Boy

1K 46 7
                                    

Pagi ini sangat cerah, bahkan kicauan burung bernyanyi pun begitu merdu terdengar. Mentari seolah tersenyum bahagia karena menerangi indahnya dunia.

Namun, sungguh sayang. Bagiku kini dunia tak seindah dulu. Ntah mengapa semuanya t'lah sirna, rasa cinta dan sayang terhadap suamiku kini lenyap tiada berbekas. Menenggelamkan seluruh kebahagiaan.

Mungkin orang yang mengetahui tentang keluarga ku ini akan mengatakan. 'Kalian keluarga harmonis, pasti selalu terdapat kebahagian di dalamnya'. Namun, apakah mereka tau kalau hati ku tersiksa selama ini.

Satu kabar buruk di pagi ini yang membuatku makin tak bersemangat. Salah satu anggota keluarga suami ku meninggal, ini akan melelahkan. Bukan karena aku tak ikut berduka, tapi seluruh anggota keluarga yang kebetulan berada luman jauh dari kampung tempat kami tinggal akan berdatangan kerumahku. Karena letak rumah kami dekat dengan anggota keluarga yang meninggal.

"Mih,siapin makanan karena nanti sodara papih pasti kesini." ucap suamiku yang kemudian melenggang masuk ke kamar.

Aku sudah selesai menyiapkan semua, dari mulai snack untuk ngemil yang terhidang di meja ruang tamu. Dan juga masakan yang sudah siap di meja makan.

"Sudah Mih? " tanya Suami ku yang telah berganti pakaian, dan bersiap ikut kepemakaman. Kebetulan aku tidak ikut karena harus beres-beres di rumah menyiapkan ini itu. Tidak ada pembantu di rumah, sebab aku selalu merasa kurang jika pekerjaan rumah di kerjakan orang lain.

"Iya sudah." jawabku dengan nada suntuk.

Ting.tong!!

Bel rumah berbunyi pasti itu saudara-saudara suamiku. Aku bergegas membuka pintu. Ternyata benar, yang datang adalah kaka sepupu suamiku.

"Silahkan masuk Teh." tawarku dengan senyum sumringah. Aku pun mempersilahkan untuk duduk. Dan kami mengobrol kesana kemari. Mata ku tertuju pada seorang pria muda, aku seperti mengenalnya.

"Oh, iya Ra. Ini anakku Boy. Kamu masih ingetkan dulu ketika dia berumur lima tahun kamu selalu memapah nya berjalan." ucap teh ilis. Iya benar aku mengingatnya, pantas saja aku seperti mengenalnya. Tak terasa waktu ternyata begitu cepat berlalu. Kini dia sudah besar.

"Iya tante, aku udah besar ya sekarang." Boy tersenyum berbicara pada Dara.

"Iya benar, berapa umur mu sekarang? " Tanya dara kemudian.

"24 Tahun. Tan, " jawab Boy sembari memakan kue yang terhidang dalam toples di meja.

"Wah aku berarti udah tua ya. " ucapnya yang terkekeh. Teh ilis pun ikut terkekeh mendengarnya.

"Ahh engga. Tante masih terlihat muda. Kaya masih umur 28tahun, iya kan mah? " Boy mencari kebenaran atas ucapannya kepada Ibunya.

"Iya bener tuh, Ra. " jawab ilis membenarkan. Memang benar meskipun Dara usianya sudah memasuki kepala empat, Dia masih bugar,cantik seperti masih berumur 28tahunan dengan tubuh mungil dan wajah yang awet muda. Tentu karena dia pandai merawat diri.

"Oh ya Tan. Boleh minta pin atau nomor telponnya. Siapa tahu kalau nanti ada kabar yang penting, jadi gak repot." jelas Boy.

"Iya benar, pinternya anak mamah." puji Ilis. Ibunya.

"Oh iya boleh." Dara pun menyebutkan nomor dan pin bbmnya.

Setelah selesai makan Teh ilis dan anaknya pun pulang. Suaminya tak bisa ikut karena ada pekerjaan penting di kantornya.

° ping °

Dara segera mengambil hp nya yang berada di atas meja . Ternyata bbm dari boy. Dia pun segera membalasnya.

° Iya °

Tak butuh waktu lama. Langsung ada balasan dari Boy.

° Tante cantik lagi apa? °

° Lagi nungguin om kamu pulang. ° jawab Dara seadanya. Karena memang kenyataannya.

°Oh belum pulang ya? °

"Mih, kamu dimana? " nah ternyata suaminya baru pulang dengan buru-buru dia membalas bbm boy.

°Itu baru pulang, udah dulu ya. Aku di panggil om kamu. °

°Iya.° hanya itu balasan terakhir darinya.

"Lagi smsn sama siapa sih yang? " tanya suaminya yang kemudian mencium pipi kanan Dara.

"Itu, Boy. Anaknya Teh ilis. Tadi mereka kesini kamunya belum pulang, kemana dulu sih Pih. " jawab Dara cemberut.

"Tadi abis dari pemakaman, aku nganterin dulu Mamah. Sayang." jawab suaminya yang kini sudah mencium bibir istrinya itu.

Mereka pun menuju kamar yang akan melanjutkan 'sesuatunya' dengan tak melepaskan ciumannya. Suami dara itu memangku Dara, dan lengan Dara pun mengalung di lehernya.

"*******

Huaaahuaaa, koq ada adegan dewasanya sih. kan aku masih bayi *pletakkk* anjiss sakit . megang jidat yang merah bengkak.

duhh aku yang cantik di dzolimi nih. hehehe.

infidelity(with you boy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang