Just-4

9 0 0
                                    

Akhirnya hari yang paling ditunggu Reta telah tiba. Hari dimana ia bisa terbebas dari tugas–tugas dosen yang banyaknya melebihi jumlah bintang dilangit. Yap! Libur akhir semester. Liburan kali ini Reta berencana untuk mengunjungi orang tuanya di kota tersibuk di Indonesia, Jakarta.

Hari ini Reta akan pergi ke kampus untuk terakhir kalinya sebelum ia berangkat ke Jakarta esok hari. Reta ke kampus bukan tanpa tujuan. Reta ke kampus untuk memberikan tugas yang diberikan oleh dosen untuk melengkapi nilainya yang kurang.

Jam tangannya menunjukkan pukul satu siang. Sepertinya Reta akan makan siang dirumah--kost saja. Ia ingin memasak sendiri menu makan siangnya. Tiba–tiba sebuah motor berhenti tepat dihadapannya saat dirinya tengah menunggu bus angkutan umum dihalte depan kampus.

Jangan-jangan orang itu penjahat. Tapi, kok, motornya kayak pernah liat. Tapi dimana, ya? Tanya Reta dalam hati. Reta berusaha mengingat tapi hasilnya nihil. Reta meruntuki dirinya sendiri karena disaat seperti ini kadar kelemotannya meningkat.
Reta mundur beberapa langkah saat orang itu hendak membuka helmnya. Reta bersiap–siap lari takut–takut jika orang itu akan berbuat jahat terhadap dirinya. Keadaan halte saat itu pun tidak mendukung. Halte itu sepi tak ada seorang pun untuk dimintai pertolongan. Semakin lama helm yang dikenakan orang itu terangkat dan sedikit demi sedikit memperlihatkan wajah orang itu.

Mata Reta menyipit untuk memfokuskan pandangan kewajah orang itu. Detik selanjutnya helm itu terangkat sempurna dan memperlihatkan wajah seseorang yang familiar menurut Reta.

Eh?

"Ale? Ngapain lo disini?" Tanya Reta.

"Gue mau bantuin ayam nyebrang jalan. Ya, jemput elo lah," jawab Ale setengah jengkel. Kenapa Reta harus bertanya untuk apa Ale kesana. Apa ada alasan yang lebih masuk akal selain menjemput Reta? Misalnya membantu burung bertelur dijalan?!

"Oh jemput guuueee... Eh kok lo tau gue ada disini?" Ucap Reta sambil mengangguk-anggukkan kepala dan detik berikutnya kening Reta berkerut karena mempertanyakan ketahuan Ale terhadap keberadaan dirinya.

"Udah itu gak penting. Gue kesini pengen ngajakin lo makan siang bareng. Mau gak?" Baru saja Reta akan menjawab tetapi Ale mencegahnya untuk berbicara.

"Gue cuma ngajakin. Bukan ntraktir. Mau syukur nggak yaudah," lanjut Ale seakan mengerti apa yang akan dikatakan Reta. Reta mendengus.

"Gue nggak ikut, deh. Gue mau makan dikost-an aja. Sekalian masak," tolak Reta. Dari awal Reta sudah bilang, kan, kalau dia akan memasak untuk makan siangnya?

"Yaudah makan siangnya dikost-an lo aja." Reta mendengus dan kemudian menganggukan kepala menandakan dirinya setuju.

Untuk kali ini, Reta memilih memasak yang simpel saja. Dan pilihannya jatuh pada telur balado dan juga bihun goreng. Seperti biasa Reta hanya membawa setengah dari yang dimasaknya ke ruang tamu. Sementara setengahnya lagi ditaruh dimeja makan.

"Liburan lo mau kemana, Ta?" Ale membuka percakapan diantara mereka.

"Gue mau ke Ibukota. Mau nengokin bokap-nyokap." Reta menjawab pertanyaan Ale disela–sela mengunyah makan siangnya.

"Wah, sama dong. Bareng yuk.. Lo naik apa? Udah mesen tiketnya?" Cerocos Ale. Ale sangat antusias saat mendengar bahwa Reta akan pergi berlibur ke Jakarta. Pasalnya Ale juga berencana akan berlibur ke Jakarta untuk menjenguk orangtua--tentunya-- dan bertemu dengan teman lama juga kekasihnya,  Sisi.

Kalaupun Reta berangkat bersama dengan Ale, setidaknya Ale tidak akan merasa bosan dan kesepian selama perjalanan karena ada teman untuk diajak mengobrol.

"Woaahh.. santai, mas bro. Satu–satu nanyanya. Rencananya gue mau naik kereta aja dan gue belom mesen tiketnya. Tadinya sih pengen mesen sore ini, trus besok berangkatnya," ucap Reta menjawab pertanyaan dari Ale.

"Yaudah abis selesai makan kita langsung mesen tiketnya!" jawab Ale dengan semangat empat puluh lima.

Just UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang