bab 4

1.3K 41 15
                                    

~My Cool Boyfriend~

Aku kira kak Farel akan terus bersikap perhatian kepadaku seperti kemarin, tapi aku salah. Kak Farel kembali ke sikap cueknya.

"Kak Farel kemana mbok?" Tanyaku pada mbok Inem yang sedang menyiapkan sarapan.

"Den Farelnya udah berangkat non"

Aku hanya mengangguk lalu mengambil bekal yang sudah disiapkan oleh mbok Inem.

"Aku berangkat ya mbok"

"Iya, hati-hati non"

Seperti biasa, aku akan menunggu bus di halte yang tidak terlalu jauh dari rumahku.

'Brumm...brumm...'

Dengan malas aku menoleh ke arah suara bising tersebut. Sepertinya aku pernah melihat orang yang membawa motor ninja hitam di sebelahku.

"Naik!"

Ini pasti suara kak Revan, lelaki itu sepertinya tak akan berhenti mengangguku dengan sikap cuek dan dinginnya.

"Naik, Kesya!!!"

Sepertinya dia mulai geram. Aku menggerutu kesal lalu naik ke atas jok motor kak Revan, tapi sepertinya aku kurang beruntung kali ini.

Motor ninja kak Revan tak bisa dinaiki oleh tubuh munyilku, aku takut jatuh bila nekat menaikinya.

Tau dengan gelagatku, kak Revan turun dari motornya lalu mengangkat tubuhku duduk di atas jok motornya.

Degupan dijantungku berhasil mengalahkan rasa takutku. Wajah kak Revan benar-benar tampan, apalagi jika dilihat dari jarak sedekat ini.

"Pengangan!" Perintah kak Revan, aku mengecrutkan bibirku lalu menuruti perintah kak Revan.

Motor kak Revan mulai berjalan dengan kecepatan tinggi, membuatku mengeratkan pelukanku pada kak Revan.

"Turun!!!" Perintah kak Revan ketika kami telah berada di parkiran sekolah.

Lelaki ini benar-benar suka memerintah.

Hati-hati aku turun dari atas motor kak Revan, lalu berjalan mendahuluinya.

"Kesya!"

Aku tersenyum ketika tau Rinalah yang memanggilku.

"Kok kamu kemarin nggak masuk sih sya?" Tanya Rina.

"Sakit" jawabku singkat.

"Eh gimana, kamu di terima gak sama kak Fahry?" Tanya Rina dengan mata berbinar.

"Nggak!" Raut wajah Rina berubah, melihatku dengan eksperksi iba. "Aku malah jadian sama kak Revan"

Rina menatapku dengan eksperksi terkejut sekaligus tak percaya.

"Nanti aku ceritain, sekarang kita ke kelas aja dulu"

***

"Sumpah deh sya, aku masih nggak percaya kalau kamu pacaran sama kak Revan"

"Kamu aja nggak percaya, apalagi aku" timpalku seraya mengaduk-aduk jus manggaku dengan sedotan.

Rina menatapku dengan eksperski serius "kayaknya kamu dijadiin bahan taruhan deh sama kak Revan"

Aku menatap Rina tak percaya "kak Revan emang dingin, tapi dia nggak mungkin main taruhan yang bakal ngerugiin diri sendiri" belaku.

'Ehemmm...'

Suara deheman itu membuatku dan Rina menoleh ke asal suara.

"Eh kak Revan" ucapku gugup.

"Ikut gue" kak Revan menarik tanganku untuk berdiri lalu menyeretku ke taman sekolah.

"Kita ngapain kesini, kak?" Tanyaku penasaran.

"Temenin gue makan" jawab kak Revan seraya membuka bekalnya. "Sini!"

Aku ikut duduk dibangku yang sekarang diduduki oleh kak Revan. Melihat kak Revan yang sedang makan roti dengan selai coklat.

'Grekkk..'

Sial, roti berselai coklat itu benar-benar memancing perutku yang kebetulan sedang lapar.

Seandainya tadi aku bisa memberontak pada kak Revan yang menarikku, mungkin pesananku sudah datang dan aku sudah memakannya sekarang.

"Nih ambil" kak Revan menyodorkan selembar roti berselai cokelat ke hadapanku, dengan sedikit malu-malu aku menerimanya.

"Makasih kak"

Kak Revan menahan tawa ketika melihatku, kenapa sih?! Apa ada yang salah dengan mukaku?

"Kak Revan kenapa sih?" Ucapku kesal, aku sangat tidak meyukai orang yang menahan tawa, apalagi ketika dia melihat wajahku.

"Lo tuh kayak anak kecil, makan aja sampe belepotan kayak gini"

Tubuhku membeku ketika kak Revan mengelap bekas cokelat dibibirku. Namun seperkian detik kemudian kak Revan ikut membeku.

Aku menatap mata kak Revan, salah bila orang berkata kak Revan selalu menatap dengan tatapan dingin.

Mata kak Revan tidak selalu memancarkan tatapan dingin, disana ada berjuta kehangatan yang terpendam.

"Eh"

Kak Revan menarik kembali tangannya dan mulai memakan rotinya, ekspeksi dinginnya kembali, tak seperi aku yang berusaha menghentikan detak dijantungku.

"Kenapa?" Kak Revan mengernyit binggung dengan tingkahku yang terus-terusan memegang dadaku.

"Jantung ak___" aku menutup mulutku, bisa-bisanya aku mengucapkan hal itu kek kak Revan, kulihat pipi kak Revan memerah lalu dia memalingkan wajahnya.

Tunggu! Menurut pengetahuanku, bila wajah seseorang berubah merah menunjukkan kalau dia sedang marah.

"Maaf kak kayaknya aku harus kek kelas deh, sebentar lagi masuk" ucapku langsung berlari dari hadapan kak Revan menuju kelas karena sebentar lagi bel akan berbunyi.

Bersambung. Maaf kalo gaje dan ngebosenin. Vote dam comment sangat diperlukan.

My Cool BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang