Part 1

463 10 0
                                    

Ruangan ber cat putih menjadi saksi dimana seorang wanita tertidur dengan damai,bau khas obat-obatan seolah tak menjadi gangguan pada indra penciuman wanita tersebut,dengan angkuhnya dia tetap terlelap tanpa memperdulikan sekitarnya,bahkan dia tak pernah mempedulikan seorang pria tampan dengan bulu mata lentik yang selalu setia menemani dalam tidurnya. Seolah tak pernah lelah,pria itu selalu membisikkan kata agar wanita tersebut bangun dari tidur panjangnya.

"Bangun sayang,mau sampai kapan kamu tidur terus,aku kangen banget sama kamu" ucap pria tampan tersebut, dan hanya kalimat itulah yang selalu dia ucapkan selama 3 tahun ini, tak perduli selama apapun wanitanya tertidur,dia akan selalu menjaganya,tak perduli seberapa banyak waktu terbuang untuk menunggu wanitanya,dia akan selalu setia disampingnya.

"Maaf pak ali,bisa kita bicara di ruangan saya" tanya dokter setelah selesai memeriksa keadaan wanita tersebut.
Pria tampan yang dipanggil ali tersebut hanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan dari sang dokter,tangan kekarnya tak pernah lepas menggenggam jemari wanitanya,dan matanya seolah tak rela berpaling agar tak melihatnya.

"Baiklah pak ali,saya tunggu di ruangan,permisi" ucap sang dokter lagi sebelum pergi meninggalkan pria yang dipanggil ali tersebut

AliPOV

Seperti apa yang sudah kalian tau,namaku ali,tepatnya Ali Prabata Anindito. Sekarang aku sedang berada di rumah sakit,bahkan selama 3 tahun ini rumah sakit sudah menjadi rumah kedua bagiku. Aku selalu menghabiskan hari-hariku dirumah sakit ini,hanya untuk menunggu istri tercintaku Aprillya Rectha Maya atau prilly,aku selalu berharap dia segera membuka mata indahnya dan tersenyum padaku. Selama 3 tahun dia hanya tertidur di ruangan yang serba putih ini,setelah kecelakaan yang menimpanya 3 tahun lalu,dia tak pernah lagi membuka matanya,kalau kalian fikir aku pria bodoh yang rela menunggu seseorang selama itu,anggaplah aku memang pria bodoh,karna dalam otakku tak pernah sedikitpun terfikir untuk meninggalkannya atau bahkan merelakannya,seperti apa yang sudah di sampaikan dokter Adi,dokter yang menangani prilly istriku.

"Maaf pak ali,sebaiknya anda mengikhlaskas ibu prilly,dan bersedia menandatangani persetujuan untuk melepas alat bantu nafas ibu prilly,karna selama ini ibu prilly tidak ada perubahan,dan sangat kecil harapannya" ucap dokter Adi 1 tahun lalu setelah dia selesai memeriksa kondisi prilly.
Saat itu,tak perlu berfikir dua kali untukku menolak anjuran dari dokter adi,karna bagiku prilly adalah nafasku dan jika nafasku harus pergi,itu berarti aku akan mati. Dan sampai kapanpun,selama apapun dia tertidur aku akan tetap menjaganya dan menunggunya,karna aku yakin kalau dia pasti akan bangun.

"Bangun sayang,mau sampai kapan kamu tidur terus,aku kangen banget sama kamu" selalu itu yang aku bisikkan ke prilly,berharap dengan bisikkan itu prilly bisa mendengar dan segera bangun,dan perhatianku teralihkan saat dokter adi masuk untuk memeriksa kondisi prilly.

"Maaf pak ali,bisa kita bicara di ruang saya" ucap dokter adi setelah dia memeriksa kondisi prilly,aku hanya bisa mengangguk tanpa suara sebagai jawaban,karna aku tau apa yang akan dikatakan  dokter adi padaku.

"Baiklah pak ali,saya tunggu di ruangan,permisi"setelah mengucapkan kalimat itu,dia berlalu begitu saja,aku tak pernah melepas genggamanku pada jari prilly,dan mataku seolah tak rela untuk berpaling darinya.

"Sayang,aku tinggal sebentar ya,aku janji akan cepat kembali" dengan malas aku beranjak dari tempat duduk,setelah berucap dan mencium kening istri tercintaku aku keluar dan melangkah menuju ruang dokter.

***
"Permisi dok,bagaimana apa ada perubahan dengan kondisi istri saya" tanpa memperdulikan kesopanan,aku langsung bertanya pada dokter adi,dia bahkan sudah hafal dengan sikapku selama ini apa bila menyangkut tentang istriku.

"Tenang lah pak ali,jadi begini, setelah saya memeriksa kondisi ibu prilly,beliau tetap tidak ada perubahan,tanda-tanda jika beliau akan bangun juga tidak ada. Saya meminta kembali,agar bapak mengikhlaskan ibu prilly,dan bersedia menandatangani persetujuan pelepasan alat bantu nafas ibu prilly" lagi,kenapa dokter adi selalu mengucapkan kalimat terkutuk itu,padahal dia tau kalau aku tidak akan pernah setuju dengan ucapannya.

"Tanpa saya menjawab,bukankah dokter sudah tau jawaban saya" aku yakin dia tau apa maksudku
"Saya tau pak,tapi dengan begini anda hanya akan menyiksa ibu prilly" tidak,aku tidak pernah bermaksud menyiksanya,aku hanya ingin dia bertahan,karna aku yakin dia pasti akan bangun,setidaknya dengan begini aku tau kalau dia masih hidup untukku.

"Saya tau apa yang terbaik untuk istri saya,dan saya juga yakin kalau istri saya pasti akan bangun sebentar lagi,permisi"  tanpa peduli lagi,aku berjalan meninggalkan ruangan dokter adi dan menuju dimana prilly berada.

"Hai sayang,maaf ya lama" dengan perlahan aku mendekati tempat tidur prilly dan mencium keningnya saat sudah berada disampingnya

"Kamu tau ga sayang,masak dokter maksa aku buat ikhlasin km,padahal kan 1 tahun yang lalu aku udah bilang sama dia,kalau aku ga mau" aku tetap bicara dengan prilly meskipun dia tidak pernah meresponku

"Makanya kamu cepet bngun ya,buktiin sama dia kalau dia udah salah ngmong kaya gitu" tanpa aku sadari air mataku mengalir saat mngucapkan itu,aku fikir air mataku sudah kering dari 1 tahun yang lalu,karna sejak saat itu aku tak bisa lagi menangis.

"Sayang aku mohon,kamu bangun yaa,aku kangen banget sama kamu,aku kangen senyum kamu,aku juga kangen bawelnya kamu" tenyata tidak hanya air mata yang turun bahkan isakan lolos dari mulutku.
Aku terus menangis disampingnya,aku rapuh saat ini,bukan aku lelah,aku hanya tidak sanggup terus melihatnya seperti ini.

"Sayang,hei kamu sadar" senyumku mengembang saat aku liat jari prilly bergerak

"Dokteeeer..dokteer" tanpa pikir panjang aku bertriak memanggil dokter.

"Dokter,tadi jari istri saya bergerak dokter,cepat priksa kondisinya" aku menjelaskan apa yang terjadi saat dokter adi sudah ada di ruangan.
"Pak ali tenang dulu,saya periksa dulu kondisi ibu prilly"

"Alhamdulillah pak,kondisi ibu prilly sudah ada perubahan,dia mau merespon apa yang bapak ucapkan,dan mungkin gerakan jari tadi pertanda jika beliau akan segera bangun,kita berdoa saja semoga itu tidak lama dan tetap ajak beliau bicara,karna beliau pasti bisa mendengar anda,kalau begitu saya permisi,selamat siang" kata-kata dokter adi seakan jadi kata terindah yang pernah aku dengar,bahkan melebihi kata-kata indah dari kahlil gibran.
Aku selalu mengucap syukur atas apa yang terjadi pada prilly saat ini,penantianku tak sia-sia selama ini,tuhan menjawab semua doaku,dan aku berharap tuhan juga akan mengabulkan doaku agar prillyku bisa bangun dan tersenyum padaku.

*****

Cilacap,6 Januari 2016

Cinta Yang LumpuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang