Nabilla duduk termenung ditempat duduknya. Seharusnya sekarang jam pelajaran Bahasa Indonesia dimulai, namun dikarenakan Bu Sumi-guru Bahasa Indonesia- berhalangan hadir selama satu jam kedepan, maka pelajaran harus ditunda. Pikiran Nabilla melayang, memikirkan kejadian dikantin waktu istirahat tadi.
Jadi ternyata selama ini Kak Karin suka sama Kak Ariq. Berulang kali kalimat itu berputar-putar dibenaknya. Ia merasa brengsek. Merasa sangat lemah. Seharusnya ia memendam perasaannya ini. Tak seharusnya ia mengambil langkah sejauh ini. Seharusnya ia bisa setegar Kak Karin yang memilih untuk menyimpan rapat-rapat rasa cintanya untuk Kak Ariq.
"Biilll!!" terdengar suara berisik yang sangat memekikkan telinga datang dari luar kelas. Dari pintu, keluarlah dua orang sahabat Nabilla. Siapa lagi kalau bukan Milla dan Paudina. Mereka datang dari arah pintu dan berlari mendekati Nabilla. Nabilla berusaha untuk tidak terlihat kusut dihadapan teman-temannya.
"Mil, Pau, jangan berisik, entar takutnya kepala sekolah masuk ke kelas kita." itu suara Anggara, ketua kelas XI MIA 2. Ia terkenal disiplin dan bertanggung jawab, sehingga ia tidak ingin kelas yang pimpinnya memiliki citra buruk.
"Iya, Ga, sorry ya" jawab Milla nyengir seraya menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. Yang dimintai maaf hanya membalas dengan senyum dan beralih menatap layar laptopnya.
"Bil, lo ga apa kan?" ucap Milla sambil meraba-raba jidat Nabilla khawatir.
"Ga, Mill, gue ga demam," jawab Nabilla malas seraya menyingkirkan tangan Milla dari jidatnya.
"Ini sebenernya ada apa sih kalo boleh tau?" tanya Paudina penasaran, namun ia diacuhkan oleh kedua sahabatnya. Oleh karena itu ia hanya bisa menghela nafas dalam.
"Lo diapain Kak Karin tadi?" tanya Milla pelan dengan nada khawatir, kemudian duduk disebelah kanan Nabilla. Paudina ikut-ikutan, ingin mendengarkan cerita kedua sahabatnya ini dan memilih duduk dibelakang mereka.
"Dia cuma ngasih semangat aja. Kan The Oppa udah punya pacar, jadi dia ngedoain semoga aja The Oppa bisa suka sama gue, soalnya sekarang, The Oppa tuh masih sayang banget sama Kak Tere." bisik Nabilla berbohong. Mil, maaf ya gue boong sama lo, batin Nabilla.
"Masa sih? Tuh kan, apa kata gue, Bil. Lo pasti dapet dukungan, dari sahabat dia lagi! Wihh gue seneng banget Bil!" bisik Milla dengan sangat antusias, ia memeluk Nabilla yang sekarang sedang pura-pura bersenang hati.
"Ada ga sih yang mau ngasih tau gue ada apa ini?" bisik Paudina, yang dilanda penasaran.
"Nabilla suka sama Kak Ariq."
"Ohh. Jadi Nabilla suka sama Kak Ariq?" bisik Paudina saat mengetahui kenyataan sebenarnya.
Milla melepaskan pelukannya, "iya Pau. Sorry ya belum ngasih tau ke lo."
"Yaelah, bilang dong dari tadi. Gue kira apa," jawab Paudina dengan sesinis mungkin. Kedua sahabatnya hanya senyum melihat tingkah lakunya itu.
"Udah,udah. Nanti pulang sekolah kita ke Blackjack Cafe aja, ngerayain kesuksesan teman kita!" ajak Milla.
"Setuju!" pekik Paudina pelan, takut ditegur Angga. Ya, begitulah Paudina, jika soal makanan, dia pasti tak mau ketinggalan. Namun yang mengherankan, walau banyak makan, postur tubuhnya tetap ideal.
"Gimana, Bil, setuju ga?"
"Pasti."
***
Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh lewat tiga menit. Karin berjalan menuju kelasnya, XII IIS 2, dengan menyandang tas selempangnya. Hari ini ia menggerai rambut Dark Brownnya, namun masih kelihatan manis seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU
RomanceNabilla Wardhani. Seorang gadis biasa saja. Menjalani harinya dengan ide gila yang ia lakukan bersama sahabatnya, Milla Rosyita, demi mendapatkan hati seorang Ariq Naufal.