mulmed : Dakota fanning as Oliv :v
*******
Aku menebah dada sambil menghela nafas, syukurlah aku datang 5 menit sebelum bel berbunyi. Aku berjalan disepanjang koridor menuju salah satu kelas yang letaknya berada diujung koridor. Aku sengaja setengah berlari mempercepat langkahku supaya bisa sampai ke kelas dengan cepat.
Aku merasa tak nyaman berjalan dikoridor sendirian, orang orang yang mayoritas kaum hawa seperti menatapku dengan berbagai ekspresi, ada yang menatapku iba seolah berkata miris banget kisah cinta lo, ada juga yang menatap ku sambil terkikik geli seolah berkata emang enak diputusin cowo duluan. Apa aku terlihat tidak baik? padahal aku sudah menyiapkan mental untuk bersikap seolah aku baik-baik saja. Fyuhh, rasanya aku ingin terjun bebas saja.
Aku harus segera sampai ke kelas, dikelas nanti aku akan langsung menjabak rambut Ozzi yang tega meninggalkan ku sendirian dalam situasi mencekam seperti ini, tetapi nahasnya aku malah semakin kikuk setelah melihat sosok lelaki yang berjalan sendirian berlawanan denganku. Aku mengerjapkan mata kelewat kaget, tubuhku menegang, aku mencerna apa yang aku lihat.
Dia disana.
Lelaki yang selalu menghantui pikiranku.
Lelaki yang memanisfestasikan perasaanku.
Lelaki yang membuatku termehek-mehek selama dua hari dua malam.
Aldi.
Setengah hatiku membuatku untuk berniat membalaskan dendamku—seolah berkata ini waktu yang pas buat menggolok muka si playboy sialan itu, golok mana golokk??!!—,tapi setengahnya lagi membuatku mengurungkan niatku karena samar-samar aku bisa melihat luka memar ulah Ozzi kemarin lusa masih berbekas di wajah tampan nya—mumumu kasiann:(—.
Meskipun begitu, dia terlihat baik-baik saja, sangat kontras denganku yang selama ini berperang melawan luka yang melanda.
Sekarang apa yang harus aku lakukan? Memeluknya dan berharap dia kembali padaku? Menamparnya tiga kali sambil meneriakinya 'brengsek' ? Atau tetap berjalan dalam diam seolah aku tidak mengenalinya?.
Akhirnya aku memilih hipotesa ketiga.
Wangi cheddar wood yang aku rindukan mulai mendominasi udara yang mengitariku. Aku masih berjalan dengan sorot mata mengarah pada ubin koridor, lalu memberanikan diri untuk melihat keberadaan nya, siapa tahu dia sudah berjalan melewatiku.
Dorrr!
Tebakan ku meleset, dia berada dihadapan ku dan tiba-tiba saja...
Dia menatapku. Dia menatapku.
Aku terkesiap dan membalas tatapan nya. Bodoh, aku tak seharusnya membalas tatapan nya. Beradu pandang dengan nya tidak baik untuk kesehatan jantung ku. Lagipula kenapa dia hadir di waktu yang tidak tepat. Bisakah sementara dia menghilang ditelan bumi seraya aku berusaha melupakan nya?.
"Hai?"
Tiga huruf, satu kata, satu konsonan. Sangat sederhana.
Aku mematung, keningku berkerut.
Ada apa ini? Apa dia tidak sadar apa yang dilakukan nya sangatlah konyol.
Alma bilang, tidak sepantasnya orang berinteraksi dengan mantan kekasih barunya karena masih anget-anget nya strangers with memories. Shit!, Teori konyol.
Maksudku, menyapaku hanya akan menorehkan banyak luka yang semakin dalam.
Persetan dengan dia yang menungguku membalas sapaan nya, aku mengalihkan tatapanku dan mengabaikan nya dengan melengos pergi melanjutkan langkahku yang sempat terhenti. Seketika aku merasakan ada sentuhan hangat di pergelangan tanganku. Dia menahan langkahku dan kembali menatapku.

KAMU SEDANG MEMBACA
OlivOzzi
Teen FictionMau kenalan? Aku olivia. Panggil saja oliv. Hari ini pikiranku sedang terganggu oleh apa yang aku dengar dari podcast rintiksendu favoritku. Ternyata benar ya, tidak akan ada persahabatan antara perempuan dan lelaki tanpa adanya perasaan cinta atau...