classmate

24 1 0
                                    

Yaay!! Qisya yang polos masih ada di sini ya. Pubernya lama ish hahahaha. But that's okay. Jadi sakit hatinya juga ga terlalu cepet dia rasain kan? Hahahha no i'm just kidding. Update 3 parts langsung. Gaada readers kali ya. Ini blm ke kisah yang naik turun tapi:( 'Kay! See you on the next chapt (s) xx
-trisha
.
.
.
.
.
.
Three

Kami sudah hampir memijak kelas 8. Masa masa kelas 7 sudah hampir selesai. Banyak kenangan yang tidak akan bisa aku lupakan dari kelas ini, termasuk kisah kisah cinta milikku dan juga teman teman yang lain. Disana berdiri tama, dengan senyum lebarnya yang membuat matanya menjadi garis. Lucu, ya?

"Ah parah. Dia manis banget" celetuk seorang gadis di belakang ku sambil memandangi tama yang akhirnya membuat aku terbangun dari lamunan. Ya, tadi aku memandangi tama. Seperti panah yang dilemparkan kepada diriku sendiri dan oleh diriku sendiri. Aku mencoba bertahan dari rasa sakit itu. Mencoba menyembunyikan luka dan kebodohan yang aku buat sendiri. Aku menyukai tama. disaat sudah ada gadis yang lebih dulu menyukainya. Apakah aku harus mundur? Atau hanya berdiam diri disini? Tidak ada option untuk maju melangkah bagiku. Semuanya akan sia sia. Dia hanya menganggapku sebagai teman sekelas yang tidak bisa diam. Selalu memengangkan kupingnya dan juga membuat tangannya kesakitan terkena pukulanku saat aku bermain freezing body dengan perempuan lainnya.

"Eh sya, lu ipa udah ngerjain tugas?"
Tama. Dia menghampiriku disaat aku menyadari bahwa gadis dibelakangku itu sudah pergi. Gadis yang sudah lama mengagumi tama. Dia susan, dia gadis itu.

"Eh iya tam. Ud- udah"

"Susah gak sih? Gue males banget liat soalnya"

"Ga terlalu sih ada semua di buku materinya" jawabku cepat sambil membuang muka berpura pura memainkan pulpenku dihadapannya.

"Hah?" Tama tidak mengerti apa yang aku ucapkan tadi.

"Gampang tam"

"Oh okeoke. Gue minta file nya ya. Makasih hehehe" tama mengeluarkan senyum bius-able nya. Membuatku mematung disana, berhenti bernafas.... untuk sebentar. Sebentar saja. Aku masih mau hidup.

"BISA AJA LU TAM. MODAL SENYUM GITU HAHAHA"
Zidane berteriak dari tempat duduknya yang berada tepat disebelah kanan ku.

Aku? Blushing.

Aneh ya, rasanya suka sama temen kelas sendiri yang tidak begitu kukenal sifatnya. Dia pemain bola, dunia yang ia miliki 180º berbeda denganku. Aku hanya menghabiskan waktu di sekolah untuk belajar jika ada waktu luang paling paling aku hanya berjalan mengelilingi sekolah dengan beberapa teman dekatku. Ber-gossip dan juga menertawakan hal hal sepele sambil menunggu guru lainnya memenuhi jam belajar.

Tapi bukan itu yang dilakukan tama. Dia sering dispensasi untuk melakukan berbagai kegiatan bola, berkumpul dengan teman teman satu club nya di sekolah dan membicatakan topik topik out of my mind hahaha. Aku tidak terlalu mengerti bola. Dan juga tidak terlalu tertarik pada benda bulat yang diperebutkan banyak pemain itu.

"Tam, Ada imuya tuh di depan kelas" rizal, teman sekelas kami menepuk punggung tama yang sampai saat ini masih berada di hadapan ku.
"Nyariin lo"

"Oh siap" tama menghilang dari tatapanku. Dengan cepat punggungnya semakin sulit untuk kulihat. Dia menghampiri ayumi. bukan imuya. Rizal memang suka berkata terbalik. Ayumi adalah pacar tama yang baru saja berjalan 5 hari. Mereka (masih) lucu banget hubungannya sampai sekarang. Tidak jarang aku melihat ayumi ikut jalan jalan dengan teman club bola tama. Lucu, bukan?

Iri. Itu yang aku rasa, aku hanya menyukai tama diam diam. Pertama, aku harus menyembunyikan ini dari susan yang sudah lama menyukainya. Kedua, dia sudah bersama dengan ayumi. Aku sepertinya harus mundur saja.

My Own Love StoriesWhere stories live. Discover now