CHAPTER 1

243 16 24
                                    

"Velinnn!!" Teriak seorang wanita paruh baya yang masih kepala tiga dengan suara lembutnya ini memanggil putri satu-satunya.

"Iya Bun, ini Velin udah turun." Sahut seorang gadis yang menuruni anak tangga menuju meja makan.

Di meja makan sudah ada seorang lelaki paruh baya yang sedang menatap putrinya yang berjalan menuju meja makan, sedangkan Bunda nya baru saja duduk di kursi yang berhadapan dengan putri dan putra kesayangannya.

Putra? Sedangkan yang di meja makan, hanya 3 orang dan tinggal 1 orang lagi. Berarti keluarga mereka berjumlah 4 orang.

Tiba-tiba seorang pria tampan menghampiri mereka yang sudah menunggu nya dari tadi.

"Pagi Yah, Bun, Cil:)" Seru nya saat ia sudah sampai di meja makan dan duduk disebelah adik kesayangannya.

Pria tersebut sangat senang mengacak-ngacak rambut adiknya, setiap pagi pasti ia melakukannya.

"Ishh Bang Arsyaf, kebiasaan lo deh setiap pagi suka ngacak-ngacakin rambut gue, rambut gue berantakan jadinya-," Jawab adiknya dengan mengerucutkan bibirnya. Sedangkan Arsyaf, hanya terkekeh pelan yang melihat adiknya yang kesal.

Oh ya.. Tadi gadis itu dipanggil Velin oleh Bunda nya.

Velin? Ya, gadis yang tadi dipanggil oleh Bunda nya adalah Velin, lebih tepatnya Eveline Zahida Adiratna. Ia anak bungsu dari kedua bersaudara. Pria tampan yang membuatnya kesal itu adalah kakaknya dan ia memanggil kakaknya dengan sebutan 'Abang Arsyaf'.

-SKIP-

Tiba di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) yang elit dan terfavorit ini, Velin langsung keluar dari mobil sport Arsyaf.

Pada saat ia berjalan di koridor sekolahnya, Velin dikejutkan oleh suara gadis yang sebaya dengannya.

"Velinnnnnnn!!!" Teriak gadis itu dengan suara 8 oktafnya.

"Astaghfirullahhhh IMEY VINDHYA LITUHAYU! Gue bisa masuk THT gara-gara denger suara 8 oktafnya lo." Sahut Velin agak kesal karena suara 8 oktaf dari sahabat kecilnya itu.

Imey Vindhya Lituhayu. Ya, dia adalah sahabat kecilnya Velin. Imey yang berparas seperti keturunan Tionghoa ini sangat dikagumi oleh teman-teman lelakinya apalagi dengan sikap ramahnya. Velin dan Imey dari SD sampai sekarang, mereka masuk di sekolah yang sama. Mereka sudah seperti kulit dan daging, susah untuk dipisahkan.

"Hehe maaf.. Abisan kalo kagak teriak takutnya lo gak denger Vel." Jawab Imey dengan cengengesan.

"Dikira gue ada gangguan telinga kali ya, sampe lo harus teriak gitu. Pendengaran gue masih sehat Meyyyy.."

"Yaudah sih ya, maaf Vel:D"

"Yaudah. Lo kok aneh sih Mey."

"Aneh? Aneh apanya, biasa aja."

"Lo gak biasanya minta maaf, sampe 2x lagi. Dan biasanya lo malah ngelak gitu. Pasti lo ada maunya."

"Hehe tau aja. Gue mau nyontek PR Kimia punya lo Vel, boleh yaaaa... Please...." Rengek Imey.

"Idiwww.. Jijik gue Mey ngeliat lo ngerengek-rengek gitu."

"Bodooo, yang penting boleh yaa.."

"Yaudah, boleh. Tapi sekarang kita pergi ke kelas soalnya bentar lagi mau bel." Jawab Velin seraya menarik tangan Imey menuju kelasnya.

-SKIP-

Setelah 2 jam mengikuti pelajaran, Velin dan Imey keluar kelas, dan mereka bergegas menuju kantin.

Sesampainya di kantin...

EVELINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang