TANYA

128 5 0
                                    

Bagaimana jika aku tak lagi bisa melihatmu besok?

Bagaimana bila aku tak lagi mampu meraihmu dalam genggamku?

Begitu banyak pertanyaan datang, silih berganti memenuhi otakku,

Menghimpit dadaku hingga sesak aku di buatnya.

Bolehkah aku bertanya padamu tentang hal yang sama?

Pernahkan setidaknya pertanyaanku muncul di benakmu?



Dulu tangan kita pernah saling menggenggam,

Bahu kita pernah saling menguatkan.

Kita lewati tangis lara dan haru bersama,

Berbagi resah dan tawa, cerita dan cinta.

Masihkah ada kita yang dulu?

Aku ingin kita seperti yang lalu.



Sakit. Pilu.

Cukuplah kau buat hatiku lebam mebiru.

Kau memang tak jauh, tapi jemarimu tak tersentuh.

Yang ada di hadapanku saat ini memang kamu,

Tapi bukan aku yang berlari di otakmu, di hatimu.

Bolehkah aku tau siapa dia yang kini menggeser posisiku?



Katakan saja.

Aku tak akan murka, namun mungkin aku jadi gila.

Aku tak akan memaki, sungguh.

Tapi kau tau pasti aku akan membenci.

Membenci diriku yang tak benar menjagamu.

Membenci aku yang tak bisa bahagiakan kamu.



Jika kau adalah aku,

Akankah kau melakukan hal yang sama?

Mungkinkah kau mengurai air mata demi aku?

Entah siapa yang salah, terserah siapa yang bodoh,

Apakah aku saja tidak cukup buatmu?

Tidakkah penuh pikiranmu hanya denganku?



Berhentilah bungkam, aku ingin dengar suaramu.

Aku rindu suaramu.

Jawab aku, tak masalah jika akhirnya jawaban itu melukaiku.

Bicaralah.



Apa kau ingin aku melepasmu?

Salahkah aku yang terlalu lemah menghadapimu?


KALI INIWhere stories live. Discover now