Part 12

104 7 0
                                    

Mumpung hp lagi gak error, aku tayangin HoP part 12, rek..

Semoga gak ngebosenin.. dan bisa menghibur.

Mohon maaf kalau masih banyak kata-kata yang gak nyambung..hehe

Oke..happy reading dan terima kasih sudah mau mampir dan baca ceritaku ini..

~♡☆♡~

Sheilla sangat menderita batin. Bukan hanya karena dia tahu bahwa sesungguh nya Billy tidak mencintai nya dan hanya dia yang terus mendesak Billy agar menikah dengannya. Tetapi juga karena rencana yang sudah disusunnya bersama Bianca.

D Sheilla tidak ingin melaksanakan rencana Bianca. Dan dia berniat nanti setelah pulang dari bandara, dia akan menemui Bianca dan menggagalkan semua rencananya itu.

Segera dia pergi ke Le Bourget, tempat tinggal Paula Davidson untuk mengantarkan Billy dan ibunya ke bandara.

Dengan putus asa dia berusaha untuk membuat tunangannya memperhati kan. Dia mengharapkan satu kata yang pasti. Satu ciuman yang berdasarkan cinta. Atau satu tanda bahwa Billy benar-benar berat meninggalkannya. Tetapi tak satupun dari yang diharapkannya itu didapat. Sebaliknya Billy tampak gelisah saat ada di dekatnya dan cepat marah kepadanya. Lelaki itu bahkan dengan marah menarik lengannya sewaktu dia mencoba menggandengnya sewaktu mereka berada di ruang tunggu.

Seorang wartawan dari suatu majalah mode terkenal di Paris, kebetulan melihat Billy dan segera menghampiri nya. Sheilla mendengar dia bertanya,

"Koleksi anda akan dipertunjukkan pada hari Rabu depan, bukan Monsieur Billy..? Dan apakah benar Michelle yang cantik itu yang akan memperagakan gaun baru anda yang misterius itu..?"

''Benar.."sahut Billy singkat

Tetapi wajahnya menjadi merah dan matanya yang semula bersinar lesu itu tiba-tiba menjadi hidup. Apakah itu disebabkan karena disebutkan model yang rahasia atau karena disebutkan nama Michelle, tanya Sheilla dalam hati.

Bagi Sheilla yang cemburu, perubahan wajah Billy disebabkan karena disebut kannya nama  Michelle. Semua maksud baik untuk menggagalkan rencananya langsung musnah bersama angin.

Sheilla mengucapkan selamat jalan dengan mencium tunangannya dengan bibir gemetar. Kemudian kembali ke rumahnya dengan diliputi maksud jahat kepada Michelle. Semua telah diputuskan.

"Bagaimanapun juga, katak kecil itu harus disingkir kan. Bianca benar. Apa yang Bianca bilang semua benar. Dasar katak tidak punya malu. Kau telah merebut kekasihku, hingga dia mencampakkan aku seperti ini..AWASS KAU..!! SEBENTAR LAGI KAU AKAN DITENDANG KE LAUT..!! HMM..LIHAT SAJA NANTI..!!" kata Sheilla penuh amarah dan dendam.

~¤~

Sabtu pagi Sheilla menjalankan rencananya yang sudah disusun rapi oleh Bianca. Dengan hati dingin melebihi dinginnya es kutub utara dan hati yang mantap yang tidak bisa diganggu gugat. Sungguh mengherankan rasanya, karena semuanya berjalan dengan lancar sesuai rencana. Dengan saraf yang tegang dia menelpon Michelle di flat nya. Kebetulan Michelle seorang diri di flatnya. Gabby sedang mengunjungi ibunya di desa. Suatu kebiasaan yang dilakukan oleh Gabby bila akhir minggu.

Ketika mendengar telepon di kamarnya, Michelle segera mengangkatnya.

"Ici Michelle.."

''Michelle, ini Sheilla.." kata Sheilla dengan suara dingin. "Kata monsieur kemarin sebelum berangkat ke London.. berhubung monsieur tidak punya waktu untuk mengajakku melihat gaun itu.. dia meminta agar kau memperlihatkan gaun itu, Heart of Paris- nya kepada ku. Aku ingin melihatnya sebentar saja. Karena hanya kau yang tahu  di mana tempat penyimpanannya. Minta lah pada Gaston untuk mengambilkan gaun itu yang tersimpan di lemari monsieur. Dan kau naiklah taxi ke rumahku. Catatlah alamatnya.."

HEART OF PARISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang