Dengannya

954 31 3
                                    

Hari sudah mulai pagi, mentari telah bangun dan memancarkan cahaya. Kami para manusia harus ikut terbangun melanjutkan aktifitas kehidupan seperti biasa. Badanku terasa nyeri, tulangpun terasa remuk. Semalam suamiku begitu 'Liar'. Tak seperti biasanya, dia seolah tak ingin lepas dari tubuhku dia memuaskanku sampai 5kali mencapai orgasme 'puncak' kenikmatan duniawi.

Begitupun dia 'erangannya' sungguh terdengar seksi dan meningkatkan gairah bercintaku. Aku masih tahu diri. Meskipun dalam hati, bahwa cinta ini sudah terkikis untuknya. Tapi aku tetaplah aku. Seorang wanita yang berstatus sebagai seorang istri dan wajib melayaninya.

Ntah sudah berapa tahun lamanya, aku hidup bersamanya namun tanpa sebuah perasaan 'CINTA' lagi. Aku sadar mungkin ini bagian dari hidup. Akan ada saatnya di dalam rumah tangga mengalami seperti ini. Mungkin semua orang juga.

Aku berbalik menghadapnya ku usap pipinya dan memindahkan tangan suamiku yang memeluk perut langsingku dengan erat. Bahkan ketika dia sedang tertidur pun ia seolah tak ingin melepaskanku.

Ku lihat wajah polosnya terlelap tidur 'Masih Tampan' tanpa di sadari bibir ini menyunggingkan sebuah senyuman. Lalu kusibakan selimut yang menutupi tubuh telanjang kami berdua, aku memakai pakaian yang tergeletak di lantai, kembali menyelimuti tubuh suamiku.

Segera ku langkahkan kaki ini menuju kamar mandi. Sejenak pikiranku melayang kepada anak adik sepupu suamiku itu. Merasa jika suatu saat nanti, aku dan dia bisa lebih akrab. Aku tersadar dari imajinasiku itu, dan menepis pikiran tadi tak mungkin. Aku dan dia berbeda jauh bahkan duniapun tahu siapa aku ini. Lagi pula aku tak akan berbuat apa-apa karena aku sangat membenci perselingkuhan.

"Sayang bangun..." Aku mengguncang-guncangkan tubuh suamiku.

"Hemmpp. Apa sayang? " suaranya serak khas orang bangun tidur. Namun ntah kenapa aku yang seorang wanita normal kembali tergugah nafsu birahiku.

"Jam 8 yang." jawabku setengah terbata.

Tiba-tiba dia menariku kembali ke pelukannya, dan langsung melumat bibir ranumku. Tangannya bergrilya, yang kanan menyusup ke dalam kaos juga bra dan meremas lalu memilin putingnya. Tangan sebelah kirinya masuk memutar dan memainkan klitorisku.

"Mmpphh..ahhhh yang." Langsung melepaskan tautan bibir dan lenguhan kecil keluar dari mulutku.

"Hemmm." jawabnya dengan nafas yang mulai memberat.

"Ahhh yangg ahhh. " jari telunjuk dan tengahnya mulai masuk kelubang kenikmatanku, dia mulai menambahkan ritmenya.

"Yang ahhh yang, lebih cepat laghiii.." Lirihku memintannya. Dia memang begitu hebat dalam hal bercinta dengan hanya kedua jarinya dia bisa membuatku berada di puncak kenikmatan.

"Ahhhhhhhh.." Lenguhan panjang setelah merasakan surga duniawi menyerangku.

Dia mencabut jarinya dan mulai bangkit akan menindihku. Seketika ku tahan niatnya.

"Ihh yang udah ah, aku cape tahu. Kamu mandi dulu sana bau banget." Ku dorong tubuhnya hingga terduduk. Dia terlihat frustasi wajahnya berubah garang. Aku terkikik, saat sadar aku menertawainya. Dia turun dari ranjang kami, berdiri sambil berkacak pinggang lalu melenggang masuk kamar mandi dengang mengacak-acak rambut yang sebenarnya sudah berantakan.

Hari ini adalah hari libur nasional karen beberapa hari lagi pergantian tahun. Suamiku tidak bekerja, namun seperti biasa Ia akan pergi memancing bersama teman juga saudara laki-lakinya.

Anak-anakku yang kebetulan keduanya sudah mulai dewasa tidak tinggal bersama kami. Sejak mereka masuk SMP, mereka tinggal bersama kakek-neneknya. Alasannya agar dekat dengan sekolah mereka. Anak sulung dan anak bungsuku hanya terpaut 3 tahun. Anak sulungku bernama Fany Eka, dia seorang perempuan namun ber'kepribadian keras layaknya seorang laki-laki berbanding terbalik dengan Fajri dwi oktavian anak laki-laki ku itu sangat lembut bahkan terlalu lembut untuk ukuran seorang cowok.

Ya, sehingga beginilah jadinya di rumah terasa sepi. Saat tidak ada acara dengan teman-teman. Aku hanya duduk diam di rumah. Kalau keluar, ya hanya ke warung saja. Karena aku sangat jarang berkumpul dengan keluarga suamiku padahal rumah mereka dekat sini, aku sangat malas kalau harus ikut mereka bergosip.

Ku dengar Hp pintarku berdering. Langsung ku lihat siapa penelponnya. Terpampang disana nama cowok yang tadi menjadi imajinasiku, tak membiarkan lama segera ku angkat.

"Hallo, assalammualaikum." terdengar suara lembut dari sebrang sana.

"waalaikum salam, iya." jawabku yang terdengar seperti bergumam.

"Tacan, lagi ap..." sebelum melanjutkan langsung ku potong ucapannya. Maksudnya apa tacan. Macan begitu? aku tidak terima.

"Maksud kamu Tacan apa? Macan begitu." nada bicaraku sedikit meninggi.

"Hahahaha.. Tacan lucu ngambek. Maksud aku tante cantik." ucapnya dengan nada suara yang terdengar menggoda.

Aku tersipu malu. Untung saja dia tidak bisa melihatku sekarang yang sudah salah tingkah.

"Tante cantik ada acara gak hari ini." Lanjutnya.

"Memamgnya kenapa?" Tak langsung ku jawab pertanyaannya tadi. Aku berbalik bertanya.

"Kita ketemu yuk di taman kota. Terus kita main ke kawah putih." Ajaknya terdengar begitu antusias.

"Hemm sebenarnya gaada sih, tapi aku lihat dulu ya." Tak langsung ku iyakan ajakannya.

"Ayolah tan, sebentar aja." dia mulai merajuk. Akhirnya setelah beberapa menit beradu argument karena tidak tega aku menerima ajakannya.

Suamiku pasti pulang nanti setelah magrib. Mumpung sekarang masih jam11 aku pergi aja. Meskipun begitu aku tetap ijin padanya namun tidak me!beritahukan tentang anak adik sepupunya karena takut dia berpikiran !acam-macam atau curiga.


Aku dan dia duduk di pasir berwarna putih dengan beralaskan koran. Pemandangannya begitu indah dengan asap yang keluar dari air belerang dengan jarak kami yang lumayan jauh. Kawah putih ini begitu romantis, tak ayal banyak pasangan anak muda datang kesini untuk mempererat jalinan kasih mereka.

"Bagus ya tan." Boy memecah keheningan.

"Iya, dulu waktu masih muda aku sering kesini. Tapi setelah menikah udah jarang." jawabku dengan memainkan pasir di tangan.

"Tapi sekarangkan sam Boy. Tante senangkan? " tanyanya dengan menyunggingkan senyuman yang melelehkan hati.

Tak dapat terpungkiri kalau dia begitu tampan, pasti banyak cewek muda yang seumuran dengannya mengejarnya. Begitu beruntungnya wanita yang memdapatkannya.

"Om begitu beruntung ya dapetin tante. Dan tante pasti lebih beruntung karena bahagia bersama Om." tuturnya dengan tanpa dia tahu telah membuat hatiku serasa teriris oleh ucapannya.

"Tan, tante kenapa? koq nangis." dia menyentakku untuk tersadar. Tangannya terulur menghapus jejak air mataku.

"Iya aku bahagia. Tapi dulu Boy, sebelum semuanya berubah. Dan aku menjadi begini, aku merasa gak bahagia lagi, cintaku kini perlahan menghilang." ucapku di sela tangis yang tak bisa ku tahan. Bahkan di depan orangtuaku, aku tak pernah begini selalu menutupi semua yang ku rasakan.

"Tante jangan nangis lagi, sekarang ada aku disini." serunya yakin. Jika dia akan selalu ada untukku.

Kita saling pandang. Iris matanya begitu indah, seakan mentransperkan kebahagiaan untukku. Hatiku mulai terasa menghangat lagi. Wajahnya mulai maju perlahan le wajahku. Aku hanya mampu terdiam terpaku. Tubuhku terasa terkunci, sel otakku serasa lumpuh dan mulutku kelu untuk bergerak dan mengucapkan sedikitpun kata. Jantungku seakan meloncat-loncat di dalam sana. Aku begitu tak berkutik.



~Tbc-

Huhhh, typo bertebaran kayanya. sorry aku malas cek lagi. dan mungkin typo, mainstream juga absurd ciri khas tulisanku hehe.

vote and commentnya di tunggu.

don't be silent riders.
Untuk bangkitn semangat saya. Makasih.

'Authornya abal banget' jadi mohon di maklumi sangat.

infidelity(with you boy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang