Seminggu sudah Reta berada di Jakarta. Itu artinya sudah lima hari Reta tak kontak–kontakan dengan Ale semenjak kejadian itu. Reta memutuskan untuk menerima dengan lapang dada. Toh, cinta tak harus memiliki. Lagipula, Reta baru berada pada tahap SUKA. Belum pada tahap CINTA. Oke. Reta harus bersikap biasa saja. Seolah–olah dirinya tak menyimpan perasaan pada Ale.
Hari ini Reta akan pergi ke sebuah tempat rekreasi didaerah Jakarta Utara. Reta pergi bersama Sasha dan Marcel, sepupu Reta. "Ta, cepetan! Udah jam berapa nih?!" teriak Sasha dibalik pintu kamar Reta. "Bentar lagi!" balas Reta setengah teriak. Lima menit kemudian Reta baru keluar dari kamarnya. Hari ini ia mengenakan jins sepuluh senti diatas lutut dan kaos tanpa lengan yang memamerkan kulitnya yang putih bersih. Sasha pun mengenakan pakaian yang hampir serupa dengan Reta. Yang membedakan hanya kemeja berlengan pendek yang menutupi setengah jinsnya.
Satu jam kemudian Reta dan sepupunya tiba di tempat tujuan. Reta dan sepupunya memilih naik komidi putar terlebih dahulu. Alasannya? Hanya untuk pemanasan sebelum naik ke wahana yang lebih ekstrim.
Selanjutnya mereka menaiki kora-kora, lanjut ke wahana bianglala. Setelahnya Reta dan Sasha juga Marcel memutuskan untuk makan siang. Mereka memilih food court sebagai tempat untuk mereka makan siang. Kemudian mereka akan menaiki wahana bernama roller coaster. Saat akan memasuki antrian, dari kejauhan Reta melihat siluet seseorang yang baru beberapa hari dikenalnya. Reta memicingkan matanya untuk memfokuskan pandangannya. Ternyata benar. Itu Sisi pacarnya Ale. Dan siapa laki – laki disebelah Sisi? Pastinya bukan Ale. Kalau itu Ale, Reta pasti sudah mengenalinya. Lalu siapa? Sebuah tepukan dibahu Reta membuyarkan lamunannya.
"Woi, ngelamun aja lo. Sekarang giliran kita tau" ucap Sasha sambil menepuk bahu Reta karena sedari tadi Reta melamun. Padahal kini giliran Reta, Marsha dan Marcel untuk menaiki wahana tersebut.
Akhirnya Reta dan Sasha serta Marcel memutuskan pulang. Semua wahana sudah ditaklukan oleh mereka. Termasuk wahana paling ekstrim, yaitu Histeria dan Tornado. Mereka sampai rumah pukul delapan belas lebih dua puluh menit. Reta langsung merebahkan diri diatas kasur miliknya. Pikirannya menerawang kejadian saat melihat Sisi yang masih berstatus sebagai pacar Ale bermesraan dengan laki–laki lain.
"Apa gue harus kasih tau Ale ya?" Gumam Reta. Sesungguhnya ia masih belum siap untuk bertemu dengan Ale. Tapi Reta harus memberitahu Ale. HARUS! Ini demi masa depan Ale. Reta membuka aplikasi Line kemudian mengetik sesuatu.
Le, bisa ketemu? Ada yang mau gue omongin. Penting!
Kirim.
1 menit..
2 menit..
4 menit..
Drttt.. Drrttt..
Okedeh. Kapan dan dimana?
Di Cafe Coffee jam dua siang. Bisa?
Kirim.
Bisa kok bisa. Okedeh jam dua di Cafe Coffee. See you, Ta
Sepertinya perang batin akan dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Us
RomanceDia selalu ada di dalam pikiran Reta. Dia sudah seperti bangunan permanen yang sulit di goyahkan bahkan di runtuhkan sekalipun. Dihati Reta pun sudah terukir indah nama dia. Dia selalu ada disamping Reta. Dia yang selalu membuat Reta merasakan berma...