▪BINTANG▪

866 42 6
                                    

Dewi Fortuna


Bintang sangat yakin dewi fortuna akan berbaik hati padanya kali ini, mengingat bahwa dirinya sangat sial kemarin, namun entah keyakinan darimana kali ini Bintang sangat yakin, yakin sekali.

Tangannya dengan lincah mengarahkan button stick PS3 nya, matanya sedari tadi tidak berpaling dari layar televisi berukuran 32 inch itu, sesekali badannya bergerak bersemangat. "HAH! NYARIS!" teriaknya frustasi ketika bola yang digiringnya bersusah payah gagal menjebol gawang lawan.

"Heh, nyaris apaan. Jauh tuh dari gawang," ucap Septian, sahabatnya yang notabene menjadi lawan main PS nya kali ini, berbeda dengan Bintang, Septian lebih santai menanggapi permainan ini, mulutnya tidak berhenti mengunyah keripik singkong yang disuguhkan Bik Ijah -asisten rumah tangga yang berkerja pada keluarga Septian- sebelum permainan ini dimulai.

Bintang tak menghiraukan pernyataan Septian barusan, yang ada dipikiran nya kali ini dia harus menang pertandingan kali ini, karena uang taruhan tengah menunggunya.

Bintang tadinya yakin akan menang, namun setelah melihat skor yang masih sama-sama kosong membuat dirinya pesimis, pertandingan kali ini sangat kuat, susah sekali untuk menjebol gawang lawannya itu. Sementara itu, tangannya sudah mulai pegal dan matanya perih menatap lama layar televisi ini. Pertandingan sudah babak kedua, lima menit lagi akan usai, Bintang telah pasrah menerima kenyataan bahwa pertandingan ini akan seri, dan itu berarti tidak ada yang memenangkan uang taruhan itu.

Bintang terperanjat ketika pemain Septian mulai mendekati gawangnya, dengan gerakan cekatan tangan Septian menggerakan stick PS nya, terlihat pemainnya saling oper sana-sini, dan...

"GOAL!!!"

BRAAKK! Bintang membanting stick PS nya, dia tidak terima di menit terakhir pertandingan justru Septian menjebol gawangnya, dan otomatis membuat Bintang kehilangan uang taruhan itu.

"Yee... ngambek, pokoknya gua menang ya, duitnya gue ambil berarti." goda Septian sambil mengibas-ngibaskan tiga lembar uang seratus ribuan ke muka Bintang yang memberengut kesal.

Bintang beranjak berdiri, lalu mencabut kabel televisi nya yang masih menampilkan hasil pertandingan, disitu dengan jelas terpampang tulisan tim Septian menang. "Balikin duit gue seratus lima puluh." Ucapnya ketus.

Septian membelalak kaget, "eh, enak aja main balikin, sesuai perjanjian yang menang kan dapet nih duit taruhan, gue menang, dan lo kalah, jadi yang dapet nih duit berarti gue, lo gak berhak lagi untuk minta kembaliin! " ucap Septian tak kalah ketus, dia hafal sekali temperamen sahabatnya yang suka bertindak semaunya ini.

Bintang meringis sedih, habislah dia tiga hari ini tidak jajan karena semua uang jajan nya ditaruhkan nya untuk pertandingan ini. Padahal kalau saja dia menang, tentu uang jajan nya akan bertambah dua kali lipat.

Terbesit suatu ide di otak Bintang, segera dia memasang muka melas, lalu berlutut di depan Septian, "Sep, tolong gue, Sep. Itu duit jajan gue tiga hari! Bayangin, Sep! Masa tiga hari gue gak jajan sih? Lo tega apa sahabat lo yang cantik ini gak makan, terus mati kelaperan di sekolah?" Katanya sengaja dibuat-buat sedih.

Bukannya iba, Septian justru jijik melihat tingkah sahabatnya itu, dengan enggan dia menarik satu lembar uang nya, "nih, lebay lo! Bangun deh, gak usah norak gitu."

Bintang tersenyum lebar, lalu mencubit gemas pipi sahabatnya itu. "Makasih..., eh kok cuman seratus ribu sih? Mana lima puluh ribunya?" tanpa sadar, dia semakin mencubit pipi Septian, kali ini bukan gemas lagi namun sebal. "Asep! Balikin lima puluh ribunya! Jangan korupsi!"

Bulan & BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang