keesokan paginya, dinda bersiap siap untuk berangkat ke kampusnya. dia segera keluar kamar dan mengunci kamarnya. ketika hendak keluar kos, dia berpapasan dengan seorang mahasiswi yang lebih tua beberapa tahun darinya, dengan sopan dinda mengenalkan diri. karna memang dia belum pernah bertemu dengan mahasiswi itu selama ia tinggal di kosannya. gadis itu bernama Ardha, dia adalah seorang mahasiswi senior jurusan di kampus dinda, dinda gaket, ternyata ada juga mahasiswi yang juga kuliah di kampus yg sama dengannya. mungkin karena mereka berbeda fakulitas, jadi jarang ketemu. Merekapun berjalan ke kampus bersama, dan sepanjang perjalanan akhirnya mereka bertukar nomor telepon genggam dan berjanji untuk tetap saling mengontak satu sama lain. pertemuan mereka ditutupi dengan senyuman. saat mereka harus berpisah ketika sampai di kampus. dinda merasa cocok dengan Ardha.
'lumayan dapat teman baru' ujar dinda di dalam hatinya. dia kemudian berlari menuju kelasnya. takut terlambat.
****
sore harinya sekitar pukul lima sore, dinda baru kembali di kamar kosannya dengan rasa letih yang menggambar pada wajahnya, dinda langsung masuk ke dalam kamar. dia melempar tas yang dibawa ke atas kaksur lalu menyalakan kipas angin untuk menghilangkan rasa panas yang menyegerapinya. dia dim sesaat seraya menikmati hembusan angin di wajahnya, butiran butiran keringat perlahan lahan menghilang menghilang. setelah merasa siap, dia baru mengambil handuk lalu masuk ke kamar mandi, Langit sudah sepenuhnya gelap dan adzan maghrib selesai berkumandang saat dinda keluar dari kamar mandii. untung saja dia sempat membeli makanan. jadi tidak perlu bersusah susah untuk keluar untuk mencari makanan. malam itu juga dinda memang tidak berniat untuk keluar kamar.
malam semakin larut. sudah pukul sembilan malam, sebuah piring kotor dangelas kosong tergeletak di tempat tidur dinda, dia sendiri saat itu tengah mengerjakan tugasnya, entah mengapa udara malam itu juga terasa sangat panas. seperti yg di lakukan sebelumnya, dinda membuka pintu kamarnya. posisi tempat tidurnya dekat dengan pintu kamarnya. diinda sangat menikmati sekali, semangat mengetiknya kembali datang.
telepon genggam dinda berbunyi, tangannya langsung merogoh kebelakang untuk mengambil telepon genggamnya ketika dilihat, ternyata sebuah pesan dari shalalika.
"lagi apa lo? gue bete nih.." begitu melihat pesan shalika yg begitu konyol, dia tersenyum kemudian membalasnya.
"ye bete kok bilang bilang, gue lagi bikin tugas ni" dinda meletakan telepon genggamnya, beberapa saat kmbali shalika membalasnya.
"eh kosan lo gak jadi horor kan gara gara semalam?" tanya shalika
"gak, sampai sekarang masih aman. makanya jangan ngomongin bapak kosan gue lagi, siapa tau dia punya indera keenam haha" balas dinda
entah mengapa setelah menunggu cukup lama, shalika tidak membalas pesannya, diapun mencoba mengiirimkannya lagi, tapi tidak ada satu pesan pun yg terkirim. dinda kebingungan, mungkin jaringannya sedang terganggu atau teleponnya shalika pun tidak tersambung. dinda mencoba mengirimkan pesan singkat ke ardha yang tinggal di lantai dua.
"kak ardha jaringan seluler kakak terganggu gak?" pesan dinda
"gak ada masalah kok, memang kenapa nda? tanya ardha
"ini kak, aku sms temanku gak bisa, telepon juga gak bisa. tapi aku sms kakak bisa kok, mungkin memang jaringannya aja kalu" jelas dinda.
"bisa saja, namanya juga tinggal di pinggir kota nda" kelakar ardha
"iya kak, tapi aku betah kok disini. tempatnya tidak terlalu ramai" sambung dinda
"nah kalo itu aku setuju, enak disini bisa belajar tenang" raut wajah dinda tiba tiba berubah jadi masam, kemudian dia membalas pesan ardha
"iyakak cuman ya gaenak selalu diawasi sama bapak kos, takuuut banget aku macam macam, akukan anak baik hehe.." dinda mencoba membalas ardha, tapi ternyata pesan terakhir itu, ardha cukup lama membalasnya.
"bapak kos yang mana nda??"
dinda dengan cepat membalasnya. "bapak kos yang itu loh, yg setiap maam selalu berkeliling mengawasi kita".
ardha pun kembali membalas pesan iitu "kamu jangan bercanda deh nda, kita gak punya bapak kos, dan gak aa yg mengawasi kos ini, paling cuma sebulan sekali aja buat nagih uang kos"
seketika itu dinda kebingungan, dia berfikir keras.
"lalu yang bapak kos yg setiap malam berkelilling iitu siapa ya kak?"
"bapak kos disini sudah meninggal nda, kira kira tiga tahun yang lalu, dia mati di cekik menggunakan kawat dengan istri keduanya karna cemburu, setelah itu kosan ini diambil alih oleh anak perempuannya, itu loh yang suka menagih uang kos"
seketika itu detak jantung giska seperti berhenti, lalu sosok yang dilihat setiap malam itu siapa?
darah dalam tubuh giska mengalir dengan cepat, dan tanpa terasa udara yang sangat dingin memasuki ke dalam kamarnya, suasana kamarnya juga mendadak hening. dinda merasa seperti ada sesuatu yang mendatanginya malam itu. telepon dinda pun mendadak mati. diapun kaget dan melemparnya. belum sempat menyadari apa yang terjadi, tiba tiba dinda mendengar suara langkah kaki yang diseret tepat keluar dari kosnya. mendengar itu, tubuhnya mendadak kaku. berusaha menggerakkan lehernya ke arah pintu kamarnya. dan saat itu juga, dia melihat sosok bapak kosnya berdiri di depan pintu kamarnya.
kaus putih kini sudah lusuh dengan bercak darah.
wajah bapak kos itu juga sangat menyeramkan, hampir seluruh bagian wajahnya biru biru dan dipenuhi dengan gelembung seperti mayat yang sudah membusuk. dan membengkak. tubuh dinda langsung gemeteran malihat sosok bapak kos itu, tapi disaat yang sama, ia tidak dapat menggerakan tubuhnya sama sekali, dinda masih dalam posisi terduduk diatas tempat tidur, dengan menghadap pintu ke kamar kos.
sebuah luka besetan yang cukup dalam terlihat melikat di leher bapak kos, darah segar yang masih mengalir dengan luka itu. dia menatap dinda dengan tatapan yang lebih menyeramkan dari sebelumnya, bola matanya terlihat berwarna kemerahan, dinda tidak tau harus bebuat apa, suhu badannya panas, beberapa detik kemudian bapak itu tersenyum menyerigai. dan tertawa kecil, dinda dapat mendengar suara tawanya yg serak dan menyeramkan, bahkan dinda dapat mendengar suara deru napas yang sangat berat dan lengket diantara bunyi malam itu.
belum habis ketakutan dinda, tiba tiba leher sosok bapak kos itu terputus dan mengakibatkan kepalanya terjatuh menggelinding di tanah, saat menggelinding, potongan kepala itu meninggalkan jejak darah di tanah, kepalanya bapak kos itu berhenti tepat di depan pintu kamar dinda. dam hanya bisa ,meliat semua itu terjadi tanpa bisa melawan atau berteriak. padahal suhu tubuhnya sudah bergemetaran hebat. dia sampai menangis. napasnya berat dan ersendat sendat. mengiringi air matanya yg mengalir membahasahi kulit wajahnya yg terasa panas.
saat berenti kepala bapak kos itu tepat didepan kamar dinda. dan kepala itu metap tajam ke arah dinda. nahkan sebuah senyuman yang menyeringai kembali mengembang di bibirnya. dan suara tawa berat menggema di dalam kamar dinda.karna sudah tidak tahan, akhirnya dinda atuh pingsan
saat dinda jatuh pingsan di atas tempat tidurnya, sosok bapak kos itu hilang, dan pintu kamar dinda sudah tertutup dengan sendirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BAPAK KOS
Horrortatapan tajam,senyuman misteri,dan ekspresinyaa bapak kos itu menemani gue setiap malam...