Part 10

130 11 2
                                    

Langsung aja ya...
Happy reading n jangan lupa vomment ya..

Makasih sebelumnya..

~~~♡♡☆♡♡~~~

Tiba-tiba Billy menjadi pucat dan memakinya..

"Ohhh..KELUAR..!! KELUAR KAU DARI RUANGANKU INI..!!" kata nya dgn suara keras.

Michelle ketakutan meli-hat Billy yg begitu marah. Tetapi dgn patuh dia me-mutar badannya dan ber-jalan kearah pintu.a

Melihat Michelle akan ke-luar, seketika itu juga Billy bangkit dari kursinya dan berjalan menghampiri Michelle. Diraihnya gadis itu ke dalam pelukannya.

Dipeluknya kekasih hati-nya itu erat-erat dgn pera-saan takut kehilangan.
Michelle yg saat itu memakai baju tanpa kerah menampakkan lehernya yg jenjang kecoklatan karena matahari di Cannes mem-buat Billy gemas.
Lelaki itu membungkuk dan mencium leher keco-klatan yg lembut itu. Lalu beralih menciumi  bibir mungil Michelle. Ciuman nya ganas dan diliputi ke-putus asaan.
Dan Michelle pun menye-rahkan dirinya. Tubuhnya yg ramping dan indah yg menjadi pujaan Billy, men-cair dalam pelukannya dgn sikap pasrah. Dgn rasa pu-tus asa juga dia membalas ciuman kekasihnya.

''Michelle..oh Michelle, mon amour..ini tdk bisa kita teruskan..Aku mencin-taimu..Aku sangat mencin-taimu.."kata Billy dgn sua-ra tercekik di sela-sela ciumannya.

"Akupun mencintaimu.." sahut Michelle dgn suara putus asa. "tetapi...."

''Stop, kekasihku..aku tdk mau mendengar kelanjut-an tetapi mu itu.." sela Billy

"Aku tdk berniat mende-ngarkannya. Dan aku ha-rus bertemu dgnmu...
Aku harus bersamamu setidaknya lebih lama dari saat ini. Kau dengar itu, Michelle mon amour..dan itu harus. Aku tdk mau ada kata penolakan dari mu,!!''

Michelle menempelkan pipinya pada bahu Billy. Wajahnya tegang.

"Tetapi kita telah sepakat.." kata-katanya terputus.

''Aku mengetahui semua yg telah kita sepakati.." sela Billy memutus kata-kata gadisnya..
"Dan utk sementara aku te-tap berpegang pada kepu-tusan yg kuambil. Bukan karena Sheilla, tetapi kare-na ibuku. Apakah kau tau mengenai keadaan ibuku..?"

"Ya.."sahut Michelle singkat.

"Sabtu besok aku akan membawa ibuku ke dokter spesialis di London.." Billy menjelaskan pada kekasih nya.

Michelle mengangkat wa-jahnya, lalu memandang pada lelaki yg tengah me-meluknya dgn pandangan penuh simpati.

"Aku ikut sedih Billy.. semoga beliau cepat sembuh.."

Lelaki itu menarik napas panjang.

"Akupun berharap demi-kian juga. Banyak sekali yg
kupikirkan, kekasihku. Tetapi  yg utama adalah kita. Tunggulah sampai aku pulang dari London.
Sekarang kukatakan pada mu, kekasihku..kurasa aku tdk sanggup utk terus hi-dup menanggung semua ini, hidup tanpamu di sisi ku. Aku rasa aku tdk sang-gup jika harus memperis-tri Sheilla.."

Michelle merasakan ke-gembiraan dari ujung ram-but sampai ke ujung kaki. Tetapi dgn lembut dia me-narik dirinya dari pelukan Billy.

"Hati-hati, setiap saat bisa ada orang yg datang kema-ri.."

"Kau memang benar..'' sahut Billy dan tiba-tiba dia tersenyum. Lalu mele-takkan tangan Michelle ke bibirnya. Sambil mencium tangan gadisnya, dia berka ta,

"Kau memasuki hatiku ba-gai minuman keras, keka-sihku yg cantik. Ada sesua-tu pada dirimu yg membu-atku mabuk.."

Dgn putus asa, Michelle melihat pada kertas yg be-risi email yg sudah kusut di tangannya.

HEART OF PARISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang