Tiba-tiba Minseok meringis kesakitan. Dentuman-dentuman keras itu mulai datang lagi mendera jantungnya. Minseok pun menurunkan tangan Yoojung perlahan. Napas Minseok mulai tersengal-sengal. Kekhawatiran mulai hadir dalam hati Yoojung. Yoojung bisa mendengar suara rintihan pelan Minseok.
"Oppa, gwaencanha?" tanya Yoojung dengan penuh kekhwatiran dalam suaranya.
Minseok seakan tak bisa mendengar suara Yoojung. Ia masih berkutat dengan rasa sakit di dalam dada kirinya. Tangan kirinya mengeluarkan tabung obatnya dari dalam kantung celananya. Kedua tangannya bergetar hebat sehingga menyulitkannya untuk membuka tutup tabung obatnya.
Belum sempat Minseok membuka tutup tabung obatnya, tiba-tiba 2 laki-laki tinggi berjas hitam yang dikenalnya sebagai supirnya sekaligus bodyguardnya sendiri datang menghampiri mereka berdua. Kedua orang itu membungkuk 90 derajat sekilas kepada Minseok, dan Minseok bingung dengan apa yang mereka lakukan. Tiba-tiba kedua orang itu sudah mencenkeram lengan Minseok dan menariknya menjauhi Yoojung yang tidak tahu apa yang terjadi. Gerakan kedua orang itu sangat cepat dan kuat. Tabung obat Minseok pun tergelincir jatuh ke tanah dari tangannya.
"YA! Apa yang kalian lakukan?" Minseok meronta-ronta dalam cengkeraman kedua orang itu, "YAAA!! Lepaskan aku!! Lepaskan aku!!!" Minseok berusaha setengah mati menahan rasa sakit dalam dadanya sekaligus melawan kedua orang ini. Tapi kekuatan Minseok tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kedua orang itu. Kekuatan Minseok pun semakin melemah. Dengan begitu, kedua orang itu bisa dengan mudah menyeret Minseok pergi menjauh.
Yoojung hanya bisa berdiri dan meraba-raba udara. Dia kebingungan dengan apa yang terjadi. Sayup-sayup ia bisa mendengar suara Minseok meronta-ronta memanggil namanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Ada apa ini?
Yoojung teringat bahwa tadi ia mendengar ada suara sebuah benda jatuh berkelotak di tanah. Ia pun segera merangkak di tanah, meraba-raba tanah yang ditumbuhi rumput-rumput yang terpangkas rapi. Benda itu jatuh tidak jauh dari tempat Yoojung meraba-raba tanah di sekitarnya. Butuh waktu beberapa menit sampai akhirnya Yoojung menemukan benda itu dan memungutnya. Ia menggoyang-goyangkan benda itu, dan terdengar suara berkelotakan di dalamnya. Ia mendekatkan benda itu ke hidungnya, ia bisa mencium bau obat dari benda itu. Ini adalah tabung obat milik Minseok oppa
Tiba-tiba Yoojung merasakan seseorang menyentuh pundaknya...
"Nona Yoojung.." terdengar suara lembut Lee ajusshi, "kau harus segera masuk ke dalam kamar. Tuan Choi yang menyuruhku untuk mengantarkanmu" Lee ajushi membantu Yoojung bangkit berdiri. Yoojung pun menurut tanpa memberontak.
Dari jendela lantai dua rumah itu, terlihat Tuan Choi sedang memperhatikan anaknya berjalan dituntun oleh Lee ajusshi. Tuan Choi melepaskan kaca mata bundarnya kemudian mengusap wajahnya dengan gusar. Sejak tadi ia memperhatikan Minseok dan Yoojung duduk di bangku belakang rumahnya dalam diam. Tapi ia sudah tidak tahan lagi melihat anaknya terlihat sangat menyayangi Minseok. Sampai akhirnya ia memberikan perintah kepada kedua bodyguard (yang sudah diperintahkan untuk mentaati perintah Tuan Choi oleh Tuan Kim) itu untuk menyeret Minseok menjauhi anaknya.
***
Minseok sudah di bawa ke dalam kamarnya dan didudukkan di atas tempat tidur. Minseok masih mengerang kesakitan mencengkeram dadanya yang terasa akan meledak. Napasnya tersengal-sengal. Keringat mulai membasahan pelipisnya. Bodyguard yang melihatnya pun juga merasa ngilu mendengarkan suara rintihan Minseok. Kemudian salah satu bodyguard mengeluarkan tabung obat cadangan dari saku jasnya dan memberikannya kepada Minseok. Dengan napas yang tersengal dan tangan yang bergetar, Minseok berusaha membuka tutup tabung plastik itu.
Melihat Minseok kesulitan membuka tabung itu, bodyguard yang tadi memberikan obat membantu Minseok membuka tutup tabung itu. Minseok pun langsung memakan obat berwarna putih. Butuh waktu beberapa saat sampai obat itu meredakan sakit pada jantungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Xiumin EXO FF] GONE
FanfictionBaru kali ini Yoojung merasakan indahnya dicintai. Namun, hal itu tak berlangsung lama. Perasaan itu segera hilang seiring hilangnya dentingan piano di ruang tengah rumahnya... "How am I supposed to erase you alone and live?" Fanfic ini mengambil pl...