Part 4

171 11 0
                                    

Pagi itu Michelle tiba di Maison La Davidson, sambil membawa Dream of Ballet yg dimasukkan ke dalam kotak merah muda dgn tulisan DAVIDSON yg tercetak tebal melintang dari pojok ke pojok.Sambil menahan napas dia memasuki maison yg megah itu. Dia berdiri sejenak melihat kesekelilingnya dgn rasa gugup yg menyelimuti hatinya. Waktu masih menunjukkan pukul sepuluh, jadi belum banyak kegiatan yg dilaku kan di rumah mode itu. Tidak ada yg memperhati kan waktu dia masuk ke maison itu. Sampai akhir nya Simone datang meng hampirinya, dan berseru,

"Ahh, nona Michelle, ayo masuklah..!!"

Kini semua mata tertuju padanya. Dia melangkah masuk dgn wajah merah dan gugup. Lalu menyerahkan kotak yg dibawanya kepada Simone

"Ngg..saya..saya..maksud saya, Monsieur Davidson menyuruh saya utk menemuinya.."kata Michelle gugup.

Simone menerima kotak itu tanpa berkata apa-apa. Dia bingung akan berbuat apa terhadap Michelle. Dia melirik kesekitar nya mencari bantuan. Untung saja madame Marcella segera datang dan berjalan mendekati mereka. Di tangannya ada selembar koran terbitan pagi itu. Dengan senyum ramah dia mendekati Michelle yg berdiri gugup dan malu.

"Bonjour, nona Michelle.."  sapanya ramah

"Tentu kau senang sekali membaca berita di koran pagi ini.." lanjutnya.

Michelle mengedipkan matanya dgn bingung. Sepintas dia melihat sikap permusuhan yg diperlihat kan oleh Bianca dan beberapa gadis peragawati lainnya. Michelle merasa tdk enak. Lalu berkata dgn gugup kepada Marcella..

"Ma..maaf..saya..saya tdk sempat baca koran pagi ini, saya terlambat bangun. saya minta maaf. Apakah saya terlambat..?"

"Kau tdk terlambat..nona.. dan monsieur Billy juga tdk menentukan jam berapa kau harus menemuinya. Sekarang dia sedang sibuk sejak datang tadi pagi. Nanti bila dia sdh tdk sibuk akan aku antar kau menghadapnya.
Nah sekarang apa pendapatmu mengenai ini.?" Marcella menunjuk kan koran yg dipegangnya.

Pipi Michelle menjadi panas bersemu merah, ketika dia melihat fotonya sewaktu coffe break di gedung opera semalam. Dia harus mengakui kalau foto itu sangat bagus dgn tulisan dibawah foto itu,
"Mademoiselle Michelle Angela yg cantik dgn gaun model Dream of Ballet Karya designer terkenal Billy Davidson. Dgn wajah memerah, Michelle mengembalikan koran itu ke Marcella. Gumannya, "terima kasih madame, tapi berita itu terlalu dibesar-besarkan.."

"Jadi..dia tdk menjadi sombong dgn pujian ini, sungguh mengagumkan.." pikir Marcella.

Bianca berkacak pinggang sambil berjalan mendekati Michelle. Melalui bulu matanya yg hitam dan lengket karena maskara, dia memandang Michelle dari ujung rambut sampai ujung kaki dgn wajah mengejek. Memang pada saat itu Michelle mengenakan pakaian yg sederhana..

"Aku gak ngerti, kenapa cewek akamso (anak kampung sono) kayak gini bisa menghebohkan Paris pagi ini, apanya yg hebat.." katanya mencemooh.

Michelle hanya menelan saja semua ejekan itu dgn menarik napas panjang. Sepuluh menit kemudian, Billy memanggil Marcella utk membawa Michelle ke ruangannya.
Ketika gadis belia itu memasuki ruangannya, Billy merasakan seperti ada aliran listrik yg menjalari tubuhnya. Seperti yg dirasakannya semalam. Aliran listrik yg menyengat di jantungnya yg membuat degub jantungnya berpacu dalam melodi irama cha cha..Aliran listrik yg membuat tubuhnya menghangat nikmat.
Tetapi pagi ini, dia mem perlakukan Michelle secara profesional bahkan cenderung jutek.

''Bonjour, monsieur." sapa Michelle

"Hmm..bonjour mademoiselle Michelle.." sahutnya dgn nada dingin.

Pandangannya menjelajahi gadis yg berdiri di hadapannya,

"Bagiku masalah gaun yg kau pakai semalam itu tdk jadi soal, memang itu sangat menyedihkan karena kau tdk jadi membelinya, tapi apa boleh buat.."

HEART OF PARISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang