I

201 17 1
                                    

Linzie adalah salah satu dari beberapa cewek di sekolahnya yang menjadi incaran-primadona. Dan itu membuatnya menjadi-beberapa kali-besar kepala. Seperti saat ini.

"Gue mau putus." Linzie tersenyum miring melihat ekspresi datar dan terkejut-sedikit dari pacarnya yang pasti akan menjawab 'oke' seperti mantan-mantannya yang lain lalu mereka akan resmi menjadi sepasang mantan kekasih.

Tapi Levin tidak membiarkan semua rencana Linzie berjalan dengan mudahnya. Maka ia membuka mulutnya, "Gue nggak mau putus."

Bibir Linzie langsung membentuk sebuah garis lurus sebelum berubah menjadi huruf 'O' kecil dan memandang Levin antara tidak percaya dan kesal setengah mati.

Melihat bibir merah muda alami milik Linzie yang terbuka layaknya tengah menonton aksi lempar sup kacang polong yang paling dibenci oleh Linzie (karena itu menjijikkan, menurut Linzie) maka Levin menggerakkan tangan kanannya menyentuh dagu Linzie, menaikkannya ke atas agar bibir Linzie kembali tertutup cantik, seperti biasanya.

"Kamu nggak cantik kalo nganga gitu, Honey." Levin tersenyum manis dengan tipisnya ke arah Linzie. Hanya Linzie, tidak ada yang lain.

Linzie yang tersadar segera merubah mimiknya menjadi mimik kesal, memandang wajah Levin yang bertingkah seolah tidak pernah terjadi apa-apa antara mereka barusan. Padahal, jelas-jelas sekarang ini harusnya Levin telah menjadi mantan Linzie untuk kesekian kalinya bulan ini. Tapi dengan entengnya, Levin menolak permintaan putus tersebut.

Tangannya mengepal, kuku-kukunya yang panjang nan terawat terasa menekan kulit telapak tangannya, membuat kulit telapak tangannya merasakan sakit sendiri, namun tidak Linzie hiraukan. "Gue punya incaran baru, dan gue mau putus," putus Linzie keras kepala dengan apa yang ia inginkan.

Linzie memilik cowok incaran baru dan Linzie rasa, Linzie benar-benar menyukai cowok incarannya tersebut. Maka Linzie saat ini juga mengajukan permintaan putus kepada pacarnya, Levin, sang cowok populer yang begitu dipuja oleh para fans-nya.

Levin menggeleng. Ia tahu akan konsekuensi yang harus ia hadapi jika Linzie merasa bosan dengannya dan hubungan mereka yang telah mereka jalani selama 2 bulan. Dan Levin tahu, bahwa itu adalah rekor hubungan Linzie terlama yang pernah dialami Linzie. Levin telah memperhitungkan semuanya sebelum ia menyatakan perasannya dan diterima oleh Linzie tepat 2 bulan yang lalu.

"Tapi aku ragu kalau cowok itu juga suka sama kamu." Levin merapihkan anak rambut yang menyelip keluar dari kepangan rambut Linzie ke belakang telinga cewek tersebut selembut mungkin. "Karena, nggak ada yang sayang sama kamu sebesar aku," lanjut Levin.

Linzie terlena dengan detak jantung yang terus berlomba adu kecepatan akibat ulah cowok brengsek bertampang malaikat di hadapannya ini yang berstatus masih sebagai pacar Linzie. Sialan, geram Linzie. Linzie secara refleks menutup kedua matanya rapat-rapat, menahan tiap debaran yang terjadi pada sekujur tubuhnya akibat perlakuan Levin barusan.

Saat Linzie membuka mata, Levin telah lenyap.

Wajah Linzie memerah menahan amarah yang seketika saja melonjak begitu tahu bahwa Levin telah pergi meninggalkannya sendirian di koridor sekolah yang sepi ini dengan jawaban yang tidak memuaskan, yaitu 'tidak'.

Linzie bersumpah, dia benar-benar akan membuat perhitungan kepada iblis penggoda bertampang malaikat tersebut. Walau ia meragukan jikalau dirinya pasti akan kembali terbuai dengan sentuhan ringan dari iblis tersebut. []

---

Hai! Gue bawa cerita pendek baru yang nggak tau ada yang baca atau enggak, pft.

Ini dia si couple Linzie-Levinsi Linzie yang ada di cerita 'Feeling' ternyata seorang playgirl tapi yang neko-neko, he.

Silahkan tinggalkan jejak selain vote (kalo mau juga nge-vote sih), he.

Oh iya ini draft btw [21/12/15]

-zia-

I Do | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang