▪BULAN▪

479 37 4
                                    

Love at first crush.

"Lan, tolong potongin kentangnya jadi dadu dulu nih, Mama mau buat sambalnya."

Bulan menghentikan pekerjaan menyapu nya, lalu mengikuti interupsi yang disampaikan Mama, dengan cekatan tangan lembut itu memotong kentang menjadi dadu-dadu, rapih sekali.

"Ma, ini kentangnya mau diapain? Di sambel ya?" Tanya Bulan ketika selesai memotong, diperhatikan gerak-gerik Mama nya yang sedang mem-blender cabai.

Mama nya mengangguk, lalu tangannya mengisyaratkan Bulan untuk memberikan kentang yang sudah dipotongnya itu.

"Bintang kemana, Ma? Tadi malem, Bulan gak ngeliat dia," Tanya Bulan, dia lalu melanjutkan kembali aktivitas menyapunya yang tertunda.

Sudah rutinitas Bulan tiap minggu pagi untuk menggantikan pekerjaan menyapu dan mengepel Mbok Lastri, ya hanya hari minggu, karena di hari biasa dia disibukkan dengan kuliah, berangkat pagi dan pulang siang, sedangkan sore nya dia berkerja paruh waktu di sebuah perusahaan garmen.

"Dia baru pulang jam sembilan, kena marah sama Papa. Mama tuh pusing sama adikmu itu, apalah maunya, disekolahin malah mainan, dinasihatin ngebantah, padahal nilai jeblok minta ampun, coba kamu bujukin untuk les, siapa tau dengan ikut les dia jadi pinter dikit. "

Bulan tertawa kecil mendengar curhatan Mama nya itu, dia lalu teringat dengan adiknya satu-satu nya itu, memang betul yang dibicarakan Mama, akhir-akhir ini sifat pemalas Bintang makin parah, dia selalu pulang malam, menghabiskan waktunya hanya untuk bermain game, setelah lelah dia tertidur pulas sampai pagi lagi, dan seterusnya.

Bulan bukannya tidak perhatian dengannya, namun terkadang ketika dia berniat untuk mengingatkan Bintang, hal itu diurungkan kala melihat Bintang yang sepertinya tidak bisa dirubah, entah sejak kapan Bintang mulai bersifat tomboy-yang membuatnya jadi pemalas- ini, seingat Bulan, terakhir kali Bintang memakai pakaian feminin adalah saat perpisahan SD, lima tahun yang lalu. Sedangkan saat SMP, dia bertemu dengan Septian dan Robi, dan bersahabat dengan mereka sampai sekarang, mungkin itu salah satu pemicunya.

Kurangnya kasih sayang orangtua, itu juga berpengaruh, Bintang selalu merasa terduakan oleh kakaknya sendiri, kakaknya yang cerdas dan selalu mendapat juara umum di sekolahnya, lulus SMA hanya dua tahun dan masuk universitas ternama di Indonesia dengan beasiswa, semakin membuat orangtua nya bangga dengan Bulan, kakak beradik itu memang sangat bertolak belakang.

Bulan mengetuk pintu kamar adiknya, hari minggu seperti ini adiknya hanya akan menghabiskan waktu dikamar, tidur dan bermain game sepanjang hari, jangankan disuruh membereskan rumah, bangun pagi saja susah.

"Bi, udah bangun belum?" panggil Bulan, sambil sesekali mengetuk pintu lagi, namun tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam, Bulan berpikir dua kali, haruskah dia langsung masuk ke dalam?

Tanpa pikir panjang lagi, Bulan membuka knop pintu kamar adiknya itu, dan menemukan Bintang masih bergelung diatas kasur, dengan geram ditariknya selimut itu, sambil menguncang-guncangkan tubuhnya dengan harapan Bintang akan terbangun.

Sementara, Bintang yang terganggu tidurnya itu hanya mengguman tak jelas, tangannya menghalau apa saja usaha Bulan untuk membangunkannya, Bulan terlihat pasrah, dilihatnya segelas air yang masih penuh di atas nakas tempat tidur, karena tidak ada pilihan lain, terpaksa dia harus membangunkan adiknya dengan cara ini,

Bulan & BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang