Part 2: Semuanya Telah Hancur Berkeping-keping

5.6K 412 53
                                    

*aku saranin baca cerita ini sambil dengerin Super Junior - Don't Leave Me(langsung klik mulmed) dan Kyuhyun - The Way To Break Up deh hahahaha biar semoga dapet feelnya wkwkkw*

*jangan lupa cek mulmed HAHA ^tawaevil*

"Eomma, adakah yang bisa aku bantu?"

Jinnie mengeluarkan suaranya setelah beberapa saat memerhatikan seorang wanita paruh baya yang sedang sibuk memasak itu dalam diam. Beliau adalah Nyonya Park. Wanita yang mengandung dan melahirkan Jinnie dengan susah payah, membuai Jinnie hingga tumbuh menjadi gadis luar biasa cantik dan bersahaja. Nyonya Park mendongak, memberikan senyuman hangat kepada satu-satunya harta berharga yang ia miliki.

"Ya ..., bisakah kau tolong Eomma-mu yang telah tua ini untuk memotong ikan-ikan di lemari pendingin itu menjadi beberapa bagian?" Gurau Nyonya Park. Wajahnya dibuat selelah mungkin, membuat derai tawa dari sang Anak terdengar. Jinnie berjalan maju, mendekati Nyonya Park yang berjarak beberapa langkah dari tempat ia berdiri sebelumnya. Kemudian, mencium pipi sang Malaikat Tuhan dengan kecepatan kilat. Nyonya Park terlonjak. Namun, setelahnya, tawa hangat terdengar dari kedua makhluk Tuhan itu.

"Tentu saja, Eomma. Apapun akan kulakukan untukmu, My Queen ...," balas Jinnie. Senyum indah merekah dari wajah lembutnya, "bahkan jika e
Eomma memintaku untuk memotong jariku sendiri," lanjutnya lagi sambil tersenyum lebar—nyaris terbahak dengan keras. Namun, sang Ibu justru melebarkan matanya. Jinnie yang melihat itu, buru-buru menambahkan, "tenang Eomma, itu hanyalah kiasan," ucapnya dengan mengangkat tangannya. membuat gesture 'v' dengan menggunakan jari telunjuk serta jari tengah yang ia miliki. Terdengar helaan napas dari Nyonya Park. Ia menggeleng pelan dan kemudian kembali berkutat dengan bahan-bahan masakkannya. "Leluconmu terlalu renyah, Jinnie."

Gadis itu mengendikkan bahunya acuh. Lalu dengan semangat yang menggelora, Jinnie mengambil beberapa ikan dari dalam lemari pendingin. Sebetulnya, hal ini sangat jarang terjadi. Sejak kejadian terkutuk itu, Jinnie seakan kehilangan gairah hidupnya. Ia tak pernah sekalipun bersemangat dalam melakukan suatu hal. Matanya yang dulu begitu bersinar-pun, mendadak gelap tak bercahaya. Sebagai seorang ibu yang sangat mengenal anaknya luar dan dalam, Nyonya Park tentu menyadari hal ini. Dengan diam, sebenarnya Nyonya Park memperhatikan Jinnie yang kini tengah memotong dan membersihkan ikan-ikan sesuai dengan permintannya tadi. Pandangannya menatap sendu gadis yang kini tengah berkutat dengan kegiatannya itu.

"Jinnie ...,"

"Eum?" Gadis itu menggumam tanpa menatap sang ibu. Ia masih begitu sibuk dengan kegiatannya. Nyonya Park menarik napas dalam dan kemudian mengembuskannya dengan sangat berat. "Apakah ..., apakah kau ..., apakah kau masih menangisi Kyuhyun, Jinnie?"

Tap. Jinnie membeku. Kyuhyun. Sebuah nama dan pertanyaan itu bagaikan sebuah mantera pembeku. Tubuhnya seakan tak bisa bekerja sama dengan otaknya. Bahkan kini, secara tak sadar, ia telah mengiris jarinya cukup dalam. Membuat cairan kehidupan berwarna merah pekat itu mengalir dengan deras dari jarinya.

Apakah dirinya masih menangisi pria itu? Dirinya, masih, menangisi, pria itu? Kyuhyun? Cho Kyuhyun? Oh, itu benar.

Ia bukannya hanya menangisi pria itu. Ia bahkan juga merindukan pria itu hingga ingin mati rasanya. Sungguh otaknya bertanya-tanya salahkah jika hatinya yang lancang melakukan itu? Ingin sekali rasanya, memaki Tuhan atas segala penderitaan yang ia alami. Namun sayangnya, sebagai seorang yang percaya pada Tuhan, Jinnie memilih untuk bersabar dan menanti takdir apa yang sedang berjalan menghampirinya.

"Ya Tuhan! Jinnie! Tanganmu!" pekikan Nyonya Park bagaikan obat penyembuh. Jinnie tersadar dari ratapan batinnya dan ketika itu pula ia meringis. Rasa perih di tangannya baru saja terasa. Nyonya Park dengan naluri keibuannya, segera menghampiri Jinnie dan kemudian menuntun gadis itu menuju ruang keluarga. Ia mendudukkan Jinnie di salah satu sofa sederhana yang berukuran cukup panjang. Lalu dengan sigap, Nyonya Park mengambil kotak obat yang tersimpan di salah satu meja yang terletak di sudut ruangan. Nyonya Park mengampiri Jinnie dengan tergopoh-gopoh. Perasaan panik yang begitu mendalam membuat tingkat kecepatan pergerakan Nyonya Park meningkat secara drastis. Nyonya Park duduk disebelah Jinnie. Lalu beliau dengan telaten membersihkan dan mengobati luka Jinnie.

Don't Leave Me (Cho Kyuhyun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang