aku dan dia.

1.1K 30 10
                                    

Sempat terpana oleh iris matanya. Kini wajahnya tinggal berjarak satu cm lagi yang sepertinya akan mencium bibirku. Segera ku dorong badannya hingga terjungkal dengan kedua lengannya tertarik kebelakang menahan beban tubuhnya. Untungnya aku segera tersadar.

"Mau kemana? " teriaknya panik karena tiba-tiba aku lari menjauhinya.

Dengan langkah cepat aku berlari menuju mobil yang berada di parkiran. Dia terus mengejar dengan langkah tatkalah cepat, saat dia akan meraih lenganku ia jatuh terjungkal kembali kali ini karena kakinya tersandung batu lumayan besar yang mungkin tak sempat di lihat.

Tak ku pedulikan. Aku segera membuka pintu dan masuk kedalam mobil. Sempat terdengar dia mengaduh kesakitan. Saat akan menyalakan mobil, tiba-tiba perasaanku berubah khawatir jika dia di tinggalkan bagaimana nanti pulang dia kan tidak membawa kendaraan.

Sibuk dengan perang pemikiranku. Kini ia sudah berdiri dan mengetuk kaca beberapa kali, aku menengok kearahnya dia terlihat begitu kacau rambutnya sudah tak tentu arah bajunya basah karena keringat. Baru sadar kalau tadi aku berlari dari tempat yang jaraknya cukup jauh. Mungkin karena mengejarku dia seperti itu.

"Pliss, jangan pergi. Kamu kenapa? " Tanyanya setelah aku membuka pintu dan duduk di sampingku.

   Boy menggenggam tanganku, matanya terlihat begitu lelah namun wajahnya seolah menunjukan pertanyaan kenapa aku pergi. Ayolah apakah dia sebodoh itu? aku itu istri Om nya tapi malah dia akan menciumku tadi. Saat aku akan membuka mulut mengutarkan pikiranku tadi dengan kurang ajar dia langsung mencium bibirku. Bukan kecupan tapi lumatan yang panjang tangannya mulai menggerayangi tubuhku dan berhenti di dua buah kembarku.

Sial !! ada apa denganku, aku sampai tak bisa berkutik dia seolah mempunyai sihir untuk mengurung pikiran logisku dengan menikmatinya. Setelah beberapa menit tak membalasnya kini bibir dan lidah bergerak sendiri seakan tidak setuju denganku untuk tak membalasnya. Tangannya menyusup masuk kemeja mengelus,memutar bahkan memelintir putingku.

"Ahhhhhhh." Desahan lolos dari mulutku

Ada rasa yang aneh begitu membuncah di hatiku setelah sekian lama hampa kini mulai kembali terisi dan menghangat. Setelah puas dia menghentikan semua aksinya kemudian mengecup lembut kening sambil tangannya membelai kedua pipiku.

"Aku mencintaimu, biarkan aku yang kembali mengisi dan membawa hatimu bersanding denganku," paraunya. Ketika aku akan marah dia melanjutkan ucapannya. "Aku tahu kau Istri dari Om ku sendiri, aku tahu bahkan dunia pun tahu. Tapi aku tak peduli bahkan jika seluruh dunia menghujatku, aku akan tetap mencintaimu..

Asal kamu tahu aku menyesal lahir terlambat, sehingga kamu telah dimiliki yang lain aku begitu mencintaimu dari dulu dari saat aku baru mengenal rasa suka saat kau sering memanjakanku yang kau anggap seperti keponakan sendiri karena umurku lebih muda darimu." tuturnya yang menyentak hatiku dengan telak. Jadi dulu ketika aku menyayangi layaknya ibu kepada anaknya, saat itu dia berasumsi sudah menyukaiku. Dia salah mengartikan kasih sayangku.

"Aku mohon terimalah aku. Meskipun harus menjadi selingkuhanmu tak apa."

   Aku tak menjawab semua yang di katakannya. Menyalakan mobil untuk meninggalkan tempat ini dengan segera entahlah aku membenci perselingkuhan apalagi harus berselingkuh dengan boy saudara suamiku sendiri namun ego untuk merasakan jatuh cinta seperti dulu menyeruak muncul di dasar hatiku.

   Dia bersikukuh dengan keinginannya akan menunggu jawabanku sampai aku mengatakan 'ya'. Haruskah aku menghianati janji yang aku buat untuk pertama kali. Ini sebuah dosa besar haruskah aku bergelung di dalamnya pikiranku begitu kacau sekarang bahkan saat kini aku sedang berada di tempat tidur bersama suami aku tetap memikirkannya menolak ajakan suami untuk memenuhi kewajiban dengan beralasan sedang capek.

Apakah cinta memang hadir sembarangan?

Apakah cinta harus saling memiliki?

Apakah karena cinta, kita bisa menyakiti seseorang yang hadir lebih dulu?

Adakah cinta dalam sebuah penghianatan?

"Ahhhhhhh." Aku geram memikirkannya. Semua yang dia lakukan dan ucapkan tadi selalu terbayang bahkan terngiang. Harus bagaimana, aku ingin menolaknya tapi mengapa susah mengucapnya.

Setelah berhasil menguasai dan menenangkan aku terlelap tidur mengistirahatkan semua yang terjadi hari ini. Semoga besok akan ada jawabannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

infidelity(with you boy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang