cara kotor sekaligus, Sebastian akan tetap melakukan demi kemenangan atas adiknya.
Satu kata yang patut kita berikan untuk Sebastian, sungguh licik...
"Tapi ini sudah jam 9, Ciel ku tersayang... gadis macam apa yang bangun jam 9?"
"Macam-macam" jawab Ciel asal, membuat dahi Sebastian ikut berkerut.
"Kalau begitu, aku akan memberikan hukuman untuk gadis 'macam-macam' seperti mu, Ciel Phantomhive" dan Sebastian pun berlalu pergi meninggalkan sang adik sendirian didalam kamarnya. Tanpa menghiraukan kedua manik crulean yang saat ini membulat sempurna, menatap kepergian sang kakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soundless Voice
RomanceCiel yang telah kehilangan kedua orangtuanya akhirnya bertemu dengan Sebastian... bagaimana hubungan antara Ciel dan Sebastian? Warn: Ooc, typos (everywhere), fem ciel, angst (maybe)