MA - 7

10K 586 10
                                    

"Naik!" Perintah Eru dengan dingin saat telah duduk di atas motornya.

"Apa?" Tanya Mikha dengan bingung. Lebih tepatnya ia terkejut dengan ucapan Eru barusan. Apa Mikha tidak salah dengar? Eru mengajaknya, bukan. Eru memerintahnya menaiki motornya? Dengan kata lain. Ia akan dibonceng Eru?

"Gue bilang naik, cepetan" Ucap Eru lagi dengan intonasi yang sama namun terdengar sedikit kesal. Ia tak menyangka gadis di depannya ini masih saja bengong. Entah apa yang ada dipikirannya itu. Mikha akhirnya tergelak dan menyadari apa yang didengarnya memang tak salah. Dengan ragu akhirnya Mikha menaiki motor Eru. Ternyata menaiki motor ini tak sama seperti pemikirannya saat menaiki motor Angga. Mikha merasa sangat kesulitan menaiki motor yang menurutnya tidak sepadan dengan tubuh mungilnya itu. Hal itu membuat Eru memutar bola matanya dengan malas dan dengan satu sentakan Eru menarik tangan Mikha hanya dengan satu tangannya membuat gadis itu terkejut namun akhirnya berhasil membantunya menaiki motor tersebut.

"Ma..kasih" ucap Mikha dengan gugup. Ia menundukkan kepalanya begitu melihat Eru menoleh kebelakang meliriknya. Hatinya berdebar tentu saja. Ditatap Eru dengan jarak sedekat ini. membuat napasnya sedikit tercekat namun akhirnya bisa terlepas dengan normal begitu Ia merasakan Eru sudah berbalik. Mikha menghembuskan napasnya lega.

Akhirnya motor itu pun melaju menembus jalanan di siang hari yang cukup terik. Membuat Mikha terus menundukkan kepalanya tak kuat akan sengatan matahari yang membuat kepalanya seakan berada sejengkal dari pusat tata surya tersebut. Hal ini tentu diluar perkiraannya akan pulang bersama Eru. Efek dari sakitnya yang baru sembuh sepertinya akan kambuh lagi kalau terus-terusan begini. Mikha mengeratkan cengkeramannya di pegangan bagian belakang motor tersebut. Melawan panasnya terik matahari. Berharap segera sampai.

Disisi lain, Eru sedikit merutuki dirinya yang tak pernah membawa helm cadangan. Ia juga tak mengira kalau akan membonceng orang lain di motor kesayangannya ini. Tak pernah sekalipun. Bahkan Vano dan Tomi pun tak diijinkannya menaiki motornya. Sesuatu yang tak di duga memang. Dan entah pemikiran dari mana, Ia malah memaksa gadis itu untuk pergi sekarang bersamanya. Selain Mikha adalah orang pertama yang menaiki motornya, kini ia harus mengasihani gadis itu lagi karena ulahnya. Eru melirik Mikha dari spionnya beberapa kali. Gadis itu terus menundukkan wajahnya. Gadis itu terlihat menderita. Dengan segera, Eru makin melajukan motornya.

***

"Loe mau seharian duduk diatas motor gue?" Pertanyaan Eru membuat Mikha yang sedari tadi masih menunduk mendongakkan wajahnya. Matanya bertemu dengan mata Eru yang menatapnya datar. Gerakan reflek tersebut membuat kepalanya sedikit pusing. Dengan sedikit mengerjap akhirnya Ia turun dari motor tersebut. Untung saja, menuruni motor ini tak sesusah menaikinya. Mikha menatap kesekiling, ternyata mereka sudah berada dihalaman sebuah rumah mewah. Rumah yang berada dikompleks elit. Sama seperti rumahnya. Namun bukan didaerah sini tentunya.

Eru berjalan mendahului Mikha yang masih mematung ditempatnya berdiri. Ia heran, belum sampai sejam bersama gadis ini saja entah sudah berapa kali Eru mendapatinya sedang terbengong. Satu kebiasaan gadis ini yang baru diketahuinya. Melihat dari tingkahnya, sepertinya gadis ini baik-baik saja. Dengan mengesampingkan pemikiran itu, Eru terus melanjutkan langkahnya memasuki rumahnya.

Mikha menyadari Eru sudah meninggalkannya cukup jauh. Sedikit tergesa Mikha berjalan dengan cepat mencoba mengikuti Eru dari belakang. Membuatnya sedikit menggerutu dengan mengerucutkan bibirnya. Kenapa cowok ini selalu saja cuek dengan sekitarnya?

Miss AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang