Hello Ke Delapan Belas

6.3K 493 4
                                    

Setelah kejadian Regina yang muncul lagi, Andara dan Jeremia terlihat canggung satu sama lain. Regina sering menelepon, namun sebisa mungkin lelaki itu tidak mengangkat telepon dari sang mantan

Seperti saat ini, Regina menggedor-gedor pintu ruangan Jere. Dua orang security telah menariknya keluar, karena suara gaduh tersebut banyak karyawan yang mencuri pandang kearah ruangan sang atasan

Jere memijit pelipisnya pelan, ia sudah lelah. Dalam sepekan ini Regina tidak gencar menganggu Jere, seperti menelepon saat malam hari, mendatangi kantor Jere, dan pernah sekali Regina mendatangi apartemen Jere

Dan esoknya, Jere berniat bicara langsung dengan Regina. Ia akan menanyakan apa maksud wanita itu karena telah menganggu kehidupan rumah tangganya

Seperti yang di pikirkan Jere, Regina datang. Kali ini Dina tidak perlu repot untuk memanggil security untuk mengusir Regina

Regina mendudukkan tubuhnya ke sofa yang berada di tengah ruangan, Jere berdiri dari kursinya dan berjalan menuju sofa yang berhadapan dengan Regina

"Apa mau mu?" tanya Jere to the point

"Aku mau kamu" jawab Regina

"Apa kamu belum mengerti? Kita sudah punya jalan masing-masing, aku dengan kehidupan ku kamu dengan kehidupanmu." suara Jere terdengar dingin

Nyali Regina menciut seketika, Jeremia-nya telah berubah. Ia tersenyum kecut

Tentu saja berubah. Batinnya

"Aku... Aku masih belum menerima keadaan, kamu tahu aku pergi bukan karena mauku"

"Bukan karena mau mu? Lalu kenapa kamu tidak pernah menghubungi ku?" tanya Jere

"Karena aku tidak bisa"

"Kenapa?"

"Aku meneruskan perusahaan papa di Belanda, aku terlalu fokus pada pekerjaanku. Aku lupa padamu, dan sekarang aku telah-"

"Lupa? Memangnya aku ini apa? Orang asing bagimu?" tanya Jere sakartis

"Jere... Dengarkan dulu, bukan begitu" elak Regina

"Sudahlah, aku sudah merelakan mu Re"

Regina terdiam, ia mencerna baik-baik perkataan Jere

"Lagipula aku sudah bahagia dengan Andara" Jere tersenyum

"Kamu cinta dia?" tanya Regina, ia berharap jawaban Jere adalah tidak. Namun Jere tidak menjawab, lelaki itu terdiam lalu tersenyum. Senyuman yang penuh akan arti.

*

"Hai" Jere memeluk pinggang ramping Andara dari belakang, menelusupkan kepalanya kedalam lekukan leher Andara. Andara dibuat merinding seketika

"H-hai" jawab Andara gugup

"Wangi" Jere menghirup rambut cokelat Andara

"Eh?"

"Rambut kamu wangi" Jere menghirup sekali lagi

Andara berusaha mati-matian untuk tidak mengeluarkan desahan miliknya, maka ia menggenggam pisau yang ia pegang untuk memotong sayuran.

Satu desahan lolos dari mulut Andara.

Andara menutup mulutnya sendiri, berharap kejadian tadi terulang kembali. Ia merasa malu, maka ia menutup mulutnya. Jere tahu betul keadaan istrinya sekarang, ia tersenyum menahan tawa

Ia membalikkan badan Andara sehingga mereka berdua berhadapan. Wajah Andara telah merah padam, dengan cepat bibir mereka bertautan. Tidak hanya sekali, bahkan berkali-kali

Lalu Jere mengangkat Andara ala bridal, membawa wanita itu menuju kamar mereka. Membaringkan tubuh Andara di bagian tengah ranjang, disela-sela Jere membuka kancing kemeja Andara ia berbisik,

"Aku mencintaimu"

Hello Mr. GayWhere stories live. Discover now