JARAK

119 4 0
                                    

Datang, pergi, kembali, menghilang.
Senyum, tawa, duka, luka.
Semua itu tentang kamu.
Tentang bagaimana kamu datang di kehidupanku lalu memporak porandakan hariku.

Aku lelah berdiam.
Aku mulai muak menyimpan rasa ini sendiri.
Jika ini cinta, mudah buatku mengatakannya langsung di hadapmu.
Tapi ini bukan cinta, ini bukan tentang bahagia.
Ini tentang satu rasa yang lain.
Ini tentang kecewa yang aku rahasiakan, sesak yang aku sembunyikan.

Aku ini tidak peka.
Aku tidak bisa membaca maumu hanya lewat mata.
Disaat ucapanmu saja kadang tak menggerakkan aku, bagaimana bisa kamu berharap aku mengerti keinginanmu dalam diam?


Tidakkah ku ucap maafku karena mengabaikan maumu?
Lupakah aku bertanya tentang inginmu?
Atau memang kamu yang tak ingin peduli pada itu semua?

Aku ingin lupa.
Aku ingin berhenti menelan kecewa.
Aku enggan tersesat dalam luka terlalu lama.

Pergilah kemana pun kamu ingin pergi.
Berlarilah ke tempat yang kamu tuju.
Jangan lihat aku, jangan datang lagi jika hanya ingin melenakan aku dengan sikapmu.

Tingkahmu kali ini akan aku anggap angin lalu.
Sama seperti sikapmu yang dulu, semuanya akan ku anggap tak ada.
Bukankah lebih baik kita pergi menjauh?
Tidakkah lebih menyenangkan jika kita tak saling mengacuhkan?

Bagaimanapun kisah ini akhirnya, aku tak akan membenci.
Aku tak akan menyakiti kamu, apalagi diriku sendiri.
Tapi aku ingin kamu tau bahwa semua rasa yang pernah kamu bawa ini begitu luar biasa.
Mungkin kamu datang bukan untuk tinggal melainkan untuk mengajarkanku banyak hal baru.

Terima kasih karena pernah menghadirkan tawa di fajar dan senjaku, memberi bahagia juga duka di malamku.

Kuharap setelah ini aku akan temukan bahagiaku.
Dan untukmu, semoga kamu juga berhasil menemukan bahagiamu.

--------------------------------------

KALI INIWhere stories live. Discover now