Part 6. Kilas Balik

61 3 0
                                    

Hai!
Ini adalah part terpendek yang pernah aku buat. Ini aku persembahkan kepada kalian semua.
Ini semua, part terakhir yang aku update sebelum masa hiatus ku.
Jadi, keep reading guys! (Apadah, nilai inggris pas-pasan juga, segala pake bahsa inggris)

****

Author Pov#

(???), Amerika Serikat.

Di hutan antah berantah. Terdengar sebuah tangisan yang sangat memekakan telinga. Tangisan dari dua orang bayi yang ternyata adalah bayi kembar.

Kedua bayi itu terus menangis bersisian. Matahari sudah hampir terbenam dan bulan sudah menampakkan wujudnya.

Saat dimana kekuatan itu memuncak. Kekuatan cahaya kembar. Kekuatan dari bayi kembar itu.

Pohon-pohon di hutan itu tampak melindungi ke dua bayi itu. Di balik semak-semak. Para serigala mengintai dalam jarak pandang yang cukup jauh.

Di sekitar dahan pohon, kelelawar berkumpul.

Hewan-hewan yang lainnya hanya bisa melihat dari kejauhan.

Mereka seolah-olah ingin melindungi ke dua bayi tersebut, tetapi takut untuk mendekat.

Cahaya bulan semakin bersinar, begitu pula cahaya matahari yang tampak berwarna jingga kemerahan. Kedua cahaya itu seolah-olah bergabung, lalu berbaur menjadi satu. Dan di serap oleh ke dua bayi itu.

Hal itu membuat hutan tampak bersinar terang. Menyajikan sebuah warna yang indah. Sebuah warna yang belum pernah ada.

Pohon-pohon seolah-olah ikut menyerap cahaya itu. Karena membuat pohon-pohon yang telah mati hidup kembali.

Burung hantu mengamati kejadian itu dari dahan pohon.

Serigala melolong di kegelapan. Menimbulkan sebuah suara yang menggema.

Kelelawar berterbangan di sekitar ke dua bayi itu.

Burung-burung lain pun berkicauan.

Singa mengaum keras.

Tikus bercicit ria.

Serangga bermunculan.

Hal itu seperti sebuah perkumpulan hewan yang terjadi tanpa sengaja. Mereka berkumpul dan membuat suara khas mereka. Menghasilkan sebuah suara yang indah. Seperti sebuah paduan suara yang sangat terlatih.

Hal itu menambah kesan yang bagus apalagi ditambah oleh hembusan angin yang membuat pohon-pohon bergoyang. Membuat hal itu tampak sangat meriah dengan pohon-pohon yang menari-nari.

Semakin lama semakin ramai. Semakin gelap semakin bersinar. Itulah cahaya. Cahaya yang abadi. Cahaya yang dihasilkan oleh alam. Cahaya matahari dan bulan. Cahaya yang ada karena gelap.

Tangisan kedua bayi itu mereda setelah munculnya beberapa hewan-hewan yang mengelilingi mereka berdua.

Baik hewan pemangsa atau pun hewan pemakan rumput. Mereka berkumpul seperti sebuah acara kumpul saudara. Tidak saling menyerang. Tidak ada yang menyerang atau pun diserang. Mereka tampak damai. Sedamai cahaya itu.

Tidak lama, seorang pria dengan jubah berwarna hitam kelam tampak mendekati kedua bayi kembar itu. Hal itu membuat hewan-hewan yang mengelilingi kedua bayi itu menggeram marah.

Pria itu tidak memperdulikan geraman hewan-hewan itu. Dia tetap berjalan santai mendekati kedua bayi itu.

Membuat serigala-serigala melolong marah dan kelalawar menatap pria itu dengan pandangan marah.

Pria itu tetap berjalan mendekat. Ditangannya tergenggam sebuah pisau yang mengkilat tajam. Dari pisau itu terpantul cahaya indah itu.

Ketika sudah berada cukup dekat dengan kedua bayi itu, pria itu mengeluarkan pistol dari saku celananya. Ketika dia mengarahkan pistol tersebut ke arah kedua bayi itu. Para singa mengaum keras, lalu menerjang pria itu.

Kira-kira ada lima ekor singa yang menyerang pria itu secara bersamaan. Tidak hanya singa, tapi serigala, burung hantu, dan kelalawar pun menyerang pria itu.

Dor! Dor! Dor!

Pria itu menembakkan tiga peluru yang melesat ke arah hewan-hewan yang mnyerangnya itu. Ketiga peluru itu mengenai seekor singa yang akan menerjangnya. Singa itu tewas seketika. Hal itu membuat hewan-hewan lain menggeram marah, lalu menyerang pria itu.

Pria itu berlari kebelakang, menghindari cakaran burung hantu yang melesat ke arahnya. Pisau yang ada di tangannya itu, dia sabetkan ke kiri. Sabetan pisau itu mengenai seekor serigala yang tampak akan menggigit dari belakang. Serigala itu melolong keras, menandakan rasa sakit yang luar biasa.

Kelalawar-kelalawar menyerang pria itu dengan menggigit seluruh tubuh pria itu. Tapi, sebelum hal itu terjadi. Pria itu sudah mengeluarkan bom asap beracun.

Asap itu menyebar dengan sangat cepat, tapi kedua bayi itu terlindungi oleh pohon-pohon yang seolah-olah bergerak untuk melindungi kedua bayi itu. Hewan-hewan lain mati terkena asap beracun itu. Asap beracun yang sangat berbahaya. Selang 5 detik, langsung membuat mahluk hidup yang menghirupnya itu langsung mati.

Pria itu tidak terkena asap beracun karena dia telah menggunakan sebuah tabung yang berada di mulut dan hidungnya. Tabung yang berisi dengan oksigen dan melindungi si pemakai dari udara luar, asap atau hal-hal yang berbahaya. Tabung yang terbuat dari bahan yang sangat langka dan hanya ada satu di dunia.

Pria itu menatap hewan-hewan yang tergeletak di tanah itu dengan pandangan datar, tapi di bibirnya terulas sebuah senyum licik. Dia berjalan mendekati kedua bayi itu.

Dor!

Tapi, tiba-tiba ada sebuah tembakan yang hampir mengenai pria itu. Pria itu menatap sekelilingnya dengan pandangan was-was.

Pria itu tidak mengira bahwa akan ada seseorang yang berada di sekitar hutan ini. Hutan gelap yang penuh dengan rimbunnya pohon dan hewan buas yang berkeliaran.

Pria itu memegang pistolnya dengan erat dan mengarahkan pistol tersebut ke arah sebuah semak-semak yang tampak sedang bergoyang-goyang. Dia mengira bahwa di semak-semak tersebut ada seseorang.

Ketika pria itu akan menekan pelatuk pistol tersebut. Tiba-tiba..........

Duk!

*********TBC**********

Hai!
Author mau update part yang paling pendek, boncel atau apalah.
Pokoknya part ini pendek bgt. Mungil! Tpi author tinggi lho!

Kasih vote dan coment pada part ini ya Readers!
Thanks

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 06, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Twins ImmortalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang