Part 4. Kesialan

109 10 1
                                    

Author Pov#

Jakarta, Indonesia.

Gion berjalan ke arah ruang santai. Sesampainya di ruang santai, ia langsung duduk di sofa yang kosong. Di ruang santai tersebut ada Rion dan Jessica. Gion yang baru sadar dengan kehadiran Jessica langsung menghampiri Jessica, lalu memeluknya dengan erat.

"Hei, Jesse. Aku merindukanmu! Mengapa kau tidak memberitahuku, kalau sedang di Jakarta?" kata Gion sambil cemberut.

Jessica balas memeluknya. "Haha! Jangan cemberut, jelek tau!" ujar Jessica sambil terkekeh, lalu melepaskan pelukannya.

Gion hanya memutar bola matanya kesal, lalu duduk kembali di sofa yang tadi ia duduki. "Kapan kau datang Jesse?" tanya Gion santai.

"Kemarin sore!" ujar Jessica.

"Dan kau tak mengabariku, huh?" cibir Gion.

"Aku tau kau sedang sibuk kemarin, jadi apa boleh buat?" ujar Jessica kalem. "Iya, kan Rion?" lanjut Jessica sambil menyenggol bahu Rion yang berada di sampingnya.

"Hmmmh..!" Rion bergumam tidak jelas. Ia sedang sibuk bermain I-Phone-nya, lebih tepat-nya bermain game di I-Phone-nya.

"Rion!" seru Jessica kesal karena merasa tidak diacuhkan oleh Rion, Gion yang melihatnya hanya terkekeh kecil.

"Kau menyebalkan!" ujar Jessica kesal, lalu pergi ke dapur.

Gion melirik Rion yang sedang sibuk dengan I-Phone-nya, lalu membuang nafas dengan berat.

"Kau tidak sekolah Ri?" tanya Gion pada saudara kembarnya itu.

"Hmmmhhhmm?!" gumam Rion tidak jelas, begitulah Rion, sangat tidak peduli dengan orang lain dan cuek-nya udah stadium akhir jika sudah bermain game.

"Gion! Apa tidak ada bahan makanan disini?!" teriak Jessica dari dapur. Jarak dapur dan ruang santai tidak terlalu jauh, jadi jika berteriak pasti akan terdengar dari ruang santai (???).

"Ohh! Aku lupa berbelanja!" ujar Gion, lalu buru-buru lari keluar rumah itu. Dengan cepat ia masuk ke mobilnya, lalu mengendarainya dengan kecepatan yang bisa dibilang sinting.

Sedangkan di rumah, Jessica berjalan ke ruang santai dengan kesal, sambil menghentak-hentakkan kakinya. "Gion!" teriaknya ketika dilihatnya Gion lari terbirit-birit menuju ke mobilnya. Ia sudah sangat kesal dengan pola hidup si kembar tampan itu, membuatnya selalu ingin membunuh mereka berdua. Andai mereka bukan sahabat sekaligus saudara angkatnya, ia pasti udah membunuh mereka. Eh? Tapi sayang ah, barang bagus gak boleh dirusak! Memang sih banyak cowok cakep, tapi kan, ya gitu deh! (Kok jadi ngelantur ya?)

Jessica berjalan mendekat ke arah dimana Rion sedang duduk. Ketika sudah berada di dekat Rion, dengan gerakan cepat, ia langsung merebut I-Phone Rion, lalu membantingnya dengan kesal. "Jadi orang tuh! Harus peka, jangan cuek terus!" serunya. Ditatapnya Rion yang sedang melotot tak percaya kearahnya. "Jadi cowok tuh harus bisa di manfaatin, cepetan antar aku belanja! Jangan bengong kaya orang bego!" ujar Jessica sambil menarik lengan Rion.

Rion hanya bisa menurut, ia tidak bisa membantah Jessica. Jika membantah, Jessica pasti akan mengamuk padanya dan ia akan menjadi sasaran empuk untuk pelampiasan amarah Jessica. Huh? Itu tidak akan pernah terjadi.

Rion ditarik Jessica menuju garasi, lalu Rion menaiki sebuah motor sport warna hitam, setelah memakai helm (???) full face. Rion membonceng Jessica dengan motor kesayangannya (soalnya cuma punya satu motor) itu. Motor itu melaju dijalanan jakarta dengan kecepatan sedang. Sekitar 20 menit, motor itu berhenti di sebuah supermarket.

Setelah memarkirkan motor di parkiran yang ada di supermarket itu, Jessica dengan cepat menarik lengan Rion. Mereka berdua memasuki supermarket itu, lalu mengambil sebuah troli (entahlah? Author lupa namanya apa? Pokoknya alat yang digunakan untuk menyimpan belanjaan dan bisa didorong) yang ada di sekitar pintu masuk.

The Twins ImmortalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang