Chapter 2

1.9K 138 34
                                    

Bab 2

White's POV

Senyumku belum memudar ketika mobil yang kukendarai mulai menjauh dari kediaman Captain, apalagi teringat dengan janjiku pada ibunya yang bilang akan datang kembali ke rumah mereka dan menginap.

Sepanjang perjalanan, bibirku terus melengkung. Bukan hanya bibirku yang tersenyum, tapi kurasakan hatikupun ikut tersenyum. Ah, sudah sangat lama rasanya aku tak merasakan hatiku menghangat seperti ini. Dan ketika teringat dengan apa yang telah aku lakukan dulu, ingin rasanya aku menceburkan diri ke kawah gunung berapi. Namun aku tak ingin mengakhiri hidupku dengan membawa sebuah penyesalan. Tak ada penyesalan yang datang di awal. Jika saja bisa, aku ingin mengulang waktu, namun aku bukanlah Doraemon yang memiliki mesin waktu. Yang harus kulakukan sekarang adalah menebus semua kesalahan yang pernah kubuat padanya.
..
..

"Aa~ ayo sayang buka mulutmu?"

"Aaaaa... mmm makan dari tangan orang yang kita sayang memang beda, rasanya berkali lipat lebih enak."

Ibuku tertawa sambil mengunyah makanan yang tadi disuapi ayahku, dan ayahku mengamininya dengan ikut terkikik.

Aku hanya memutar bola mata melihat kelakuan tak biasa mereka. "Kalian boleh mesra-mesraan, tapi lihat ada orang lain di sini, seperti anak muda saja!" Aku mendengus ketus, kesal karena tak biasanya kedua orangtuaku bersikap mesra seperti ini saat makan.

"Memang anak muda saja yang boleh mesra-mesraan? Lagipula di sini gak ada kamera, jadi gak bakal ada yang rekam, terus upload ke sosmed, iya 'kan Pa?"

"Betul." Jawab Pa seraya menyeringai ke arahku namun dengan cepat Pa kembali menyuapi Ma.

Aku terdiam mencoba mencerna perkataan Ma. Kenapa Ma bawa-bawa kamera? Apa hubungannya coba?!

"Sudah, teruskan saja makannya, ngobrolnya kita lanjutkan setelah makan."

Aku hanya menuruti ucapan Pa, tapi otakku masih memikirkan apa maksud perkataan Ma tadi. Ah, sudahlah!
..
..

"Jadi Love Sick akan dibuatkan season tiganya? Wah, bagus kalau gitu!" Kata Ma antusias setelah tadi aku menjelaskan maksud pertemuanku tadi siang dengan para pimpinan managemen series Love Sick.

"Iya, tapi sebelumnya akan dibuatkan movienya dulu. Special story Phun dan Noh gitu. Dan aku disuruh minta izin Pa sama Ma untuk persetujuan pembuatan movie itu, karena....." Kugigit bibir atasku, ragu dengan apa yang akan kukatakan selanjutnya.

"Karena... ?" Ma terlihat penasaran.

Aku berdehem sedikit dan memeperbaiki posisi dudukku, berusaha bersikap cool. "Ini, kalian baca aja sendiri skripnya." Kutaruh skrip yang tadi diberikan P'Art di meja.

Kusandarkan punggung ke sandaran sofa, kulipat kedua tanganku di dada, bersikap seolah aku tenang, padahal jantungku sudah berdetak tak karuan, malu sekaligus takut Ma dan Pa tak menyetujui.

Ma menggeser duduknya lebih merapat pada Pa, mereka mulai membaca skrip yang kuberikan. Keduanya terlihat serius dan beberapa kali terdengar berdiskusi sambil menganggukkan kepala.

Semakin banyak halaman yang dibaca semakin cepat pula jantungku berdetak. Butiran keringat dingin sepertinya sudah bertengger manis di dahiku. Tangan yang kukepalkan juga terasa dingin dan berkeringat. Sial! Padahal ruangannya ber-AC tapi kenapa gerah gini?

Kugoyangkan kaki kananku yang bertumpu pada kaki kiriku sambil bersiul gak jelas. Ekor mataku beberapa kali mencuri pandang ke arah Pa dan Ma untuk melihat reaksi mereka selanjutnya. Aku yakin mereka sedang membaca atau mungkin sudah membaca scene 'itu'.

"Astaga!"

DEG

Jantungku langsung berhenti sesaat ketika Ma memekik. Kulirik lagi mereka dengan ragu. Terlihat Ma menutup mata dengan telapak tangannya. "Ini serius? Astaga, astaga..."

FF WWCT - More Than Just A FanserviceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang