Insiden Lapangan Basket

187 26 2
                                    

Bunyi dentuman bola basket yang menghantam lantai gor menggema disekeliling ruangan, seorang gadis bermata hazel dengan sangat fokus berlari sambil men-dribble bola, sedangkan gadis lain didepannya fokus menghalangi gadis itu agar bola basketnya gagal masuk kedalam ring.

Ring basket itu seperti berdenting saat bola basket berhasil masuk ke dalamnya. Gadis bermata hazel itu bersorak seraya melompat-lompat kegirangan atas kemenangannya,

"Aku sudah menang 20 kali! Bukankah itu hal yang menakjubkan?" Gadis itu berbicara dengan ekspresi wajah yang begitu riang.

"Ya, terserah kau saja" Jawab gadis bermantel oranye yang tadi menjadi lawan mainnya

"Seulgi-ya," gadis hazel itu memanggil, "Ayo kita kembali ke kelas."

Gadis bernama Seulgi itu menoleh, kemudian mengangguk. Ketika mereka hendak meninggalkan gor basket, 3 orang lelaki memasuki gor tiba-tiba. Mereka adalah klub pemain basket sekolah, salah satu diantara mereka ㅡ lelaki dengan topi merah polos, adalah kapten klub basket mereka. Lelaki itu berjalan dengan angkuh menghampiri lapangan,

"Lea, sebaiknya kita pergi sebelum situasi memanas" Seulgi menyikut pelan lengan Lea, kemudian mereka segera bergegas meninggalkan gor.

"Hey!" Teriak lelaki bertopi merah yang seketika menghentikan langkah kaki mereka.

"Bukankah sudah kubilang untuk berhenti bermain di gor ini? Apa kalian tidak punya tempat lain untuk bermain hah?"

"Apa maksudmu?" Teriak Seulgi lantang, "Kau pikir lapangan basket ini milikmu?"

Lelaki itu tersenyum kecut, "Lapangan ini khusus untuk club basket sekolah, harusnya aku yang bertanya padamu kau ini memangnya siapa?"

"Sudah Seulgi," Lea berbisik seraya menarik tangan Seulgi agar mereka segera pergi.

"Aku belum pernah membaca peraturan disekolah ini yang melarang 'seseorang selain pemain klub basket sekolah ini dilarang bermain basket di gor ini'. Haduh, lucu sekali kalian seolah bertingkah seperti raja selama ini"

Celotehan Seulgi membuat lelaki itu naik pitam, ia menghampiri Seulgi sambil menatapnya tajam. Dibelakangnya, sekumpulan teman lelaki itu mengikuti menghampiri Seulgi seakan ingin menghajarnya hidup-hidup. Lea mulai panik.

"Apa katamu?!" Lelaki itu menarik kerah Seulgi tangannya seakan sudah siap untuk melayangkan tinju padanya.

Seketika Lea menendang lelaki itu hingga tersungkur, "Hey! Bisakah kau berhenti!"

Lelaki itu memandangi Lea untuk beberapa saat, kemudian bangkit berdiri dengan dibantu oleh keempat temannya. Sesaat mereka hendak melawan Lea, tetapi gadis itu sudah berdiri didepan dengan tangguh sambil memelototi mereka,

"Apa? Kalian mau melawanku? Derajat kalian hina sekali kalau sampai melawan perempuan lemah seperti aku" Ucap Lea seraya tersenyum getir.

Jantungnya terasa memacu begitu cepat, Ia bisa merasakan bibirnya bergetar saat berbicara. Ia sebenarnya juga takut, Siapa yang tidak takut melawan ketiga lelaki yang badannya jelas jauh lebih besar dibanding Lea. Tetapi ia lelah sudah menjadi bahan olok-olokan selama ini, dipandang bagaikan sebuah debu yang mengotori berlian. Saatnya ia melawan.

"Jika kalian tidak mau kami hajar lebih baik kalian pergi." Ucap seorang lelaki bermantel biru dengan tatapan yang dingin.

Lea tau siapa lelaki itu, Namanya Joe pemain basket terhebat sekaligus tertampan disekolah ini.

"Ayo Seulgi kita pergi!"

Lea bergegas menarik Seulgi untuk segera keluar dari gor itu. Sebelum langkah kakinya benar-benar meninggalkan gor, Lea melirik mereka sejenak kemudian mendelik cepat.

Me and AliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang