Bagian 4 (End)

3.4K 158 2
                                        


"Ah... sudah jam segini, aku harus pulang atau Kaa-san akan marah" aku pun berlari dengan terburu-buru, yah ini gara-gara Anko-sensei yang meminta bantuanku untuk mengecek buku-buku siswa yang mengumpulkan tugas. Dan tentu saja itu menghabiskan waktu hampir satu jam, karena Anko-sensei adalah guru matematika yang mengajar di lima kelas, jadilah seperti ini.

Aku terus berlari di koridor sekolah, saking terburu-burunya aku sampai menabrak orang

Bruk

"Ittai, aduh"

"I-ittai"

Eh? Namikaze-san?

"Ah... Hinata-san, Daijobu ka?" ucap Namikaze-san, lalu mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri. Akupun menyambut uluran tangan itu, entah karena Namikaze-san yang menarikku terlalu kuat atau karena faktor lain. Aku berdiri terlalu dekat dengan Namikaze-san, dan saat ini wajah kami hanya berjarak 5 cm...

Amethyst dan Safir bertemu

1 detik...

Amethyst dan Safir bertemu

2 detik...

Amethyst dan Safir bertemu

3 detik...

Amethyst dan Safir bertemu

4 detik...

Amethyst dan Safir bertemu

5 detik...

Deg Deg Deg

...Set

"A-aa Gomen..." Aku pun langsung menjauh dari Namikaze-san, begitupula Namikaze-san. "Gomen, Hinata-san aku... menarikmu terlalu kencang" "Gomenasai, Namikaze-san, demo... a-arigatou ka-rena telah membantuku... berdiri" ucapku gugup setengah mati, jika saja disini ada lubang, maka aku akan mengubur diriku sekarang juga. "Yah, umm... kau... belum pulang Hinata-san?" tanyanya mencoba memecahkan kegugupan yang melingkupi kami, "Ti-tid-tidak, a-aku baru saja akan pulang" ucapku dengan sekuat tenaga agar tak terbata-bata karena gugup, dan hasilnya nihil. "Ah... kalau begitu kau mau kuantar pulang?" tawarnya padaku, "Tidak perlu, Namikaze-san, arigatou" "Bagaimana kalau aku memaksa" ucapnya yang sepertinya sudah kembali normal, aura kegugupan sudah menguar entah kemana. Dan itulah salah satu keanehan yang dimilikinya, bisa mencairkan suasana semaunya. Huft... aku tak habis pikir, dia memang hebat sekaligus aneh.

"Sungguh itu tidak perlu, aku akan pulang naik angkutan umum saja, terimakasih" balasku, aku tidak mungkin datang dengan Namikaze-san, baru saja kemarin dia membicarakan entah hal apa dengan Shion, dan saat sampai rumah Shion terlihat muram. Aku sedikit bingung, bukankah Shion seharusnya senang? Tapi... faktanya dia pulang ke rumah dengan aura yang suram, dan itu berdampak padaku, karena akulah yang menjadi pelampiasannya. Tapi sekali lagi, aku tetap menyayangi Shion, dan semua keluargaku.

"Tidak, ayo" ajaknya mengenggam tanganku, aku sedikit tersentak saat kulit kami bersentuhan. Sensasi ini sangat aneh, aku... lagi-lagi merasa seperti sedang bersama pria berambut hitam yang berdansa di taman denganku. Tangan pria itu dan Namikaze-san sama-sama hangat. Dan dia menarikku pergi ke parkiran sekolah. "De-demo Namikaze-san... A-aku..." dia terus menarikku dan tak mengindahkan penolakanku, sepertinya selain aneh dia juga keras kepala. "Silahkan Hinata-san" ucapnya mempersilahkanku untuk memasuki mobil mewahnya, akhirnya aku hanya bisa menghela nafas dengan berat. Aku hanya berharap dirumah tak ada siapapun.

Namikaze-san mulai menyalakan mesin mobilnya, lalu berjalan pergi meninggalkan sekolah. Beberapa menit berlalu, tak ada percakapan yang terjadi didalam mobil, sampai...

"Hinata-san"

"Namikaze-san"

Ucap kami bersamaan, lalu Namikaze-san terkekeh, sedangkan aku hanya tersenyum kecil, kami terlihat konyol,

Modern CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang