Fight song - Rachel Platten
This is my fight song
Take back my life song
Prove i'm alright songMy powers turn on
Staring right now i'll be strong
I play my fight song
And i don't really care nobody else
Believes
Lagi. Azel mendengarkan lagu ini lagi melalui earphonenya. Apa yang terjadi di sekolah barusan membuatnya down kembali. Dan mendengarkan lagu penyemangat untuk dirinya sendiri serta berdiam di kamarnya akan mengembalikan mood Azel kembali.
Di sekolah tadi, gurunya meminta membuat kelompok yang masing-masing beranggota tujuh orang. Dari tiga puluh siswa ada dua kelompok yang diharuskan memiliki 8 anggota. Tapi saat itu, Rizky tidak masuk. Hanya tersisa Azel saja. Entah apa setiap kelompok tak ada yang mau memasukkan Azel menjadi anggota kelompok mereka. Bahkan bujukkan gurunya tak mempan ke setiap kelompok. Terpaksa Azel mengerjakan tugas itu sendiri.
Mengingat itu, Azel menjadi muak sendiri. Ditinggikannya volume earphonenya menjadi paling nyaring. Bahkan jika ada orang di sampingnya, ia juga akan mendengar lagu itu. Tapi mana mungkin ada yang mau berdekatan dengannya--
Bunda Azel tiba-tiba masuk ke kamarnya, "Azel, ada Reza di luar!" Teriak bundanya.
--kecuali Reza tentunya.
Saat melihat putrinya memakai earphone, ia hanya menggelengkan kepalanya yang paham bahwa sedari tadi Azel tidak mendengar panggilannya.
Azel melepaskan earphonenya dan berdiri dari kasurnya. "Hah? Apa bun?"
"Reza."
"Ada Reza bun?"
Bundanya mengangguk.
"Yaudah, Azel ke bawah dulu bun,"
Gadis itu langsung berlari ke teras rumah tempat kesukaan Reza saat menunggu Azel. Ia tidak memerdulikan teriakan bundanya yang menyuruhnya membersihkan dulu kasurnya yang berserakan dengan macam-macam buku dan makanan ringan.
Azel langsung duduk di sebelah Reza yang memainkan handphonenya. "Hai, Za."
Reza sedikit terkejut mendengar suara Azel yang tiba-tiba, "Hai,"
"Zel, jalan yuk." Tambahnya.
"Ha? Kemana?"
"Ke manapun. Gue suntuk di rumah."
Azel yang saat itu masih badmood dengan kejadian di sekolah langsung saja menyetujui ajakkan Reza. Ia berpamitan mengganti bajunya terlebih dahulu. Dengan gayanya yang casual, Azel berangkat bersama Reza memakai motor besar pria itu.
***
Reza mengucapkan terima kasih pada pelayan yang mengantarkan makanan ke meja mereka. Lalu berucap, "Gimana keadaan bokap lo?"
Setelah berdebat dimana mereka akan berbincang. Dengan Reza yang mengalah di sinilah mereka, mall. Menurut Azel, di sini mereka bisa bermain serta makan untuk menghilangkan masing-masing badmood mereka.
Azel tersenyum pedih mendengarnya. Hanya dengan Reza lah ia mau berbagi masalahnya karena menurutnya, takdir mereka sama-sama pelik. "Tetap sama, masih koma,"
Ayah Azel selama beberapa bulan ini koma di sebuah rumah sakit akibat kecelakaan yang menimpanya. Ayah yang selalu memanjakan dan bercanda bersamanya telah berhenti. Selama beberapa bulan ini, Azel tidak lagi mendapatkan martabak telur yang dibawa ayahnya tiap pulang kerja.
Azel hanya diperbolehkan bundanya untuk tiap libur saja mengunjungi ayahnya karena bundanya mengharuskan Azel fokus pada kelas dua belasnya.
"Jadi," Azel menyuapkan kentang goreng ke mulutnya sekali lagi. "Ada apa lagi dengan nyokap lo?"
"Biasalah. Mereka pulang yaa berantem lagi,"
Bertahun-tahun dekat dengan Reza membuat Azel tahu kalau Reza tidak pernah merasakan keluarga yang utuh. Ia memang masih memiliki ibu dan ayah yang bersama, tapi dengan kesibukkan mereka yang membuat mereka jarang di rumah. Saat mereka di rumah, hanya ada pertengkaran yang tidak bisa berhenti dan akhirnya membuat keduanya kembali pergi dari rumah itu.
Selalu seperti itu, sampai-sampai Reza bosan sendiri dan mengajak Azel menemaninya menghilangkan suntuk itu. Dan Azel dengan sukarela meluangkan waktunya demi sahabat laki-lakinya ini.
"Bokap nyuruh nyokap berhenti kerja dan nyuruh untuk ngurus rumah dan ngerawat gue aja," Reza menghembuskan nafas beratnya, memejamkan matanya sebentar lalu berucap, "Ya lo tau sendirikan, nyokap itu wanita karir. Dia lebih suka sama pekerjaannya. Jadi dia kekeuh bakal tetap ngejalanin apa yang dia kerjain sekarang."
"Biar gue tebak, bokap lo maksa terus sedangkan nyokap lo bertahan dengan pilihannya dan mereka bertengkar."
"As always, Zel."
"Lo tinggal jalanin hidup lo. Orang tua bukan ketergantungan lo," Azel menyudahi makan siangnya dengan mengelap bibinya dengan tisu lalu memandang Reza dengan serius. "Bukan bermaksud jahat, tapi keadaan yang bikin lo harus begitu. Kalo lo ketergantungan dengan orang tua lo terus, lo ga bakal bisa ngeliat dunia, Za. Lo terkurung di zona hampa yang lo nya ga tau harus apa karna cuma menunggu bokap nyokap lo ngasih pendapat mereka dan terus kaya gitu.
"Gue emang bukan berada di posisi lo oh mungkin lagi ga berada di posisi lo. Tapi gue gatau kenapa gue bisa ngerasain apa yang lo rasa. Jadi, kalo gue di posisi lo, gue akan gerak."
"Gerak?" Reza mendengus geli mendengar perumpamaan gadis itu. Tapi ia menyutujui argumen orang di hadapannya kini.
"Gue tau gue bukan pembuat nasehat dan pepatah yang baik." Ucap Azel dengan kesal. "Tapi seenggaknya lo ngehargain itu."
Di saat ia sudah serius, Reza selalu menggagalkannya dengan hal sepele tapi bisa merusak momen serius yang diciptakan Azel. Dan itu selalu membuat Azel kesal.
"Ga usah ngambek gitu, gue ngerti kok. Gue harus jalanin hidup gue tanpa dukungan atau peraturan bokap nyokap gue."
"Bukan juga gue ngijinin lo ke arah negatif," Ralat Azel.
"Iya, Zel."
"Awas aja lo lari ke hal yang ga berguna itu, gue matiin lo saat itu juga."
"Iyaaaa, Azelia Bulan, sayang."
"Eeh?"
"Apa?"
"Yang tadi lo bilang,"
"Kenapa emang?"
"Ulang, gue ga denger!"
"Ga penting juga lo dengernya," Reza tertawa dan meminta bill makanan mereka. "Pulang yuk."
Reza kembali menggandeng Azel yang terbengong akan ucapannya. Membawa Azel ke dalam mobilnya dan mengantarkan Azel ke rumahnya. Saat sudah di samping Azel pun masih terdiam bak kehilangan jiwanya sedari tadi.
Saat Reza membunyikan klaksonnya secara sengaja untuk membuat Azel sadar. Azel terserentak. Seperti mendapatkan jiwanya kembali, Azel bertanya, "Lohh kok gue di mobil lo? Bukannya masih di foodcourt," Reza terkekeh mendengar pertanyaan Azel itu.
Hanya satu kata yang berhasil membuat Azel membeku saat itu. Merasakan dunianya berhenti saat itu juga tapi juga perasaan hangat bersamaan. Berlebihan memang. Tapi itulah yang dirasakan Azel. Kata yang tak pernah di dengarnya dari mulut selain keluarganya.
Sayang.
Dan ia yakin, malam ini dia akan insomnia mendadak.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Beruntung
Teen FictionHanya sebuah cerita tentang perjuangan Reza dan Azel dengan berbagai masalah dan tanpa sadar adalah bagian cinta mereka. Hanya berawal dari saling mengetahui peliknya takdir hidup mereka. Tentang Azel dan Bunga. Tentang Reza dan orang tuanya. Dan y...