05》 SALAH MENGIRA

2.7K 425 23
                                    

Masih dengan aku dan buku usangku yang tetap setia menemaniku bercerita.

Sekarang, 19 Februari 2020. Sudah lewat sehari aku tak menemui bukuku. Ada sedikit kesibukan, sehingga kemarin tak sempat menyentuh lembar-lembar tua milikku. Tetapi hari ini ingin ku sambung kembali apa yang ku tulis dua hari lalu.

Ospeks hari kelima telah tiba. Itu artinya, aku dan seluruh maba akan kembali ke kelompok ospeks umum, setelah dua hari sebelumnya sibuk dengan ospeks di jurusan masing-masing.

Senang? Tentu saja. Bagaimana tidak? Hari ini aku akan kembali sekelompok dengan Rara.

Masih ku ingat dengan jelas kala kakiku melangkah bersemangat menuju halaman utama kampus. Kulihat teman-teman sekelompokku---kelompok lima belas lebih tepatnya---mereka sudah berbaris rapi ke belakang. Sepertinya aku datang paling terakhir, mengingat barisan kelompokku tampak sudah penuh. Untungnya aku belum terlambat.

Aku segera menuju ke barisan paling depan. Kudapati Rara sudah berbaris disana, di barisan kedua dari depan, tepat di belakang Arkara.

Melihat keduanya, ingatanku segera kembali pada peristiwa di ospeks hari ke-empat. Peristiwa di depan gerbang utama kampus, ketika Rara lagi-lagi pulang bersama Arkara. Bahkan sambil memeluk pinggang sahabatku, juga menyandarkan kepalanya di bahu.

Tetapi hari ini, aku ingin terlihat normal. Aku tidak ingin terlihat cemburu. Untuk itu aku akan tetap menyapa mereka seperti biasa. Meski agak sulit, tetapi akan kulakukan sebisanya.

"Pagi, teman-teman." Sapaku sambil menepuk bahu Arkara dan Rara yang berdiri pada dua barisan di depanku. Keduanya refleks menoleh ke belakang dan tersenyum kepadaku.

"Pagi Yasa..." Rara membalas sapaanku sembari tersenyum ramah. Senangnya hati... mendapat senyuman dari bidadari di pagi hari.

"Baru sampai, Yas?" Tanya Arkara kepadaku. Lalu hanya ku balas dengan anggukan.

Tak lama kemudian, kakak-kakak PJ pun sudah tiba di halaman. Mereka segera berbaris rapi di depan kami. Sementara ketua penanggung jawab ospeks naik ke podium sambil membawa serta pengeras suara. Sepertinya ada pengumuman yang ingin disampaikan.

"Selamat pagi, adek-adek!" Sapanya.

"Pagi, kak!" Kami menyapa balik dengan suara bersemangat.

"Sebelum memulai kegiatan ospeks hari ini, ada beberapa pengumuman yang ingin saya sampaikan."

"Besok akan menjadi hari terakhir ospeks bagi kalian. Untuk itu, besok pagi hingga siang, kita akan mengadakan kegiatan outbound. Anggap saja sebagai refreshing otak dan fisik kalian setelah seminggu menjalani kegiatan ospeks yang melelahkan."

"Malamnya akan ada acara inagurasi dan panggung seni. Maka dari itu setiap kelompok wajib berpartisipasi, minimal untuk satu penampilan. Bebas, boleh menampilkan apa saja. Menyanyi, menari, berpuisi, bahkan boleh jika ada yang ingin menampilkan stand up comedy." Ucapan kakak ketua penanggung jawab ospeks segera mendapat respon tawa dari kami ketika gagasan tentang penampilan stand up comedy terdeklarasi.

Menarik juga, pikirku. Ku rasa aku harus ikut berpartisipasi. Lagipula aku sudah terlanjur berjanji pada ketua BEM, untuk bernyanyi di malam inagurasi. Maka dari itu, besok adalah waktu yang tepat untuk mewujudkan janjiku.

"Karena besok ada pentas, maka kegiatan ospeks hari ini akan saya bebaskan. Kalian bisa menggunakan waktu bebas hari ini untuk saling berdiskusi mengenai pentas besok dengan kelompok masing-masing. Dibantu PJ tentunya."

Gulita di Langit Senja (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang