Dua

647 13 1
                                    

Saya update di tengah kegalauan saat ini wkwk
Doakan supaya ga galau lagi ya..
Makasih buat yang mau setia nungguin cerita saya yang masih kurang berpengalaman ini hehe:D
Cerita ini buat Dindadelfi yang udah nunggu lama wkkw makasih yaa

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Ini tentang penyelidikan yang kau suruh, ada hal yang harus kuberitahukan padamuً."

Qaireen menyerngitkan dahinya mendengar ucapan si penelepon.

"Apa itu?"

"Seperti yang Anda suruh, saya mengikuti tuan Andre kemanapun ia pergi dan siapa saja orang yang ia temui. Kemarin, sekita pukul 15.00 ia keluar kantor lalu menemui seseorang dan .... "

"Sayang?" Panggikan Andre sontak membuat Qaireen mematikan panggilan.

"Ya? sudah selesai mandinya?"
"Sudah, telepon dari siapa?" Tanya Andre
"Oh itu dari Mira, dia ngajakin ketemuan siang ini, boleh ya mas?"
"Iya boleh," jawab Andre
"Makasih mas" Qaireen memeluk Andre tanda terima kasih pada suaminya itu

"Em, Sayang?"
"Ya mas?" Jawab Qaireen sambil tangannya masih memeluk Andre
"Mas ada kerjaan di Bali selama 2 minggu, kamu gak apa-apa kan aku tinggalin?"
Ucapan Andre bagai mimpi buruk bagi Qaireen, namun itu adalah resiko menjadi istri seorang pengusaha sukses bukan?

"aku gak apa-apa mas," jawabnya.

###

"Mas pergi dulu ya, kamu hati hati di rumah!" ucap Andre seraya mengecup kening Qaireen mesra.

"Iya mas hati hati ya!" Qaireen mencium tangan suaminya itu lalu menunggu hingga ia benar-benar pergi.

Kemarin Qaireen hampir saja ketahuan Andre saat sedang mendengar penjelasan mata-matanya. Ia pikir 2 minggu inilah waktu yang tepat untuknya mencari tahu segala hal yang menjadi pertanyaan dalam benaknya beberapa hari ini.

Qaireen menghela nafas lalu bergegas mengganti baju, ia ada janji hari ini dengan Mira. Rencananya mereka akan pergi belanja hari ini. Bagi sebagian wanita, berbelanja dapat mengurangi stress, dan Qaireen salah satu dari wanita yang mengakui hal itu.

###

"Qai, stop galau galau lagi ya, let's
Jump on the bandwagon!!" Mira menarik-narik tangan Qaireen di sebuah pusat perbelanjaan. Mereka memutuskan untuk melihat-lihat perlengkapan untuk bayi yang baru lahir karena salah satu teman mereka dikabarkan baru saja melahirkan.

"Stop tarik tarik aku, Mir!" Qaireen menepis tangan Mira, "Malu diliatin orang ish, aku juga bisa jalan sendiri."

"Yaudah ke toko itu aja yuk?" Ajak Mira sembari menunjuk sebuah toko perlengkapan bayi yang langsung disetujui Qaireen.

Begitu memasuki toko, Qaireen segara menghampiri sepatu-sepatu bayi perempuan yang berjajar di rak khusus sepatu. Qaireen menyentuh salah satu sepatu berwarna pink seraya mengelus perutnya, tindakan spontan yang entah kenapa ia lakukan. Mungkin nanti jika ia punya seorang anak, ia akan membeli perlengkapan ini juga, bukan?

Tangannya beralih ke sepatu berwarna peach saat sebuah tangan halus juga menyentuh sepatu itu. Tangan seorang wanita yang sangat terawat.

"Maaf Mba, mau beli sepatu ini?" Ucap wanita bertangan halus itu, tak juga tangan, ucapannya juga halus. Lalu Qaireen memperhatikan wanita yang berdiri di depannya ini. Begitu cantik. Tubuhnya pun langsing semampai. Semua wanita akan iri padanya.

"Oh engga ko Mba," Qaireen menggeleng "saya cuma lihat-lihat aja." lalu Qaireen melihat tangan perempuan itu mengelus-ngelus perutnya sendiri.

"Syukurlah Mba, karena enggak tau kenapa anak saya ini kepingin banget beli sepatu itu." wanita itu tersenyum, sudah jelas dari kata-katanya ia sedang hamil.

Qaireen hanya mengangguk mengerti mendengar ucapannya. Tiba-tiba sebuah tangan menepuknya.

"Qai, ayo aku udah selesai milih kadonya," Mira cengengesan sambil memperlihatkan 3 hadiah yang telah dibungkus rapi, "Pulang yok?"

"Kok cepet banget?" Qaireen keheranan

"this is just piece of cake for me." ucap Mira dengan bangga dan Qaireen memutar matanya mendengar perkataan Mira.

"Eh! Sebentar," Qaireen menoleh pada wanita tadi, "Mba saya duluan ya?" Ucap Qaireen pada wanita bertangan halus tadi.
"Oh iya mba," wanita itu mengangguk lalu tersenyum.

Setelah keluar dari toko tersebut Mira bertanya, "Tadi siapa Qai?"

"Enggak, tadi kita ngobrol sebentar aja, dia lagi hamil," lalu Mira mengangguk tanda mengerti.

###

Seorang lelaki tengah berjalan memasuki tempat perlengkapan bayi tadi. Kedatangannya sukses membuat kaum hawa terpesona atau sejenak menoleh untuk melihat ciptaan tuhan nan indah itu.

Ia menghampiri sang wanita bertangan halus tadi yang tengah mengelus perutnya.

"Sarah, sudah selesai?"
"Andre?" Jawabnya terkejut, "Sebentar lagi ya?" Sarah bergelayut manja di lengan lelaki itu. Andre hanya mengangguk cepat.

###

"Qai? Apa kabar?" Soraya, teman Qaireen yang baru saja melahirkan itu tengah menyusui putranya. Qaireen tersenyum menatap temannya itu. Kapan ia bisa merasakan hal tersebut?

"Aku baik," Qaireen mengelus dahi bayi laki-laki yang tengah terlelap itu dengan pelan, "Kamu baik-baik saja? Bayimu sangat tampan, selamat ya!"

"Tentu saja," Soraya tersenyum bangga, "Ibunya saja cantik begini."

"Eh, perasaan aku gak bilang ibunya cantik?" Qaireen reflek menggerakkan tangannya tak setuju.

"Kapan nyusul?" Pertanyaan dari soraya itu sontak membuat Qaireen terdiam, "Biar Raikan ada temannya."

"Doakan saja ya."

###

Qaireen mematikan mesin mobil, lalu bergegas keluar dari mobilnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Kaki jenjangnya berjalan memasuki rumah yang sangat besar itu.

"Non, baru pulang?" tanya Bi Ita begitu Qaireen memasuki pintu rumah.

"Iya Bi, Tuan tadi telepon?"

"Tidak, Non. Dari tadi enggak ada telepon dari Tuan. Non sudah makan?"

"Sudah Bi tadi di Mall, Bibi sekarang istirahat aja udah malem," ucap Qaireen, "aku juga butuh tidur.'

Qaireen melangkah memasuki kamarnya. Lalu mengganti pakaiannya dengan gaun tidur. Setelah itu ia menghapus make up di wajahnya, bersiap untuk tidur.

Saat ia hendak mematikan lampu kamar, ponselnya berdering. Ia menyerngit, siapa yang meneleponnya malam-malam begini. Qaireen milik jam yang menunjukkan bahwa sekarang pukul 10.30 malam.

Qaireen berjalan menuju nakas, mengangkat telepon dari ponselnya yang terus berdering, "Halo?"

"Maaf menghubungi Anda malam-malam begini, tapi kemarin tiba-tiba sambungan terputus. Saya sudah mencoba menghubungi Anda namun hasilnya nihil."

"Oh ya, kemarin batere ponsel saya habis dan hari ini saya menjenguk teman saya di rumah sakit."

"Begini Bu Qaireen, selama 1 minggu ini saya mencoba menyelediki kemana saja suami Anda pergi dan apa yang dilakukannya," Suara si penelepon terdengar serius, "Suami Anda melalukan kegiatan pekerjaan seperti biasa yaitu bekerja, meeting, bertemu para klien dan kolega. Namun, ada satu hal yang janggal disini"

Qaireen menyerngit, "Apa itu?"
"Suami Anda memasuki hotel. Bersama wanita lain"

Qaireen hampir tak mempercayai pendengarannya sendiri, "apa kau yakin? Siapa wanita itu?" dalam hati Qaireen merasa geram.

Berani-beraninya suaminya mengkhianatiya demi perempuan lain.

"Agar lebih jelas, temui saya besok di Cafe XX pukul 3 siang"

"Baiklah" Qaireen menutup sambungan telepon lalu terduduk lemas. Ia merasa tak berdaya. Suaminya, belahan jiwanya, teman hidupnya yang selama ini ia percayai menduakannya.

Bersambung
___________________________________

28 Maret 2016

DelusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang