I'm not really good at writing. But i've tried to be. So, here it is. Semoga suka :))))
-trisha
.
.
.
.
.
.
Two"EH SYA AWAS AJA YA BIARIN GUA TULIS NAMA GEBETAN LU DI PAPAN TULIS" Teriak drian setelah melihat aku mengambil sepucuk surat buatannya untuk anny yang ada di dalam tas miliknya.
Sekarang, aku baru saja tau bagaimana rasanya memakai rok berwarna biru setiap harinya dan pergi ke sekolah tidak lagi hanya dengan jalan kaki. Ya, aku melanjutkan sekolahku ke smp 200 sedangkan zac lebih memilih masuk melalui jalur test ke smp 205. Cukup menyakitkan karena awalnya kita sudah 'berencana' ingin mendaftar di smp 10. Tapi apa daya, jarak yang terlalu jauh menjadi hambatan. Orang tua selalu tau yang terbaik untuk anaknya. That's why mereka melarang aku mendaftar ke sekolah itu. Begitu pula orang tua zac.
"Dear mrs.Anny..." aku berhenti sejenak sebelum melanjutkan isi surat yang dibuat drian.
"Eh dri, ms dong pakenya. Kan dia belum berkeluarga. Masa iya lu mau sama tante anny" ledekku kepada drian yang kemudian disusul muka merah merona darinya serta langkah kaki yang membawanya pergi ke luar kelas.
Aku hanya mematung di posisi ku. Apa aku salah? Aku kan hanya bercanda, lagipula anny tidak sekelas dengan kita. pastinya dia tidak akan tahu surat ini kan?
Namun sekarang, Opsi terbaik yang bisa kulakukan adalah mengejar drian. Tentunya untuk meminta maaf.Duh, pergi kemana dia. Masa iya aku harus mengelilingi sekolah untuk mencarinya. Aku menunduk sebentar dan menyadari bahwa tali sepatu kanan ku sudah terlepas sangat berantakan. Aku berjongkok untuk mengikatnya kembali, saat aku berdiri..tepat didepanku ada satu murid laki laki kelas 7-9 bernama fadhi yang selalu datang ke kelas ku setiap bel pulang sekolah.
Aku berniat ingin menanyakan apakah dia melihat drian saat akhirnya aku melihatnya terlebih dulu ada di dalam gerombolan anak anak olahraga kelas 7-9 di bawah tangga ruang guru. Melupakan niat awalku. Aku langsung berlari ke arah drian tanpa menghiraukan fadhi. Buat apa,kan?
"Dri, maaf ih. Lu tadi gue kira blushing taunya marah ya?" Tanyaku dengan wajah datar.
"Santai aja sya"
"Lah gimana gue bisa santai, lu marah gitu kan?"
"Engga kok bukan garagara surat. Tapi..."
"Apaan lagi dong?" Ucapanku memotong penjelasan drian
"Ish denger gue dulu sya" ia menaikan nada suaranya yang semakin membuat aku merasa takut. Aku mengangguk ragu, ia melanjutkan perkataannya.
"Gua tau, lu suka sama firza kan?"
"DRIAN!" Ucapku sambil menjauhkan diri kami dari gerombolan anak kelas olahraga yang merupakan kelasnya firza.
"Iya, and then?" Lanjutku setelah memastikan mereka semua tidak mendengar perkataan drian tadi.
"Surat tadi....."
"Hm gini loh... sya,""Ya kenapa dri? Aneh ih lu kalo lagi gini" aku menggerak gerakkan tanganku didepan mata drian untuk menyadarkannya jika ternyata ia sedang bermimpi mungkin sekarang.
"Gua suka sama Anny.."
"EH ITU GA PENTING IH KIRAIN APAAN. GUE UDAH TAU LU SUKA SAMA ANNY KALI DRI HAHAHAHA" tanpa kusadari volume suaraku membesar. Aku tertawa sambil menepuk nepuk punggung drian saking tidak menyangka dia hanya ingin memberi tahu info yang 100% tidak penting karena aku sudah mengetahuinya dari lama.
"sya bisa ga sih lu ga teriak? Hah?" Drian melihat sekeliling. Menatap sedikit lebih lama kepada firza yang sedari tadi sedang duduk bersama anak kelas olahraga lainnya di depan uks.
"Tadi firza nengok tau ga sih ih parah banget lu"
"Hah? Demi apa? Dia ngeliatin gue kali tuh dri. Yaampun ih lu kok baru bilang?"
Hatiku rasanya sedang diterbangkan entah kemana, apalagi otakku. Tidak sempat berfikir apa apa sudah diambil alih oleh hati untuk berfikir. Siapa yang tidak senang jika orang yang kita suka melihat ke arah kita sambil duduk dan tetap duduk diposisinya. Badannya yang atletis menambah nilai positif pada dirinya, dilengkapi kulit bersih dan juga senyum yang seringkali ia tebar pada siapapun. Membuat banyak perempuan cantik yang jatuh hati padanya, sulit memang."Bukan gitu sya. Kalo mau ngigo di rumah aja coba sambil pelukin guling" drian menggoyangkan badanku karena ia berfikir aku sedang menghayal di alam mimpi sambil berkata seperti itu. Tidak. Aku tidak segila itu pada firza. Hanya kagum semata, eh tapi tidak. Aku selalu membicarakannya di depan teman temanku. Selalu. Mungkin aku suka, kagum? Atau apalah itu. Detak jantungku berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya saat aku melihat dia dari dekat.
"Ya terus apa lagi? Kalo dia ngeliat kita kenapa? Wajar lah dia punya mata" aku masih tidak mengerti apa maksud perkataan drian barusan. Mengapa dia terlihat begitu panik saat tau firza melihat ke arah kita.
Tunggu! Apa dia jangan jangan....."LO SUKA SAMA DIA JUGA JANGAN JANGAN YA DRI!? LO MASIH NORMAL GA NIH IH JANGAN AMBIL DIA" aku mengambil 2 langkah mundur menjauh dari drian.
"NAUDZUBILLAH SYA. ALHAMDULILLAH TEMEN LU MASIH NORMAL 100%"
"Sya. Be serious... jadi, cewe yang gue suka.. adalah mantan orang yang disuka sama orang yang lo suka"
dengan gayanya yang suka menyulitkan orang, drian berbicara sangat pelan layaknya detektif yang berada di dalam goa berusaha agar suaranya tidak menggema."Apaan ih? Ga ngerti. Mantan orang yang disuka?" Muka ku saat ini pasti seperti doraemon yang mesinnya sedang kemasukan air. Sangat error.
"Singkatnya gini. Firza pacaran..." drian menarik nafasnya dalam dalam sebelum melanjutkan perkataannya.
"...Sama Anny"
"Oh. Kapan?" Jangan berfikir bahwa aku akan berlari saat itu juga ke arah firza untuk mengatakan semuanya lalu mendatangi Anny dan memohon untuk ia memutuskan firza. Jangan. Aku bukan drama queen.
"Tanggal 11. Lu ga kaget gitu atau mau nangis? Ayo bareng. Gua juga kecewa"
"Lu mau nangis? Ah lu suka banget ya? Gue masih ga ngerti apa itu suka. Mentok mentok ya pengen dia tau gue itu ada aja sih" jawabku santai sembari meninggalkan drian yang masih berdiri kaku disana.
"Ditinggal pacaran dan lu ga sedih ataupun kesel?" Terdengar suara drian menanyakanku dari belakang.
"Eh iya dri. Tadi kenapa lu lari dari kelas?" Aku malah bertanya tentang hal ini. Menghiraukan pertanyaan drian.
"Tadi Anny ada di perpustakaan sebelah kelas kita. Gua gak mau aja dia sampe denger. Nah kalo gua pergi kan lu berhenti tuh ngomongnya. Yaudah"
"Suka itu gimana sih. Kenapa orang orang rela nangis demi orang yang mereka suka. Yang mereka sayang maksudnya. Apa itu berguna?"
Gumamku dalam hati sambil memasukkan buku pelajaran ke dalam tas sebelum pulang ke rumah dan bermain game. Disini masih aku dengan sifat yang lama. Tak mengerti apa dan bagaimana sayang itu. Namun kali ini aku mempelajarinya dari orang yang baru.
Apa cinta harus memiliki? Haruskah kita bersedih saat orang yang kita cinta sudah dimiliki oleh orang lain? Akankah tangisan merubah segalanya? Aku masih belum mengerti. Paling tidak, sampai saat ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/58611208-288-k248765.jpg)
YOU ARE READING
My Own Love Stories
RandomDisinilah aku berdiri, di antara dua rak buku yang tersusun atas banyak novel remaja. Novel yang mayoritas kandungannya adalah kisah percintaan berisi banyak warna dan alur. Aku sibuk mencari buku mana yang judulnya sesuai dengan kisahku, rasanya it...