Chapter 1.

176 15 8
                                    

"Aku yakin Tuhan Maha adil, tapi saat ini mengapa tidak adil dengan ku? Aku yang sudah genap 16 tahun single ini selalu merasa ingin memiliki pacar. Tapi kadang aku juga bingung, karena diluar sana banyak yang mengatakan bahwa
'Yang pacaran belum tentu bahagia kok,'
Ya tapi coba pikirkan, sebelum kalian memilih jalan untuk menjalin hubungan bersama, pasti kalian merasakan apa itu yang namanya 'jomblo' dan coba kalian ingat ingat. Belum tentu bahagia juga kan?

Bicara tentang jomblo, ya aku memang selalu sabar menunggu jodoh. Tapi saat aku lihat cowo yang satu ini, rasa sabar untuk menanti itu hilang seketika. Cowo itu selalu membuat ku penasaran akan cinta. Sampai suatu saat aku berusaha mencari identitas dirinya."

*

"Lun ngelamun mulu lo! Abisin kali jus nya!" Seru Reya.

Reya adalah sahabat karib Luna sejak SD, jadi Reya sudah tahu betul tentang pribadi Luna.

"Emmm ohh, emm..." gumam Luna sambil menatap 2 siswa kelas 12 yang sedang berbincang-bincang itu.

"Apaan sih lo am em am em aja!" Seru Reya dengan nada agak tinggi.

"Ehh iya iya. Gatau nih bingung,"

"Bingung kenapa lo? Kok hari ini telmi banget deh diajak ngomong. Kenapa? Tell me!" ini lah Reya, yang selalu ingin tahu semua urusan Luna

"Hari ini, menit ini, detik ini, gua percaya sama yang namanya cinta pada pandangan pertama." kata Luna sambil tersenyun senyum menatap salah satu Siswa kelas 12 itu.

"Wey wey bahasa dari mana lo hahaha... Kenapa sih kenapa? Siapa orangnya?"

"Pengen tau banget ya Rey? Hahaha..." ucap Luna sambil menggoda dan meninggalkan Reya di kantin.

Seharian dikelas ini Luna tak bisa fokus akan semua pelajaran, apa semua itu karena cintanya? Hampir setiap detiknya Luna memikirkan akan kakak kelas yg berbeda 1 tahun dengannya itu. Dia terus memikirkan wajahnya dan ingin rasanya berkenalan dengannya, tapi sepertinya itu mustahil. Bagaimana tidak mustahil, kakak kelas itu saja mantannya cantik cantik, mana mau dia sama Luna? Ya, kita tak tau apa yang akan terjadi.

*

Handphone bergetar diatas kasur kamar Luna, tapi Luna mengabaikannya karena itu panggilan masuk dari Reya. Ya pasti sahabatnya itu akan menanyakan tentang siswa yang tadi diperbincang kan mereka di kantin.

"Hmm.." Luna hanya memberikan gumamanya.

"Kemana aja sih lo?! Gue telpon berkali kali gak diangkat? Pasti ngelamun lagi deh?" ucap Reya dengan nada bawelnya itu.

"Hmmm.." lagi lagi Luna hanya menjawab dengan gumaman.

"Ada yang ga beres nih, gue kerumah lo sekarang diem lo disana jangan kemana mana!" Perintah Reya yang langsung mengakhiri perbincangan mereka di telepon genggamnya itu.

***

Dengan berat hati Alvin bangun dari tidurnya, ia menggeliat di bawah selimut yang hangat. Dengan terpaksa, ia memasuki kamar mandi daripada di jewer kuping nya begitu pikirnya.

Seusai mandi, Alvin mengambil tempat bundar dan mencolekan sedikit dirambutnya. Ya, pomade. Demi menjaga jambul nya.

Alvin segera keluar kamar untuk sarapan.

"Kamu mau makan apa Bang?" tanya Mama seraya menaruh piring didepan Alvin.

Alvin melirik jam dinding, tinggal 10 menit lagi.

Teen LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang