Part 1

383 18 4
                                    

Bukan suatu keinginan yg tiba-tiba timbul di hati Michelle utk pergi ke atas menara Eiffel. Dia sudah sering pergi kesana utk merasakan ketenangan dan kemegahan kota Paris yg gemerlapan di bawahnya..
Umurnya baru sembilan belas tahun. Sebagai anak tunggal dan satu-satunya ahli waris dari seorang pengusaha garment di Jakarta, Michelle bisa sekolah design di Paris yg terkenal dgn kota fashionnya..
Pagi ini, di puncak menara Eiffel, Michelle memandang kota yg megah itu. Dilihatnya sungai Seine yg membelah kota Paris berwarna hijau tua dgn puluhan perahu dan gondola yg nampak hanya sebagai titik-titik saja. Dilemparkannya pandangannya pada keindahan puncak Mont Marte yg berwarna putih..Tapi semua itu tampak kabur di matanya..Air mata yg menggenang di matanya membuat semua pemandangan indah itu menjadi suram..Dia teringat semua pembicaraannya dgn ayahnya di telp semalam..
''Michelle sayang, kau harus segera pulang ke Jakarta, nak.."kata ayahnya to the point setelah Michelle mengucapkan salam..
"Ada apa papa.? kenapa aku harus pulang ke Jakarta, apa papa sakit.?"tanya Michelle dgn cemas..
''Tidak sayang, papa tdk sakit..tapi kau harus pulang ke Jakarta..dan kau terpaksa harus keluar dari sekolah design mu itu..karena mulai sekarang papa tdk sanggup lagi utk membiayai kuliah dan kebutuhanmu di Paris..papa bangkrut sayang..papa ditipu oleh rekan bisnis papa, maafkan papa, Michelle sayang..terpaksa kau harus mengubur cita-citamu utk menjadi seorang designer.."sahut ayahnya dgn sedih.
Seketika itu pula seluruh tubuh Michelle terasa lemah, seolah-olah tdk ada sebuah tulangpun yg menyangga tubuhnya.
"Bang..bangkrut..? Oh papa kenapa bisa seperti itu pa.?"tanya Michelle dgn sedih..Berita itu mengagetkannya seperti petir disiang bolong.
''Ta..tapi pa..kuliahku tinggal setahun lagi, sayang kalau putus ditengah jalan seperti ini, papa..ini cita-cita ku sejak mulai kecil, kenapa harus kandas seperti ini.."keluh Michelle.
"Maafkan papa, sayang..besok kau urus kepulanganmu, Michelle.."sahut pak Lukito, ayah Michelle.
"Apakah aku harus pulang..? membuang dan meninggalkan cita-cita impianku utk menjadi seorang designer di kota ini.? Hanya tinggal selangkah lagi, Michelle..selangkah lagi..apakah harus ditinggalkan begitu saja..?
Tidak..!! aku harus mewujudkan cita-citaku..entah bagaimana caranya..aku harus tetap bertahan di Paris dan menyelesaikan kuliahku..sekalipun aku harus bekerja sebagai tukang cuci piring di cafe..yg penting aku bisa kuliah..semangat Michelle..semangat..!!" batinnya dgn kekeuh..
"Papa, kalau boleh..dan harus boleh..aku akan tetap bertahan di sini, pa..aku harus menyelesaikan kuliahku, sayang tinggal setahun aja pa..
Aku akan mencari pekerjaan utk biaya hidup dan kuliah..kalau perlu jadi pelayan restoran juga gak papa..yg penting aku bisa melanjutkan kuliah..boleh ya pa.."kata Michelle
''Tapi sayang.."
''Oh ayolah pa..beri aku waktu dan kesempatan, sampai enam bulan aja pa,kalau sampai batas itu aku tdk sanggup..aku akan pulang ke Jakarta..pliiiss..papa..pliiis..''rayu Michelle pada ayahnya dgn nada yg tdk bisa dibantah..
"Baiklah..baiklah sayang,papa akan memberimu kesempatan,tapi kau harus janji kepada papa, kau harus mencari pekerjaan yg halal..dan jangan sekali-sekali menhalalkan semua cara utk meraih cita-citamu itu..kau mau berjanji, sayang.."kata pak Lukito..
"Tentu saja, papa..papa harus percaya pada Michelle..Doakan Michelle ya pa..dan papa juga harus tabah dgn apa yg sdh terjadi.."kata Michelle menyemangati ayahnya.
"Ya putriku sayang, papa bangga padamu..kau anak yg baik, papa selalu berdoa untukmu.."kata pak Lukito mengakhiri pembicaraannya..

Pagi ini, dari tempatnya yg terasing di puncak menara, Michelle mencoba merencanakan apa yg akan dikerjakannya. Apa yg bisa dikerjakannya utk bertahan hidup di Paris..? Memang dia mempunyai pendidikan yg baik, lancar berbahasa Perancis dan dia juga mempunyai bakat dalam membuat sketsa dan gambar itulah sebabnya dia kuliah dibidang design.
"Achh..seandainya aja ada Nadia..pasti aku bisa mencari jalan keluar..setidaknya aku bisa curhat dgnnya. tapi sekarang dia sdh pulang ke Jakarta..gimana mungkin aku bisa telp dia..mulai sekarang aku kan harus berhemat..sehemat-hematnya..tidak boleh boros walaupun aku masih punya sedikit tabungan..''keluh Michelle.
Nadia adalah teman karib sekaligus teman satu kampus Michelle selama di Paris.
Tapi tiba-tiba dia tersentak kaget..
"Gaunku..!!Ohmegaatt..!! aku harus segera membatalkan pesanan gaunku.."pekik Michelle panik..
"Apa yg akan kupakai utk membayarnya kalau gaun itu gak bisa dibatalkan.."batin Michelle bingung..
Gadis itu baru saja memesan sebuah gaun malam dari salah satu maison (rumah mode) terkenal di kota Paris..
Maison La Davidson..salah satu rumah mode yg terkenal di Paris..Dan hari ini dia akan fitting gaun tsb utk yg terakhir kali sebelum benar-benar selesai. Dia memesan gaun itu utk dipakainya menonton pertunjukan opera bersama keluarga Tirtasaputra, rekanan bisnis ayahnya yg tinggal di Paris.
Sebenarnya dia tdk ingin menonton pertunjukan opera itu, tetapi Tante Raisa, istri Om Tirta membujuknya..
"Ayolah Michelle sayang, kau harus ikut kepertunjukan itu. Disana kau bisa melihat berbagai macam mode fashion, cocok utk referensi kuliahmu..Kau tau, sayang..pertunjukan opera itu biasa ditonton oleh orang-orang kaya di Paris..mereka, para wanitanya akan mengenakan gaun yg indah dan mewah.."begitu yg dikatakan oleh Tante Raisa utk membujuk Michelle agar mau ikut bersama mereka.
"Tapi tante, saya tdk punya gaun malam yg cocok utk ke opera itu.."kata Michelle menolak secara halus ajakan Raisa.
"Kau tdk perlu khawatir, sayang..kau bisa pesan gaun malam di butik langganan tante..disana modelnya bagus-bagus, kau pasti suka..besok tante antar ke sana ya.."
Michelle tdk sampai hati utk menolak lagi.Akhirnya dia mengiyakan ajakan Raisa.

"Apa yg harus kuperbuat??, gaun itu sudah hampir selesai.." batinnya bingung.
Tapi mau tdk mau dia harus ke maison itu.
Michelle meninggalkan menara Eiffel dan berjalan menuju ke maison La Davidson. Ketika berjalan melewati penjaga pintu rumah mode tsb, hati gadis itu berdebar-debar dan bingung. Apalagi begitu berjalan memasuki showroom, dia merasakan jantungnya mau copot ketika dilihatnya seseorang berjalan mendekatinya sambil tersenyum.
"Achh, nona Michelle..selamat datang, gaunmu sdh siap,ayo aku antar ke kamar pas.."kata Madame Simone menyambut kedatangan Michelle.
Sebelum Michelle membuka mulut utk mengatakan bahwa dia datang ke maison itu bukan utk fitting melainkan utk membatalkan pesanannya, Madame Simone sudah berseru kepada asistennya..
"Odette..fitting utk nona Michelle, gaun malam yg merah itu..sekalian kau siapkan kamar pas yg kosong..!!"
Wajah Michelle menjadi pucat pasi waktu dia dgn gugup berkata..
"Sa..saya mau bicara sebentar Madame Simone.."
Tapi Simone tdk menggubrisnya. Wanita itu sudah lenyap utk menyiapkan segala sesuatunya. Michelle hanya bisa mendengar lengkingan suaranya yg memberikan perintah kepada asistennya di kamar sebelah. Akhirnya gadis itu memperhatikan isi ruangan itu. Sejenak dia memperhatikan seorang peragawati berambut merah, bermata gelap seperti mata seekor anak rusa. Tetapi setelah peragawati itu berjalan mendekatinya, Michelle merasa bahwa mata itu seperti mata seekor ular yg licik dan jahat. Gadis peragawati itu berjalan dgn gaya yg elegan. Dia seorang peragawati yg paling top di rumah mode itu..namanya Bianca. Dia memperagakan sebuah gaun malam dgn model strapless dgn potongan leher sangat rendah..terbuat dari kain sutra yg halus berwarna biru tua.
Tiba-tiba suatu perasaan aneh dan gembira menjalar di urat-urat nadi dalam tubuhnya.
"Aku dapat memakai pakaian itu dan bisa secantik Bianca..
Oh ya..yaa..akukan bisa melamar sebagai peragawati di sini.."Pikiran itu membuatnya takut dan senang..
Memang Michelle adalah gadis yg cantik jelita..kulitnya putih halus bagai mutiara, dgn rambut hitam panjang ikal bergelombang, dgn mata bulat besar ditambah bulu mata hitam lentik..alis hitam yg kecil dan bibir yg merah alami dan berlekuk indah. Tiba-tiba timbul keinginan gadis itu utk mencoba gaun yg diperagakan oleh Bianca..dan memperlihatkan kepada semuanya bahwa dia bisa kelihatan lebih cantik daripada Bianca.
Dgn berpikiran seperti itu, dia mengumpulkan semua keberaniannya utk melakukan apa yg harus dilakukannya. Dia berjalan mencari Simone dan berkata dgn bahasa Perancis yg lancar dan fasih..
"Anda harus menjadikan saya salah seorang peragawati di sini, madame..karena mulai sekarang saya bukan langganan anda lagi..saya memerlukan pekerjaan utk melanjutkan kuliah saya. Apakah menurut anda, Monsieur Billy dapat menerima saya.?"
Wajah Simone yg semula riang menjadi pias karena terkejut. Tapi kemudian dia tersenyum lebar, dipikirnya nona Michelle bercanda. Kemudian masuk Louise dan Odette yg dgn hati-hati membawa sebuah gaun berwarna merah yg dihiasi dgn ratusan karpatu yg berkilauan. Itu lah gaun malam Michelle yg baru.
"Bonjour, Nona Michelle, kami hampir selesai..hanya tinggal pengepasan sekali ini, dan besok pagi, anda sudah memiliki gaun indah ini.."kata Louise dgn gembira..
Dgn mata yg memancarkan kepanikan dan penyesalan, Michelle memandang gaun indah. Mungkin gaun ini diciptakan khusus utk kecantikan Michelle..nama gaun itu Dream of Ballet..Tapi Michelle menggelengkan kepalanya dgn lesu..
"Saya tdk bisa membelinya sekarang..!!"katanya dgn suara tercekik..
Tiba-tiba ruangan itu hening seketika. Tiga pasang mata memandang
Michelle dgn syok..Simone,Louise dan Odette..semuanya tdk percaya..terkejut dgn apa yg baru saja diucapkan Michelle.
Gadis itu berdoa memohon keberanian, lalu dia menceritakan kenapa dia terpaksa membatalkan pesanan gaunnya.
"Oh mon Dieu..ini musibah bagimu nona, tiba-tiba menjadi miskin.."kata Simone ikut bersedih..
"Baiklah..hal ini belum pernah terjadi sebelumnya..aku tdk tau harus berbuat apa..karena semua keputusan berada ditangan Madame Davidson dan monsieur Billy..tapi berilah aku waktu utk membicarakannya dgn mereka..''kata Simone sambil mengelus tangan Michelle utk membesarkan hati gadis itu..
Pemilik dan designer rumah mode itu adalah Billy Davidson. Michelle belum pernah melihat ataupun bertemu dgn pemilik rumah mode itu. Menurut salah seorang pegawainya, Monsieur Billy sedang berada di New York..dan baru akan kembali ke Paris dalam minggu ini. Dgn sedikit lega Michelle mengangguk mengiyakan..

bersambung ..

HEART OF PARISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang